Hak-hak Perempuan Dalam Islam

kecil. Sabda Nabi: “Barang siapa yang mempunyai tanggungan tiga anak perempuan atau tiga saudari kandung, lalu ia bisa mendidik dan memperlakukan mereka dengan baik, serta mampu menikahkan mereka, niscaya dia akan masuk surga.” HR. Abu Dawud. 3. Perempuan sebagai isteri harus diperlakukan dan digauli dengan baik. Karena Islam menganggap perempuan sebagai tonggak masyarakat dan pondasi yang kokoh. Oleh karena itu, seorang suami tidak dibenarkan untuk bersikap sombong dan berlebihan terhadap isterinya, karena sikap yang demikian sangatlah bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah dan al-Qur’an. Sebab dalam surat an-Nisa [4] ayat 19 dijelaskan: “Dan pergaulilah mereka isteri-isterimu secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, maka boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” 4. Perempuan sebagai ibu harus dihormati, dimuliakan, dan ditaati.

C. Hak-hak Perempuan Dalam Islam

Setiap manusia berhak atas hak asasinya sebagai manusia dan perlindungan terhadap hak-haknya itu dari undang-undang negara yang didiaminya. Menurut Undang-undang Hak Asasi Manusia, baik perempuan maupun laki-laki berhak atas hak asasi manusianya dan kebebasannya yang fundamental tanpa pandang bulu, jenis kelamin dan ras terlepas dari partikularitas kekhususan, keistimewaan budaya tertentu, ajaran-ajaran agama dan level-level pembangunan. Islam mengakui adanya perbedaan distinction antara laki-laki dan perempuan, bukan pembedaan discrimination di antara keduanya. Perbedaan tersebut didasarkan atas kondisi fisik-biologis perempuan yang ditakdirkan berbeda dengan laki-laki, namun perbedaan itu tidak dimaksudkan untuk memuliakan yang satu dan merendahkan yang lainnya. Yang pasti bahwa Islam telah berperan besar dalam mengangkat harkat dan martabat perempuan. Jika dalam masyarakat sebelum datangnya Islam perempuan dianggap seperti “barang” yang hampir-hampir tidak memiliki hak, maka ajaran Islam secara drastis menempatkan kembali posisi perempuan sebagai “manusia” seutuhnya, yang mempunyai hak-hak tertentu sebagaimana layaknya kaum laki-laki. Dalam al-Qur’an surat an-Nisa [4] ayat 32 disebutkan sebagai berikut: ☺ ☺ ⌧ ☺ Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian yang lain. Karena bagi laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allahsebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala urusan.” QS. An-Nisaa [4]: 32. Ayat di atas dengan tegas menjelaskan bahwa Islam menghendaki adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Menurut Moh. Yasir Alimi ada beberapa alasan mengapa kita harus memperhatikan hak-hak perempuan, yaitu: 1. Untuk menginformasikan kepada perempuan bahwa mereka mempunyai hak-hak fundamental dan mereka berhak untuk menikmatinya; 2. Untuk membongkar dan menghapuskan pelanggaran hak-hak perempuan berbasis jenis kelamin sex atau jender; 3. Untuk membentuk praktek Hak Asasi Manusia baru yang sepenuhnya memperdulikan hak-hak perempuan. 28 Nasaruddin Umar dalam bukunya Kodrat Perempuan Dalam Islam, berpendapat bahwa perempuan dalam Islam mempunyai berbagai hak sebagaimana halnya hak yang dimiliki kaum laki-laki. Hak-hak yang dimaksud tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Hak-hak dalam bidang politik Dalam ayat atau hadis tidak ditemukan adanya larangan kaum perempuan untuk aktif dalam dunia politik. Akan tetapi justru sebaliknya, banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang mengisyaratkan tentang kebolehan perempuan aktif menekuni dunia politik tersebut. Salah satu ayat al-Qur’an yang menjelaskan dan menjadi dasar hukum tentang kebolehan bagi perempuan untuk terjun dalam kancah politik adalah surat at-Taubah [9] ayat 71 sebagai berikut: 28 Moh. Yasir Alimi, et. all., Advokasi Hak-hak Perempuan: Membela Hak Mewujudkan Perubahan, Jakarta: LKIS, 1999, h. 2-3. ☺ ☺ ☺ ☺ ☺ ⌧ ⌧ Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Bijaksana.” QS. At-Taubah [9]: 17. Menurut Dr. Quraish Shihab, sebagaimana ditulis oleh Nasaruddin Umar dalam bukunya Kodrat Perempuan Dalam Islam, kata auliyaa’ penolong dalam ayat di atas, meliputi kerja sama, bantuan, dan penguasaan; sedangkan kata ya’muruuna bi al-ma’ruufi menyuruh mengerjakan yang ma’ruf meliputi segala segi kebaikan, termasuk memberi masukan dan kritik terhadap penguasa. 29 Dalam sejarah Islam, para isteri Nabi terutama Aisyah, telah menjalankan peran politik penting seperti keterlibatannya dalam medan perang. Selain Aisyah juga banyak wanita lainnya yang juga terjun dalam 29 Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan Dalam Islam, h. 29-30. dunia politik seperti Fathimah binti Rasulullah, Atika binti Yazid ibn Mu’awiyah, Ummu Salamah binti Ya’qub, al-Khaizaran binti Athak, dan lain sebagainya. 