Dalam bab ini penulis akan memaparkan mengenai latar belakang

objek dinamis dengan cara being in a real relation to it keterkaitan yang nyata dengannya. Proses pemaknaan lambang-lambang bersifat indeks tidak dapat bersifat langsung, tetapi dengan cara memikirkan serta mengkait-kaitkannya. Sedangkan simbol dalam konteks semiotika, biasanya dipahami sebagai a sign which is determined by its dynamic object only in the sense that it will be so interpreted suatu lambang yang ditentukan oleh objek-objek dinamisnya dalam arti ia harus benar-benar diinterpretasi. Dalam hal ini, interpretasi dalam upaya pemaknaan terhadap lambang-lambang simbolik melibatkan unsur dari proses belajar dan tumbuh atau berkembangnya pengalaman serta kesepakatan- kesepakatan dalam masyarakat. 5 2. Semiotika Roland Barthes Selain Pierce dan Saussure masih terdapat nama tokoh lain yang telah memberikan kontribusi bagi perkembangan analisis semiotik, yaitu Roland Barthes. Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol dalam KBBI edisi keempat Departemen Pendidikan Nasional hal. 450: rajin, tekun, dalam mencari mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussure. Roland Barthes juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama, eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik disebelah barat daya Prancis. Ia berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. 6 5 Ibid, h. 157-158. 6 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 cet. 4, h. 63. Pemikiran Barthes tentang semiotika dipengaruhi oleh Saussure. Kalau Saussure mengintrodusir istilah signifier dan signified berkenaan dengan lambang-lambang atau teks dalam suatu paket pesan maka Barthes menggunakan istilah denotasi dan konotasi untuk menunjuk tingkatan-tingkatan makna. Makna denotasi adalah makna tingkatan pertama yang bersifat objektif first order yang dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni mengaitkan secara langsung lambang antara realitas atau gejala yang ditunjuk. Kemudian makna konotasi adalah makna yang dapat diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu pada nilai-nilai budaya yang karenanya berada pada tingkatan kedua second order. Yang menarik berkenaan dengan semiotika Roland Barthes adalah digunakan istilah mitos myth. Yakni rujukan bersifat cultural bersumber dari budaya yang ada yang digunakan untuk menjelaskan gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-lambang penjelasan mana notabene adalah makna konotatif dari lambang-lambang yang ada dengan mengacu sejarah disamping budaya. Dengan kata lain mitos berfungsi sebagai deformasi dari lambang yang kemudian menghadirkan makna- makna tertentu dengan berpijak pada nilai-nilai sejarah dan budaya masyarakat. 7 Seperti dikutip Fiske, menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan-hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutkan sebagai denotasi. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari 7 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, h. 163-164.