BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Sisi ekonomi adalah sisi yang tidak terpisahkan dari dimensi kehidupan umat manusia. Sistem yang berkembang di dunia adalah sistem
kapitalisme dan sosialisme yang tampaknya untuk pemerataan dapat diterima oleh dunia Islam, karena pada lahirnya tidak berbenturan dengan
agama. Tetapi pada kenyataanya kedua sistem di atas tadi mengacu pada sekularisme murni. Sementara keinginan Islam, disamping mencapai
tujuan-tujuan material harus juga dipertimbangkan faktor nilai, karakter luhur manusia, keutuhan sosial dan pembalasan Allah di akhirat nanti.
Singkatnya kegiatan-kegiatan ekonomi tidak saja semata-mata untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan material, tapi terlebih-lebih kegiatan
tersebut haruslah bernilai ibadah di mata Allah SWT. Sejarah perbankan syariah di Indonesia pada awalnya adalah dengan
munculnya Bank Muamalat Indonesia BMI yang pertama kali berlatar belakang syariah di Indonesia. Melihat monopoli yang dilakukan BMI
sejak tahun 1991-1999, menyebabkan BMI kesulitan untuk mendorong atau memajukan kinerja banknya. Baru pada pertengahan tahun 1999
muncullah pesaing usaha di bidang perbankan syariah dari bank lain seperti Bank Syariah Mandiri BSM, Bank Mega Syariah BMS. Dengan
adanya pesaing-pesaing tersebut, masyarakat atau nasabah dapat lebih
1
leluasa memilih bank yang sesuai dengan kinerja bank yang bagus. Mengingat pangsa bank syariah semakin meningkat dari tahun ke tahun
dan umumnya masyarakat Indonesia mayoritas beragama islam. Hal ini membuktikan bahwa perbankan syariah mempunyai prospek dan potensi
yang sangat besar untuk mengembangkan perbankan syariah. Kenyataan bahwa perbankan syariah di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Secara Institusional perjalanan bank syariah pada tahun 2005 dari 3 Bank Umum Syariah
BUS dan 19 Unit Usaha Syariah UUS sekarang menjadi 6 Bank Umum Syariah BUS dan 25 UUS Unit Usaha Syariah UUS pada januari 2010.
Dari segi jaringan kantor, pada tahun 2005 terdapat 550 kantor dan sekarang menjadi 1346 kantor pada akhir tahun 2005. Hal ini
menyebabkan dalam waktu yang relatif singkat, kinerja bank syariah dapat meningkat dengan cepat dan baik Statistik Perbankan Syariah Bank
Indonesia Januari 2010. Hasil penelitian dan permodelan potensi serta preferensi
masyarakat terhadap bank syariah yang dilakukan BI tahun 2006 menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap perbankan syariah.
Namun, sebagian besar responden mengeluhkan kualitas pelayanan, termasuk keterjangkauan jaringan yang rendah. Kelemahan inilah yang
coba diatasi dengan office channeling yang didasari Peraturan BI Nomor 83PBI2006. Aturan ini memungkinkan cabang bank umum yang
2
mempunyai unit usaha syariah melayani produk dan layanan syariah, khususnya pembukaan rekening, setor, dan tarik tunai Wibowo,2009:1.
Dari perkembangan itu maka pihak perbankan syariah harus ada yang mengawasi dan memperhatikan semua unit usaha perbankan syariah.
Oleh karena itu disetiap bank syariah mempunyai komite audit dan dewan pengawas syariah untuk menilai kepatuhan karyawan bank syariah
terhadap kebijaksanaan, prosedur, dan peraturan-peraturan yang dibuat bank syariah tersebut. Dengan adanya komite audit dan dewan pengawas
syariah di tiap-tiap bank syariah maka proses atau kegiatan perbankan yang mereka lakukan akan terawasi dan terkontrol dengan baik sesuai
dengan kebijakan-kebijakan yang ada. Menurut Marini 2001:207, walaupun di Indonesia komite audit
belum lama diperkenalkan, sebenarnya komite ini sudah sejak lama dibentuk di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Hal
ini terlihat misalnya pada tahun 1967 American Institute of Certified Public Accountant
AICPA menerbitkan sebuah pernyatan yang merekomendasikan agar setiap perusahaan yang Go Public membentuk
suatu komite yang terdiri dari orang-orang yang bukan merupakan pejabat perusahaan, yang diberi kewenangan menunjuk auditor independen dan
mengikuti secara terus menerus pelaksanaan kegiatan dari auditor tersebut. Selanjutnya pada tahun 1973, pasar modal Amerika Serikat tepatnya di
New York Stock Exchange . Per 30 juni 1978, setiap perusahaan domestik
3
yang tercatat di bursa New York Stock Exchange disyaratkan untuk memiliki komite audit.
