Adegan yang menampilkan bentuk cinta kasih pada film terdapat beberapa adegan yakni, pertama di depan Honai milik Blasius ketika Mazmur tidur di
pangkuan ibunya seraya Ibunya memberi nasihat kepada Mazmur pentingnya kasih sayang. Kedua, adegan ketika Blasius dan Mazmur berjalan menuju sebuah
jembatan dengan bergandengan tangan. Pada adegan tersebut ayahnya pun mengajarkan cinta kasih kepada Mazmur melalui percakapan yang menunjukan
keakraban seorang ayah dan anaknya berupa nasihat dalam menggapai cita-cita. Ketiga, adegan di sebuah pohon yang berada di kejauhan dari pemukiman warga.
Adegan tersebut menampilkan Ibu Mazmur hendak memotong jarinya sebagai ungkapan kehilangan atas kematian suaminya, Blasius. Keempat, adegan di honai
milik bapak Yakob yang menampilkan adegan saat Mazmur mengungkapkan rasa sayang untuk teman-temannya agar tidak terjadi perang yang mengakibatkan
kematian ayah teman-temannya. 4.
Waktu Waktu yang digunakan dalam adegan film ini terdapat beberapa bagian.
Tetapi, jika menarik dari jalur narasi film, adegan ini terjadi di pagi, siang, dan malam hari.
Pengambilan waktu di beberapa lokasi adegan merindukan pendidikan diambil saat pagi hari. Pertama sebuah lapangan udara, adegan ketika Mazmur
sedang menunggu kedatangan guru pengganti. Kedua, di sebuah ruangan kelas tempat belajar anak-anak Papua. Ketiga, adegan di halaman sebuah Honai milik
pendeta Samuel. Sedangkan pengambilan waktu adegan yang menampilkan awal terjadinya
perang ditata cahaya lebih terang yang mencerminkan waktu siang hari. Pertama,
lokasi pasar yang diambil pada pagi hari menampilkan kegiatan jual beli selayaknya ibu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketiga,
adegan di depan rumah ayah Yoakim saat Blasius memukuli ayah Yoakim yang berujung pada balas dendam. Lokasi ditata dengan menunjukan keramaian
suasana pasar pada siang hari. Adegan keempat yakni adegan di jembatan yang menghubungkan dua desa yang berbeda, dimana ayah Yoakim membalas dendam
kepada Blasius dengan memanahnya hingga tewas dan disaksikan oleh Mazmur. Kelima, adegan di lapangan tempat upacara pembakaran dan penguburan Blasius.
Keenam, adalah lokasi di lapangan terbuka perbatasan antara kedua desa yang bertikai. Dari semua lokasi diambil pada waktu siang hari, hal ini dapat diketahui
dari pencahayaan yang dibuat oleh sutradara. Pengambilan waktu pada adegan di depan Honai milik Blasius ketika
Mazmur tidur di pangkuan ibunya diambil pada malam hari. Kedua, adegan yang menampilkan Ibu Mazmur hendak memotong jarinya sebagai ungkapan
kehilangan atas kematian suaminya yang juga diambil pada siang hari. Ketiga, adegan di honai milik bapak Yakob yang menampilkan percakapan Mazmur dan
bapak Yakob yang diambil pada waktu siang hari.
B. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos
1. Adegan tentang Semangat Belajar
Tabel 4.1
Visualsasi: Denotasi Pada gambar
pertama, berupa gambar Mazmur
sedang berada di lapangan terbuka
dengan menggunakan
pakaian seragam sekolah. Ia berdiri di
samping tiang dengan kain merah
putih yang berkibar. Pada gambar kedua
terlihat raur wajah Mazmur yang
memandang ke atas. Pada gambar ketiga
Mazmur berdiri di depan sebuah
ruangan, terlihat juga terdapat papan tulis,
meja dan kursi, serta dipenuhi anak-anak
lainnya. Pada gambar
keempat terlihat beberapa anak
sedang duduk dan berkumpul dengan
seorang pria dewasa di depan sebuah
honai Papua.
Gambar 1
Gambar 2
1
Lilik Subagyo, ―DI TIMUR MATAHARI OFFICIAL TEASER behind the scenes
‖Artikel ini
diakses pada
12 Maret
2014 dari
http:www.youtube.comwatch?v=RLfWET5FjIg.
Gambar 3
Gambar 4 Konotasi :
Konotasi yang ingin disampaikan oleh dari rangkaian gambar ini adalah minimnya pendidikan anak-anak Papua
khusunya di daerah pegunungan. Anak-anak Papua yang berseragam sekolah terlihat mencerminkan semangatnya
untuk belajar dan memperoleh pendidikan walau setiap hari menunggu kedatangan guru yang belum tentu datang.
Tetapi semangat belajar mereka tidak berhenti begitu saja, mereka meminta tokoh masyarakat setempat untuk
mengajari
mereka. Bahkan
Michael Jakarimilena
mengatakan dalam behind the scenes dalam pembuatan film Di timur Matahari bahwa
“siapa aja pendeta kah, om, tante yang lewat
“om kami mau belajar, kami mau sekolah” mereka yang seharusnya jadi perhatian dan
pesan bawa harusnya itu yang sama- sama kita lihat”.
