1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pandangan dasar yang menyatakan al-Quran adalah sumber, dan mencakup semua dasar ilmu kehidupan dan ilmu modern, suatu hal mesti dipahami terlebih
dahulu bahwa al-Quran datang dari Zat pencipta alam yang Maha bijaksana dan Maha mengetahui segala sesuatu.
1
Al-Quran merupakan kitab Allah yang memiliki perbendaharaan luas dan besar bagi pengembangan dasar keilmuan bagi
umat manusia dalam menghadapi dinamika kehidupan. Dengan demikian, ia merupakan sumber ilmu pengetahuan terlengkap, baik ilmu yang berhubungan
dengan masyarakat sosial, moral akhlak, maupun spiritual kerohanian, serta material kejasmanian dan alam semesta.
Dalam samsul Nizar kejelasan al-Quran yang mengisyaratkan adanya ilmu pengetahuan telah mendapat pernyataan sekaligus kekaguman dari Mourice
Bucaille, menyatakan, “bahwa isi kandungan al-Quran merupakan kitab suci yang
obyektif dan memuat petunjuk bagi pengembangan ilmu pengetahuan modern ”.
Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam al-Quran, dengan berpegang kepada nilai-nilai yang
terkandung dalam al-Quran terutama dalam pelaksanaan pendidikan Islam akan
1
Khalil Al-Musawi, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, Terj. dari Kaifa Tasasharruf bi Hikmah, oleh Ahmad Subandi, Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1998, h. 63
mampu mengarahkan dan mengantarkan manusia bersifat dinamis-kreatif, serta mampu mencapai esensi nilai-nilai
„ubudiyah pada khaliqnya.
2
Dari wacana di atas setidaknya memberi suatu gambaran tentang bagaimana pendidikan Islam seharusnya menanamkan nilai-nilai yang dapat membentuk
corak manusia yang sempurna. Kesempurnaan ini hanya dapat dicapai setelah pendidikan melakukan suatu proses usaha pengkajian ulang terhadap isi yang
terkandung dalam al-Quran. Oleh karena itu, sebagai suatu kesimpulan sederhana berkenaan dengan hubungan al-Quran dan ilmu pengetahuan ialah bahwa ajaran
Islam sebagai petunjuk Ilahi mengandung implikasi dan nilai-nilai kependidikan yang mampu membimbing, membina serta mampu mengarahkan manusia kearah
hidup yang lebih baik. Dalam konteks ini, kelembagaan pendidikan Islam telah ada dan eksis
semenjak masuknya Islam ke Indonesia beberapa tahun silam, dan banyak memainkan peran dalam rangka membangun dan mencerdaskan bangsa. Tidak
sedikit dari tokoh-tokoh dan pemimpin bangsa yang berasal dari lembaga pendidikan Islam, layaknya pesantren, madarasah yang ikut andil di dalamnya.
Kenyataan tersebut dapat dilihat misalnya, dari gerakan umat Islam dalam menempatkan pendidikan Islam sebagai rana efektif dalam mewarnai aspek
kultural yang mengarah kepada pertumbuhan dan perkembangan ajaran-ajaran Islam.
Dengan demikian, pendidikan Islam yang memiliki tujuan membentuk pribadi yang utuh, pengembangan terhadap potensi dan membentuk hubungan
yang selaras. Selayaknya sudah menjadi tanggung jawab pendidikan Islam di era globaliasi sekarang ini bergerak mengikuti arus kemajuan ilmu dan teknologi,
terutama komunikasi dan transformasi membuat dunia terasa luas tanpa batas. Hal ini tentu akan diikuti perubahan pola hidup masyarakat secara akselerasi baik
dalam bidang ekonomi, budaya, politik, terutama dalam bidang pendidikan. Banyak dari perubahan itu menuntut hadirnya sebuah rekonstruksi dalam
mengukuhkan eksistensi bagi lembaga pendidikan Islam dalam meningkatkan
2
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Gaya Media Pratama, 2001, h. 95-96
mutu dan kualitas di masa depan, salah satu dari rekonstruksi pendidikan Islam yakni dengan membentuk sistem pendidikan yang integral. Diakui sebelumnya,
dalam catatan sejarah pola pendidikan pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia telah mewarisi sistem pendidikan yang dualistis yaitu; Pertama, warisan
pemerintahan kolonial Belanda dengan mengambil pola pendidikan umum yang bersifat sekuler, jauh dari nilai-nilai agama. Kedua, warisan pesantren dengan pola
pendidikan tradisional, yang memuat wacana ilmu keislaman semata.
3
Sehingga kedua pola sistem pendidikan tersebut menghasilkan generasi yang bersifat
parsial. Satu sisi menghasilkan generasi yang terbatas pada pelatihan otak dan tak kenal batas nilai. Di sisi lain menghasilkan generasi yang tidak kenal tanda
zaman. Dalam menanggapi permasalahan di atas, sistem pendidikan integral
dimaksud mengambil bentuk usaha melepas pengkaplingan lintas dua ilmu, umum dan agama. Dan bermakna pula mencegah terjadinya dikotomi antara pendidikan
agama dan pendidikan umum. Dan dapat pula diartikan sebagai pelepasan sikap antipati terhadap ilmu pengetahuan yang sedang berkembang.