Salah satu yang paling menarik adalah kenyataan bahwa hampir semua perusahaan di Amerika Serikat kini telah mempunyai komite audit,
padahal tidak terdapat satu pun hukum yang mengikat bahwa keberadaan komite audit tersebut adalah suatu keharusan. Oleh karena itu, pengakuan
perlunya komite audit dapat dipandang sabagai persyaratan pasar required by the market, bukan karena adanya kewajiban secara hukum
required by law. Fungsi utama para ulama dalam Dewan Pengawas Syariah DPS
adalah mengawasi jalannya operasional bank syariah sehari-hari agar selalu sesuai dengan petunjuk dan ketentuan-ketentuan syari’at Islam. Hal
ini, karena akadtransaksi yang berlaku di dalam sistem perbankan syariah sangat berbeda dengan akadtransaksi yang berlaku di dalam perbankan
konvensional. Dalam kaitan ini, dalam sistem perbankan syariah diperlukan garis-garis panduan guidelines yang berbeda pula dengan
sistem perbankan konvensional. Garis panduan ini disusun dan ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional. Selain itu, Dewan Pengawas Syariah DPS
harus membuat pernyataan secara berkala biasanya setiap tahun bahwa bank syariah yang diawasi telah berjalan sesuai atau tidak sesuai dengan
syari’at Islam. Pernyataan DPS ini disampaikan dalam buku laporan
tahunan annual raport bank yang bersangkutan. Tugas lain Dewan Pengawas Syariah DPS adalah meneliti dan membuat rekomendasi atas
4
produk baru bank syariah yang diawasinya. Dengan demikian, DPS bertindak sebagai penyaring pertama atas produk yang telah diteliti dan
difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional Antonio,2001:25. Perubahan yang terjadi pada lingkungan bisnis dan era globalisasi
menuntut dikembangkannya suatu sitem dan paradigma baru dalam pengelolaan bisnis dan industri. Good Corporate Governance GCG atau
yang lebih umum dikenal dengan tata kelola perusahaan yang baik muncul sebagai satu pilihan yang bukan saja menjadi formalitas, namun suatu
sistem nilai dan best practices yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai perusahaan.
Menurut Wibowo 2009:7 sebagaimana yang terjadi pada bisnis- bisnis pada lembaga keuangan lainnya, semakin besar volume transaksi
bisnis maka akan semakin besar pula kemungkinan penyalahgunaan kepercayaan terutama dari sisi penanggung. Oleh karena itu, Perbankan
Syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang berdasar syariat Islam menjadi uswah hasanah dalam penerapan Good Corporate Governance
GCG. Bank-bank syariah harus berada di garda terdepan dalam implementasi GCG tersebut. Penerapan Good Corporate Govarnance di
bank syariah, tidak saja meningkatkan kepercayaan publik kepada bank syariah, tetapi juga merupakan bagian dari upaya meningkatkan
kepercayaan masyarakat kepada perbankan nasional.
5
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Wiyono 2010. Adapun yang membedakannya adalah
variabel penelitian yang digunakan yaitu: peran komite audit dan dewan pengawas syariah di dalam bank syariah, sedangkan pada penelitian
sebelumnya tidak adanya peran dewan pengawas syariah dalam mengukur kinerja bank syariah. Dengan meneliti dari peranan komite audit dan
dewan pengawas syariah dapat terlihat perkembangan bank syariah dengan melihat sejauh mana pengawasan dan kedisiplinan komite audit dan dewan
pengawas syariah dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan kinerja bank syariah tersebut.
Atas dasar tersebut, peneliti membuat judul yaitu “Pengaruh Peran Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah dalam Mewujudkan
Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Jakarta ”.
B. Perumusan Masalah