Narasi Antar Adegan Utama dan Pendukung pada Tabel 4.4

kelompok ayah Yoakim. Pembakaran honai tersebut berimplikasi dengan puncak peperangan. Dalam peperangan ini yang menjadi korban berikutnya adalah ayah Agnes dan Alex yakni ayah dari Thomas. Pada gambar 6 tabel 4.4 terlihat lima sekawan yakni Mazmur, Thomas, Suryani, Agnes dan Yoakim ikut serta dalam menyelesaikan peperangan yang terjadi di Tiom. Melihat banyaknya korban yang berjatuhan membuat Mazmur berserta teman-temannya berlari menuju tempat terjadinya perang dan mencoba menghentikan perang tersebut. Upaya yang mereka lakukan untuk menghentikan perang adalah dengan menyanyikan sebuah lagu adat yang mereka yakini lagu tentang perdamaian. Mereka berharap dengan menyanyikan lagu tersebut, seluruh warga di Tiom dapat mempersatukan mereka kembali. Pada gambar 7 tabel 4.4 terlihat usaha lima sekawan ini berhasil mendamaikan dan mempersatukan mereka melalui lagu adat Tiom yang bertemakan perdamaian. Ketika Mazmur dan teman-temannya menyanyikan lagu tersebut, kedua kelompok yang sedang berperang itu tak lama kemudian menghentikan peperangan dan mendengarkan dengan hikmat lagu tersebut. Tak lama berselang semua warga Tiom ikut bernyanyi dengan bergandengan tangan. Hal itu menunjukan bahwa kedua kelompok itu sudah berdamai. Pada akhirnya kelima sekawan dan anak-anak Tiom lainnya dapat hidup dengan damai, mereka juga dapat kembali lagi ke sekolah. Tetapi, karena guru pengganti belum juga datang, sebagai gantinya pendeta Samuel yang mengajari mereka untuk sementara. Sebuah pelajaran yang sangat berharga dalam film Di Timur Matahari ini. Sutradara juga ingin menyampaikan pesan kepada penonton yang ditampilkan pada bagian akhir film yakni: “Saling memaafkan adalah pilihan terbaik karena cinta dan kedamaian akan membawa kebahagiaan bagi anak kita” “Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kitorang, siapa lagi?”