30 Dengan adanya bukti-bukti tersebut, maka tidak seorangpun berhak melarang perempuan untuk menekuni dunia politik sehingga mengekang hak politik yang milikinya. 2. Hak dalam memilih pekerjaan Sebagaimana halnya dalam bidang politik, dalam hal memilih pekerjaan pun perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dan tidak ada larangan dalam Islam. Bahkan kaum perempuan diberikan kebebasan untuk bekerja di bidang apa saja yang dihalalkan, baik pekerjaan tersebut dilakukan di dalam atau di luar rumah, di lembaga pemerintahan ataupun di lembaga swasta, selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam keadaan terhormat, sopan, dan tetap memelihara agamanya, serta tetap menghindari dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya. Pada masa Nabi, hal tersebut dibuktikan dengan kepiawaian Khadijah binti Khuwailid, isteri Nabi, sebagai seorang komisaris perusahaan. Selain Khadijah, juga terdapat Zainab binti Jahsy yang berprofesi sebagai penyamak kulit binatang, Ummu Salim binti Malhan sebagai penata rias pengantin, isteri Abdullah ibn Mas’ud seorang wiraswastawan yang sukses, al-Syifa’ yang bekerja sebagai seorang sekretaris dan juga pernah ditugaskan oleh Khalifah Umar ibn al-Khattab 30 Ibid, h. 31. sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah, dan masih banyak lagi perempuan lainnya. Dengan banyaknya perempuan yang aktif dalam bekerja, Aisyah pernah berkata: “Alat pemintal di tangan perempuan lebih baik daripada tombak di tangan kaum laki-laki.” Bahkan dalam satu riwayat, Nabi pernah mengatakan: “Sebaik-baik permainan seorang Muslimah di dalam rumahnya adalah memintalmenenun.” 31 3. Hak memperoleh pelajaran Pada masa Islam klasik, banyak perempuan yang menguasai ilmu pengetahuan penting seperti Aisyah isteri Nabi, Sayyidah Sakinah, putri Husain ibn Ali ibn Abi Thalib, al-Syekhah Syuhrah dengan gelarnya fikhr an-Nisaa kebanggaan kaum perempuan adalah salah seorang guru Imam Syafi’i, Mu’nisat al-Ayyubi saudara Salahuddin al-Ayyubi, Syamiyat at- Taimiyah, Zainab putri sejarawan al-Baghdadi, Rabi’ah al-‘Adawiyah, dan lain-lain. Dengan banyaknya perempuan yang berpendidikan tersebut membuktikan bahwa dalam Islam tidak ada larangan bagi kaum perempuan untuk menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu adalah perintah Allah. Hal ini dibuktikan dengan diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1 dalam bentuk kalimat perintah iqra’ yang pada dasarnya memiliki arti perintah untuk membaca, lalu disusul dengan wahyu berikutnya yang merupakan sumpah pertama Allah dalam al-Qur’an yaitu surat al-Qalam [68] ayat 1yang berbunyi: Nuun wa al-qalami wa maa yasthuruun Nun, demi kalam dan apa yang dituliskannya. 31 Ibid, h. 31-32. Perintah membaca dalam ayat pertama surat al-‘Alaq tersebut membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dalam Islam sangatlah penting. Perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan tidak hanya ditujukan bagi kaum laki-laki saja, akan tetapi inipun berlaku juga bagi kaum perempuan. Kemerdekaan perempuan dalam menuntut ilmu pengetahuan banyak dijelaskan dalam hadis. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi pernah didatangi kelompok perempuan yang memohon kesediaan Nabi untuk menyisihkan waktunya guna mengajari mereka. Hal ini membuktikan bahwa Nabi tidak melarang kaum perempuan untuk belajar dan menuntut ilmu sebagaimana laki-laki, seperti ditegaskan dalam hadis Nabi yang sangat terkenal dan menjadi landasan diwajibkannya menuntut ilmu bagi laki-laki dan perempuan: “Menuntut ilmu pengetahuan difardukan kepada kaum muslim laki-laki dan perempuan.” 32 Tidak jauh berbeda dengan Nasaruddin Umar, S.M. Khamaeni juga berpendapat bahwa perempuan memiliki berbagai hak yang sama dengan hak yang dimiliki kaum laki-laki. Hak-hak tersebut menurutnya adalah sebagai berikut: 1. Hak-hak perempuan dalam bidang politik 33 Hak-hak politik merupakan hak-hak paling penting yang diperoleh masing-masing individu. Karena dengan hak ini seseorang dapat menjadi lebih efektif baik dalam kehidupan politik, sosial maupun ekonominya. Dengan demikian perempuan juga dapat menentukan peraturan pemerintah, organisasi, dan tatakramanya serta mengambil bagian secara 32 Ibid, h. 33-34. 