Problem yang terkait, lahirnya sistem pendidikan integral ditengarai terjadinya dikotomi ilmu pengetahuan, maka muncul anggapan bahwa ilmu terdiri
dari dua bagian antara ilmu agama dan ilmu umum. Seakan keduanya memiliki wilayah masing-masing dan tidak dapat untuk dipertemukan. Kondisi ini semakin
dipertajam oleh adanya anggapan dengan asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari Barat adalah ilmu sekuler dan harus ditolak. Dengan melihat
kenyataan ini ada kesan, bahwa ilmu yang datang dari Barat harus ditolak dan yang datang dari Timur harus diterima. Pandangan semacam ini pada hakekatnya
akan meruntuhkan sendi-sendi keilmuan yang ada, kerena dasar kedua ilmu tersebut dapat berjalan secara harmonis baca: keterpaduan jika yang menjadi
landasannya adalah tauhid. Oleh karena itu, sistem pendidikan Indonesia yang bertujuan mencerdasakan
kehidupan bangsa, dan membentuk pribadi yang utuh seharusnya memiliki sistem
3
Muhaimin, Rekonstruksi pendidikan Islam; Dari Paradigma Pembangunan, Manajemen, Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pres, 2009, h. 76
pendidikan yang mapan guna menunjang masa depan lebih baik. Sehingga melahirkan generasi yang dapat mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain.
Keadaan semacam ini mendorong para pemikir Islam khususnya di Indonesia melakukan rekonstruksi terhadap sistem pendidikan dalam mengembalikan ilmu
yang telah terpisah-pisah menjadi ilmu yang utuh integral. Telah dipaparkan sebelumnya bahwa tidak sedikit dari tokoh-tokoh dan
pemimpin bangsa yang berasal dari lembaga pendidikan Islam mampu berbicara banyak dalam panggung sejarah. Tokoh-tokoh tersebut yang berusaha
memberikan sumbangan berupa ide tentang pendidikan. Salah satu upaya tersebut diarahkan agar pendidikan mampu beradaptasi dengan dinamika peradaban
modern dengan tetap bernafaskan nilai Islam. Dari sederetan tokoh bangsa yang memberikan sumbangan ide tentang pendidikan dan ikut andil dalam
merumuskan landasan-landasan ideologi pendidikan Islam salah satunya adalah M. Natsir.
M. Natsir sebagai tokoh tersohor yang layak menjadi perhatian. Bukan saja dikenal sebagai seorang multi dimensional, intelektualis terbuka, bahkan
Nurcholish Madjid ia sebut sebagai tokoh univerasalis, pahlawan nasional sekaligus pemikir sejati. Namun juga kerena ia pejuang konsisten sesui prinsip
yang dimilikinya. Dan masih banyak sebutan-sebutan yang di sandang olehnya. Sebagai pemikir berlian, ide dan gagasan M. Natsir senantiasa menarik untuk
dikaji. Salah satu ide M. Natsir adalah tentang konsep pendidikan yang bersifat integral. Ide ini muncul sebagai reaksi terjadinya dikotomi antara pendidikan
agama dan pendidikan umum pada masanya. Asumsi lain kecendrungan kuat bahwa ilmu-ilmu umum adalah pengetahuan yang datang dari Barat yang sifatnya
sekuler dan membahayakan, karena itu perlu ditolak. Kondisi inilah yang mendorong seorang M. Natsir tampil sebagai penggagas
pembaharuan pendidikan Islam yang berbasis al-Quran dan Hadits
4
maka pendidikan Islam harus bersifat integral, harmonis dan universal. Selanjutnya,
konsep tersebut dihubungkan dengan misi ajaran agama Islam. Oleh sebab itu,
4
Abudin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Perasada,2005, h. 72
dalam pandangan beliau, bahwa dalam upaya mengatasi keterbelakangan pendidikan Islam adalah menata ulang sistem dan kurikulum pendidikan yang
dikotomis menjadi sistem yang integral antara ilmu umum dan ilmu agama dan yang harus menjadi landasannya adalah nilai tauhid sebagai ideologi pendidikan
Islam. Dari pertimbangan yang telah diutarakan diatas, nampak bahwa studi
mengenai pemikiran M. Natsir, terlebih tentang pendidikan merupakan bidang yang amat menarik dan penting untuk diteliti serta cukup beralasan, maka penulis
berusaha menganalisis pemikiran Mohammad M.Natsir, serta membuat format dari gagasan tersebut yang dikemas dalam suatu rumusan:
“GAGASAN PENDIDIKAN INTEGRAL M. NATSIR DAN IMPLEMENTASINYA DI
SEKOLAH TINGGI ILMU DA’WAH STID MOHAMMAD NATSIR
KRAMAT JATI JAKARTA DAN TAMBUN BEKASI ”
B. Identifikasi Masalah