Dampak perdagangan orang Faktor penyebab dan dampak perdagangan orang

terbuka hampir tanpa batas. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para calo untuk menjerat calon korbannya. 78 Di samping alasan-alasan di atas, terdapat alasan lain yang sangat mendasar dan dianggap sebagai faktor pendorong terjadinya perdagangan orang, yaitu adanya ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan. Fenomena perdagangan orang tak dapat dipisahkan dari fenomena kekerasan terhadap perempuan yang semakin hari semakin meningkat. Kekerasan tersebut umumnya terjadi karena relasi sosial dan relasi kuasa berlangsung timpang akibat kuatnya budaya patriarkhi, dengan menempatkan perempuan sebagai subordinat dan manusia kedua. Budaya seperti ini masih terus berlangsung di Indonesia khususnya pada masyarakat pedesaan yang sangat memegang teguh adat dan budaya daerahnya. Perempuan dalam kondisi ini, dianggap sebagai manusia yang tidak berdaya, penuh ketergantungan pada laki-laki, sehingga pada akhirnya mereka akan dengan mudah dapat “dimanfaatkan”, dieksploitasi, dan diperdagangkan secara tidak manusiawi oleh para pelaku. 79 Berdasarkan penjelasan di atas, tampaklah bahwa faktor-faktor tersebut telah mendorong dan menggerakkan banyak perempuan, terutama remaja perempuan yang berharap dapat keluar dari kemiskinannya dan tergoda dengan moleknya keindahan dunia dan menyerah serta rela kepada siapa saja yang menawarkan jasanya untuk mengeluarkan mereka dari kemiskinan dengan pekerjaan dan iming-iming gaji yang besar.