C. Pesan Moral Film dalam Pandangan Islam

Film merupakan bagian dari salah satu bentuk komunikasi massa dengan yang menggunakan audio dan visual sebagai sarana penyampaian pesan. Di Timur Matahari, merupakan penggambaran secara visual dan verbal dari berbagai ekspresi dan karakter pemainnya yang kemudian menyampaikan pesan kepada khalayak baik secara eksplisit maupun implisit. Melalui isi pesan yang dikandungnya, film dapat menyampaikan nilai-nilai budaya, ideologi, politik, sosial dan sebagainya. Film Di Timur Matahri merupakan salah satu film yang di dalamnya terkandung pesan moral. Pesan moral sendiri mempunyai pengertian sebagai ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap, kewajiban yang dapat diterima secara umum. Pesan moral budaya yang diajarkan melalui film ini adalah semangat belajar, kasih sayang dan pentingnya arti perdamaian. Nilai utama yang didapat dalam film ini adalah semangat belajar untuk meraih cita-cita. Kondisi yang didapat mereka saat ini seperti ketidaktersediaannya fasilitas yang memadai, bukan menjadi alasan bagi mereka untuk menyerah dalam mencapai cita-cita. Karena keterbatasan kondisi yang mereka alami semakin membuat mereka berupaya untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Karena ketika mewawancarai salah satu masyarakat Papua mengatakan bahwa masyarakat disana masih sedikit yang mau menerima pendidikan tetapi ada juga yang mau menerima. Orang yang mau menerima pendidikan itulah yang patut dicontoh semangat belajarnya untuk meraih cita-cita. Hal yang mereka lakukan itu adalah bentuk dari upaya untuk keluar dari keadaan sebelumya menuju kehidupan yang lebih baik. Seperti yang tertera dalam Al-Quran pada penggalan Surat Ar-Rad ayat 11 Artinya: ―Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.‖ Terjemahan dalam ayat tersebut mengandung arti bahwa nasib baik atau buruknya suatu kaum atau kelompok itu ditentukan oleh kaum itu sendiri. Dalam hal ini, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tidak menyerah dalam keadaan apapun, karena Allah telah menjanjikan kepada hambanya akan merubah nasib mereka jika mereka sendiri yang merubahnya. Nilai lain yang yang bisa diangkat dalam film ini adalah bentuk kasih sayang baik itu kasih sayang kepada keluarga maupun sesama. Hal yang paling melekat pada budaya Papua adalah ketika salah satu dari keluarganya meninggal, maka keluarga yang ditinggalkan akan melalukan pemotongan jari sebagai wujud rasa kehilangan. Satu jari untuk satu orang. Tradisi potong jari disana wajib bagi anggota keluarga untuk mengenang satu keluarganya yang sudah tidak ada lagi. Selain itu ada juga kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, sesama teman dan juga sesama manusia. Hal itu yang begitu ditonjolkan dalam film ini, yakni peran pentingnya kasih sayang bagi berlangsungnya kedamaian dalam kehidupan. Semua ajaran agama mengajarkan arti pentingnya kasih sayang, khususnya juga dalam agama Islam. Islam adalah agama yang menggunakan jalan cinta, kasih sayang, dan tidak mengajarkan untuk berbuat kekerasan kepada siapapun. Islam menghendaki semua penyelesaian masalah dimulai dengan kasih sayang. Seperti hadits yang diriwayatkan Turmudzi sebagai berikut : “Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan menyayanginya...” [HR. Tirmidzi]. Hadist di atas mengajarkan bahwa, kasih sayang tidak mengenal siapa mereka. Kategori kasih sayang di sini diberikan kepada sesama manusia. Hal itu menunjukkan Islam tidak pernah mengajarkan diskriminasi terhadap siapapun, suku, bangsa atau agama apapun dalam hal menyayangi manusia. Nilai lain yang muncul dalam film ini adalah nilai mengenai perdamaian. Perdamaian yang menjadi klimaks dalam film ini merupakan bentuk usaha keras anak-anak Papua yang sangat menginginkan ketenangan dan kedamaian. Perdamaian terwujud bukan menjadi sesuatu yang mudah karena harus terbentur dengan adat dan budaya yang ada. Seringnya terjadinya peperangan dipicu oleh ketidaksepakatan dua kelompok dalam penentuan denda adat. Namun hal tersebut tidak menyurutkan usaha anak-anak Papua dalam menciptakan perdamaian. Dalam film ini pun pesan yang ingin disampaikan sutradara adalah …yang baik kita pertahankan, yang sudah tidak cocok harus berani kita rubah. Hal serupa yang juga disetujui oleh sebagian masyarakat yang ada di Anjungan provinsi Papua di TMII. Setuju setuju, mudah-mudahan adanya film ini juga bisa mengurangi penyebab peperangan itu terjadi. Dengan adanya film tersebut, dapat mengurangi pemberitaan yang memojokkan Papua. 11 Perdamaian bukanlah semata-mata nilai yang dicita-citakan masyarakat Tiom saja. Tetapi, perdamaian adalah cita-cita semua manusia di muka bumi ini. Perdamaian merupakan wujud cita-cita umat manusia sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Perdamaian merupakan kunci pokok menjalin hubungan antar umat manusia, sedangkan perang dan pertikaian adalah sumber malapetaka yang berdampak pada kerusakan sosial. Agama Islam sangat memperhatikan keselamatan dan perdamaian, juga memerintahkan kepada umat manusia agar selalu hidup rukun dan damai dengan tidak mengikuti hawa nafsu dan godaan syaitan. Seperti firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 208: Artinya : “Hai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam keseluruhannya dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu.” Ayat di atas menghendaki bahwa sebagai umat manusia untuk tidak mengikuti langkah syaitan. Sebab dengan tidak mengikuti langkahnya, maka akan terhindar dari segala perbuatan tercela yang dapat menimbulkan pertikaian. 11 Wawancara dengan Giude Anjungan Provinsi Papua Taman Mini Indonesia Indah pada 7 Februari 2014.