1
Selain itu semangat belajar yang ditampilkan dalam film
2
Wawancara dengan Guide Anjungan Provinsi Papua Taman Mini Indonesia Indah pada 8 Februari 2014.
3
Wawancara dengan Guide Anjungan Provinsi Papua Taman Mini Indonesia Indah pada 8 Februari 2014.
ini tentang meminta kepada siapa saja untuk mengajari mereka di sekolah di benarkan oleh guide anjungan
provinsi Papua di TMII, ia mengatakan bahwa ―Benar, itu
mamang nyata. Jadi sebelum datangnya guru, kita semua masing-masing. Siapa yang bisa untuk memimpin?
Contohnya seperti ketua kelas, ada tugas dari guru diberikan kepada ketua kelas, lalu ketua kelas akan
tunjuki siap anak yang berpotensi, tolong bantu teman-
temannya, jadi dia yang ngajar depan”.
2
Mitos Selain pendidikan dari pemerintah yang kurang merata,
minimnya pendidikan yang terjadi di Papua disebabkan oleh sulitnya tenaga kerja terdidik dari orang lokal Papua
sehingga perlunya didatangkan dari luar Papua. Namun, kendala yang terjadi adalah jauhnya tempat sekolah yang
layak dari daerah pegunungan ke kota besar dan kurang memadainya fasilitas yang ada di Papua, seperti buku,
dan alat transportasi lainya. Bahkan mereka harus berjalan kaki naik-turun gunung untuk mencapai ke
sekolah yang layak, atau mereka harus naik pesawat yang biayanya pun sangat mahal. Bukan hanya itu saja, masih
banyak hal lainnya yang membuat anak-anak Papua khusus di daerah pegunungan yang menghambat mereka
untuk bersekolah. Berikut hasil wawancara oleh guide anjungan provinsi Papua di TMII,
“Kalau untuk sekolahnya sendiri mungkin, kalau kita disini kan
berangkat naik angkot dan kalau mereka mungkin jalan naik turun gunung. Jangankan di daerah Wamena sana,
di daerah saya sendiri di daerah Jayapura saya pernah alami seperti itu, mau sekolah pasti naik gunung turun
gunung dulu. Karena kembali lagi ke masalah biaya, dulu saya dan teman-teman sekolah saja tidak pernah pegang
biaya untuk naik angkot serta ditambah lagi angkutan pun pilih-pilih penumpang, karena misalkan anak sekolah
bayar 1000 dan orang dewasa 3000 pasti dia pilih orang dewasa. Ada juga masalah transportasi umumnya yaitu
adalah pesawat, antar kecamatan, kabupaten mau tak mau harus naik pesawat. Tapi kalau namanya anak
sekolah ya mau tidak mau harus jalan kaki lah”.
3
ditambah dengan isu kerasnya kehidupan di Papua sehingga membuat orang di luar Papua menjadi takut
mengenal Papua lebih dekat. Yang saya alami di Sorong Papua Barat, kalau saya pribadi khususnya pendidikan di
a. Narasi Antar Adegan Utama dan Pendukung pada Tabel 4.1
Tabel di atas merupakan serangkaian narasi yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam rangkaian gambar di atas, sutradara mencoba menampilkan
sebuah nilai penting mengenai sebuah semangat belajar dan memperoleh pendidikan yang digambarkan oleh anak-anak Papua. Seluruh adegan ini
ditampilkan mulai dari Mazmur yang selalu menunggu kedatangan guru pengganti di lapangan terbuka tempat pesawat mendarat.
Pada gambar 1 table 4.1 berfungsi sebagai peran utama mempunyai makna semiotik sendiri dibandingkan dengan adegan-adegan pendukung yang
berfungsi sebagai pengantar naratif. Dalam gambar terlihat bagaimana Mazmur terlihat sedang menunggu guru pengganti yang belum juga datang dengan
mengenakan seragam sekolah yang kebesaran tanpa mengenakan alas kaki. Pada gambar 2 pada table 4.1 sutradara berusaha memperlihatkan raut
wajah Mazmur yang polos dengan menatap ke langit, raut wajah Mazmur menggambarkan kerinduan sosok seorang guru yang akan mengajarinya di
sekolah bersama teman-temannya Pada gambar 3 table 4.1, Mazmur berdiri di depan teman-temannya dalam
sebuah kelas, lalu ia membertahu kepada teman-temannya bahwa guru pengganti belum datang. Teman-temannya pun hening ketika mendengar kabar
4
Wawancara dengan Guide Anjungan Provinsi Papua Taman Mini Indonesia Indah pada 8 Februari 2014.
daerah Sorong itu sih sudah sedikit maju. Tetapi kalau yang ada di film itu memang benar, karena pemerintah
itu sendiri belum sanggup untuk sampai kesana. Cuma ya itu, guru mana yang sanggup dengan keadaan seperti
itu.
4
Di sisi lain pemberitaan media yang menampilkan kekerasan budaya Papua menambah ketidaksiapan orang
lain untuk datang ke Papua.