33 S.M. Khamaeni, Risalah Hak Asasi Wanita, Jakarta: Al-Huda, 2004, cet. Ke-1, h. 77- 79 langsung dalam arus pelaksanaan hukum dan perundang-undangan, hukum, dan abolisinya. Adapun hak-hak politik yang dimiliki oleh seorang perempuan ini meliputi hal-hal berikut: a. Hak memberikan suara baiat Hak memberikan suara baiat berarti bahwa perempuan berhak untuk mengeluarkan pendapat yang sesuai dengan hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Mumtahanah ayat 12: ⌧ ☺ ⌧ ⌦ ⌧ Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka, dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Al- Mumtahanah: 12. b. Hak berserikat Kemerdekaan politik yang dimiliki perempuan dalam Islam adalah sama dengan laki-laki yaitu perempuan diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam perkumpulan-perkumpulan dan dalam salat berjama’ah, kecuali bila ia sedang haid. Seorang wanita juga diperbolehkan untuk menjadi khatib dan berkhutbah, mengajar dan menjadi imam bagi perempuan. c. Hak berperang dan mempertahankan diri Dalam mempergunakan haknya yang berkaitan dengan perang sebagai salah satu jenis mempertahankan kemerdekaan dan kebebasan individu, maka seorang perempuan dapat pula ikut serta dalam usahanya mempertahankan dan menyerang yang dilakukan demi untuk mempertahankan wilayah, ideologi, dan diri mereka. Peran serta aktif perempuan dibelakang medan perang merupakan salah satu inovasi Islam. d. Hak obligasi Setiap orang dalam Islam memiliki hak suaka politik dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syari’at Islam, dan pemerintah diwajibkan untuk menerima penawaran tanggung jawabnya. Hak yang besar dan sensitif ini,yang bisa menjadikan orang yang menawarkan suaka sebagai wakil dari pemerintah, telah diberikan kepada perempuan sejak datangnya Islam. Dalam Konvensi Internasional tentang Hak Politik dan Sipil International Convenant on Civil and Political RightsICCPR, dijelaskan bahwa konvensi ini memberikan jaminan pada setiap orang untuk memiliki hak politik dan sipil yang sama termasuk kebebasan, kesetaraan, dan integritas fisik yang berfokus pada hak-hak kebangsaan, kebebasan berorganisasi, partisipasi politik dan sipil. 34 2. Hak-hak ekonomi Hak-hak ekonomi adalah hak-hak yang dimiliki oleh kaum perempuan dalam bidang ekonomi yang kedudukannnya sama dengan laki-laki. Hak- hak ekonomi ini meliputi: a. Hak kepemilikan Dalam sejarah yang panjang, kaum perempuan tidak pernah memiliki hak untuk memiliki, justru sebaliknya perempuanlah yang dianggap sebagai milik orang lain. Akan tetapi setelah datangnya Islam, kemerdekaan perempuan dalam kepemilikan, memiliki dan menikmati kekayaannya diakui sebagaimana hak kepemilikan yang dimiliki oleh laki-laki. 35 Hal ini diperkuat dengan firman Allah dalam surat an-Nisaa ayat 32 yang artinya sebagai berikut:“…Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan…” b. Hak warisan Sebelum datangnya Islam, banyak kaum perempuan kehilangan haknya atas warisan. Akan tetapi, setelah Islam datang dan 34 Moh. Yasir Alimi, Advokasi Hak-hak Perempuan, h. 44. 35 S.M. Khamaeni, Risalah Hak Asasi Wanita, h. 75. tersebar ke seluruh belahan dunia perempuan kembali mendapatkan haknya atas warisan yaitu separuh dari laki-laki. 36 Selain hak-hak yang bersifat umum di atas, terdapat pula hak-hak yang bersifat khusus bagi perempuan, yaitu: 37 1. Hak-hak finansial hak dalam bidang keuangan, meliputi: a. Bagian pernikahan b. Tunjangan nafaqoh 2. Hak-hak spiritual hak membentuk diri, meliputi: a. Perilaku yang baik b. Hak untuk kesejahteraan dan pelayanan c. Hak untuk hidup bersama 38

D. Tujuan Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Dalam Islam

Dokumen yang terkait

Tinjauan tentang pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan pencabulan menurut undang undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

0 7 62

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DI BIDANG KEWARGANEGARAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2006 DI YOGYAKARTA.

0 3 12

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DI BIDANG KEWARGANEGARAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2006 DI YOGYAKARTA.

0 2 19

PENUTUP PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DI BIDANG KEWARGANEGARAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2006 DI YOGYAKARTA.

0 3 4

ANALISIS HUKUM MENGENAI PERKAWINAN FASID MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 1974.

0 0 2

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI RAFA SEORANG ISTRI TERHADAP SUAMI MENURUT HUKUM ISLAM DIKAITKAN DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974.

0 0 2

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA.

0 6 69

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 2 122

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN - Raden Intan Repository

0 0 154

STUDI TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA MENURUT KUHP, UNDANG-UNDANG RI NO.21 TAHUN 2007 DAN HUKUM ISLAM

0 0 73