b. Dampak perdagangan orang

78 Faqihuddin Abdul Kodir, Fiqh Anti Trafiking, h. 27. 79 Ibid, h. 28. Pada umumnya dampak negatif yang ditimbulkan akibat terjadinya tindak pidana perdagangan orang itu meliputi dua aspek. Aspek pertama, yaitu dari aspek sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, dampak yang dialami oleh korban biasanya adalah rasa trauma, baik trauma tersebut berupa psikologis maupun stereotip pelabelan dari masyarakat. Hal ini dikarenakan korban menanggung beban yang sangat berat sehingga ia menjadi hilang kepercayaan terhadap orang lain. Aspek kedua yang menjadi dampak dari adanya perdagangan orang adalah aspek kemanusiaan. Perbuatan memperdagangkan manusia layaknya barang dagangan merupakan perbuatan yang sangat keji, karena para pelaku tidak lagi menghargai dan menghormati harkat dan martabat seorang manusia sebagai makhluk Tuhan sehingga mereka melakukan berbagai tindak kekerasan terhadap para korbannya bahkan mereka seringkali mengabaikan hak-hak asasi korban. 80 Evarisan SH, seorang koordinator LRC KJHAM Legal Resources Center untuk Keadilan Jender dan HAM mengatakan bahwa, ”dampak psikologis yang dialami oleh anak perempuan korban perdagangan sangat memprihatinkan. Hal ini menyebabkan mereka menjadi sangat konsumtif setelah apa yang mereka alami selama menjadi korban trafiking. Pakaian, dandanan, semuanya harus bagus-bagus. Karena kalau tidak demikian, mereka tidak akan dilirik oleh konsumen. Apabila hal itu terjadi, maka itu merupakan ancaman bagi mereka. Karena jika tidak mendapatkan konsumen mereka akan dipukul, dan juga didenda.” 81 80 Ibid, h. 12. 81 Jurnal Perempuan, Hukum Kita Sudahkah Melindungi?, h. 53. Dalam hal ini, pemerintah pun menyadari akan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya tindak perdagangan orang, baik terhadap diri korban ataupun terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya bila dikaitkan dengan kualitas perempuan sebagai ibu bangsa dan anak- anak sebagai penerus bangsa ini. Adapun dampak negatif yang dimaksud tersebut adalah: 82 1. Timbulnya human, sosial and economic cost yang tinggi, dan juga penyebaran penyakit kelamin dan HIVAIDS. Banyaknya perempuan dan anak korban perdagangan orang yang dipekerjakan sebagai pekerja seks, dapat menyebabkan timbulnya human, social and economic cost yang tinggi, karena pada saat mereka menjadi korban biasa menggunakan pakaian yang bagus-bagus, sehingga kebiasaan ini membuat mereka menjadi konsumtif dan materialistis. Selain itu, pelacuran juga dapat meningkatkan penyebaran penyakit AIDS bagi orang lain. 2. Meningkatnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sebagian besar perempuan migran yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga seringkali mengalami pelecehan seksual dan kekerasan dari agen atau calo selama proses perekrutan dan kemudian berlanjut oleh majikan di tempatnya bekerja Kompas, 13 Maret 2000. Tahun 1996, 17 orang perempuan Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri tewas dalam kondisi misterius dan 46 orang lainnya mengalami siksaan atau pelecehan seksual. Jakarta 82 Sutedjo Yuwono, Penghapusan Perdagangan Orang, h. 15-16. Post , 25 November 1997. Seperti kasus yang menimpa Lisa Bonet, seorang gadis lugu yang lahir dan besar nun jauh di pedalaman wilayah timur Indonesia yang menjadi korban kekerasan pembantu rumah tangga di Malaysia, dan juga kasus lainnya yang menimpa Casingkem, seorang perempuan yang berasal dari Indramayu, yang menjadi korban penculikan di daerah konflik Irak. 3. Meningkatnya angka kematian. Berkaitan dengan resiko terkena HIVAIDS karena perdagangan orang untuk pekerja seksual, diberitakan ada sekitar 12.000-13.000 orang di Indonesia meninggal karena AIDS dan 500.000 lainnya diperkirakan akan mengalami penularanterinfeksi virus tersebut Sidney Morning Herald , 25 Januari 1997. 4. Mengalami tekanan psikis dan timbulnya rasa trauma yang mendalam akibat terjadinya eksploitasi seksual terhadap korban yang berdampak negatif sehingga dapat menghambat perkembangan dirinya. Banyaknya perempuan dan anak yang menjadi korban perdagangan orang, seringkali diperlakukan sebagai buruh migran illegal di negara asing sehingga mereka mendapatkan ancaman hukuman. Seharusnya mereka sebagai victim, mendapatkan perlindungan dan pelayanan khusus untuk menghilangkan trauma yang menimpanya agar mereka bisa kembali menatap masa depan dengan penuh rasa percaya diri Asian Human Rights Commision 1999. 5. Bagi negara tujuan, semakin banyak pendatang dan penduduk illegal akan dapat merusak tatanan sosial dan ekonomi negara tersebut dan juga dapat menimbulkan masalah sosial bagi korban. Mereka yang menjadi korban perdagangan orang telah kehilangan hak sebagai manusia dan jatuh dalam kehidupan yang tidak manusiawi US. Dept. of State, Trafficking in Person Report , 1998. 6. Perlunya biaya yang besar untuk memulihkan korban perdagangan orang. Meningkatnya kejahatan perdagangan orang, membuat harga ekonomi dan politik yang harus dibayar terlalu besar, apalagi jika ditambah untuk biaya pemulihan korban perdagangan, sementara jika mereka dibiarkan, hal ini berarti bertentangan dengan pembangunan sumber daya manusia Irwanto, Farid dan Anwar 1998.

3. Penanggulangan masalah perdagangan orang

Dokumen yang terkait

Tinjauan tentang pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan pencabulan menurut undang undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

0 7 62

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DI BIDANG KEWARGANEGARAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2006 DI YOGYAKARTA.

0 3 12

PENDAHULUAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DI BIDANG KEWARGANEGARAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2006 DI YOGYAKARTA.

0 2 19

PENUTUP PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN DI BIDANG KEWARGANEGARAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 2006 DI YOGYAKARTA.

0 3 4

ANALISIS HUKUM MENGENAI PERKAWINAN FASID MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 1974.

0 0 2

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI RAFA SEORANG ISTRI TERHADAP SUAMI MENURUT HUKUM ISLAM DIKAITKAN DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974.

0 0 2

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG KHUSUSNYA ANAK DAN RELEVANSI TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM KORBAN TRAFFICKING DI SURABAYA.

0 6 69

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 2 122

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN - Raden Intan Repository

0 0 154

STUDI TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA MENURUT KUHP, UNDANG-UNDANG RI NO.21 TAHUN 2007 DAN HUKUM ISLAM

0 0 73