42
BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Biografi dan Latar Belakang Pendidikan M. Natsir
a. Riwayat Hidup M. Natsir
Mengungkap sosok M. Natsir menjadikan kita mengerti mengapa beliau menjadi besar dan dikagumi pemikiran-pemikirannya. Dengan mengetahui
biografi sang tokoh, kita dapat melihat beliau lahir dan berada di lingkungan
1
yang menjadikan sang pembaharu berkembang dalam intekletualitas yang tidak diragukan. Natsir lahir di Jembatan Berukir Alahan Panjang, Kabupaten
Solok, Sumatera Barat pada hari Jum’at 17 Jumadil Akhir 1326 Hijriah 17 Juli 1908 Masehi. Ia lahir dari pasangan Mohammad Idris dan Khadijah.
2
M. Natsir terlahir sebagai anak seorang pegawai pemerintahan dan pernah menjadi Asisten Demang di Bonjol. Kedua orang tuanya berasal dari
1
Keadaan ini didukung sepenuhnya oleh suasana kehidupan M. Natsir yang berada jauh dari lingkungan pengaruh asing sekalipun pada saat itu Indonesia berada di bawah masa penjajahan
Belanda. Disamping itu pula, lingkungan tempat tinggal M. Natsir secara totalitas dapat dikatakan masih kental dengan tradisi ajaran Islam. Baca Saidan, Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam
Antara Hasan al-Banna dan M. Natsir, Jakarta: Kementrian Agama RI, 2011, Cet. I, h. 140-141. Kondisi ini dapat dilihat, sebelum bangsa Barat datang, disana masyarakat sudah menjungjung
tinggi bahkan menonjol dalam hal adat istiadat. Hal ini didorong dari perjalanan masyarakat yang telah di pengaruhi nilai-nilai luhur melalui beberapa fase. Sejak dari fase pengaruh Hindu-Budha
dan fase pengaruh Islam. fase yang disebut terakhir turut telah membentuk adat istiadat sehingga membentuk corak adat istiadat yang Islamiyah. Baca lebih lanjut, Armai Arief, Pembaharuan
Pendidikan Islam di Minagkabau, Jakarta: Suara ADI bekerjasama dengan UMJ Press, 2009, Cet. I, h. 49
2
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia, 1996, Cet. VIII, h. 100
Maninjau. Natsir adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Adapun 3 orang saudara kandung Natsir yakni bernama Yukinan, Rubiah, Yohanusun.
3
Tanah kelahiran Natsir sangat terbuka dengan model pendidikan Belanda, sehingga kesempatan ini banyak dipergunakan oleh penduduk
secara antusias, sehingga sekolah pada waktu itu tidak dapat menampung animum masyakat untuk mengenyam pendidikan. Riwayat pendidikan M.
Natsir dimulai di sekolah Rakyat SR Maninjau Sumatra Barat hingga kelas dua. Ketika ayahnya dipindah-tugaskan ke Bakeru 1916, Natsir mendapat
tawaran dari mamaknya, Ibrahim untuk pindah ke Padang agar dapat menjadi siswa di Holland Inlandse School HIS. Padahal M. Natsir berkeinginan
masuk Sekolah Rendah Belanda HIS, namun keinginan itu tidak terlaksana karena ia anak pegawai rendahan. Akhirnya dia masuk sekolah partikelir HIS
Adabiyah di Padang.
4
Setelah lima bulan pertama, ayahnya dipindah-tugaskan lagi dari Bekeru ke Alahan Panjang. Sehingga secara otomatis Natsir dijemput untuk sekolah
di HIS pemerintah yang berada di Solok. Ia dapat langsung duduk dikelas atas berdasarkan pertimbangan kepintarannya. Namun karena Solok cukup jauh
dari Alahan Panjang, maka Natsir terpaksa dititipkan di rumah saudagar yang bernama Haji Musa.
Setelah belajar di HIS pada pagi hari, Natsir juga belajar di sekolah Diniyah pada waktu sore dan belajar mengaji pada malam hari. Pada waktu
itulah Natsir mulai belajar bahasa Arab dan mempelajari hukum fikih kepada Tuan Mudo Amin yang dilalukan pada sore hari di Madrasah Diniyah dan
mengaji Al- qur’an pada malam harinya.
5
Setelah ia duduk di kelas tiga sekolah Diniyah, dia diminta untuk mengajar di kelas satu, mengingat pada
3
Thohir Luth, M. Natsir Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani Press, 1999 Cet. I, ed. Sholihat, h. 21
4
Sekolah HIS Padang didirikan oleh H. Abdullah Ahmad pada tanggal 23 Agustus 1915 dengan isi dan bentuk lain dari HIS Belanda. Sekolah ini mengadopsi dari HIS Belanda hal ini
terbaca dengan sistem klasikal dan kurikulum yang sama dengan HIS Belanda. Hal yang berbeda adalah HIS Padang memberikan mata pelajaran agama dan menekankan semangat nasionalisme.
Selain itu terbuka bagi semua anak dari semua golongan masyarakat termasuk petani, pedagang, dan buruh kecil. Dan HIS Padang menghasilkan tokoh-tokoh pembaharu Islam seperti M. Natsir.
Baca, Karel A. Streenbrink,
Pesantren, madrasah, Sekolah….h. 39
5
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia ….h. 100
saat itu masih kekurangan guru. Atas pelaksanaan tugasnya itu, Natsir memperoleh imbalan sebesar sepuluh rupiah sebulan.
Pada tahun 1920, ia pindah ke Padang atas ajakan kakaknya Rubiah. Di HIS Padang itulah Natsir masuk kelas lima dan bersekolah di situ selama tiga
tahun hingga selesai pada tahun 1923. Setelah lulus dari HIS, Natsir mengajukan permohonan untuk mendapat beasiswa dari MULO Meer
Uitgebreid Lager Orderwijs dan ternyata lamarannya itu diterima. Natsir aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler, tetapi
kegiatan kurikuler di MULO tetap menjadi perhatiannya. Di MULO Padang inilah Natsir mulai aktif dalam organisasi. Mula-mula ia masuk dalam Jong
Sumatranen Bond Serikat Pemuda Sumatra yang diketuai oleh Sanusi Pane. Kemudian ia bergabung dengan Jong Islamieten Bond Serikat Pemuda
Islam dan disitupun Sanusi Pane aktif sebagai ketua dan menjadi anggota Pandu Nationale Islamietische Pavinderij Natipij, sejenis Pramuka
sekarang. Menurut Natsir organisasi merupakan pelengkap selain yang didapatkan di sekolah, dan memiliki andil yang cukup besar dalam kehidupan
bangsa. Dari kegiatan berbagai organisasi inilah mulai tumbuh bibit sebagai pemimpin bangsa pada M. Natsir.
6
Sedangkan dalam kehidupan keluarga M. Natsir tidak terbuka. Sehingga tidak banyak yang mengetahui lebih lengkap
yang ada dalam literatur adalah Natsir diangkat penghulu atau kepala suku Piliang dengan gelar Datuk Sinaryo Padang.
7
b. Kiprah dan Perjuangan M. Natsir
Kiprah M. Natsir terlihat saat dia belajar MULO Meer Uitgebreid Lager Orderwijs. Ia aktif dikegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler yang telah
dipaparkan sebelumnya. Aktivitas Natsir semakin berkembang ketika ia menjadi siswa di Algememe Midelbare School AMS di Bandung. Selain di
6
Yusuf A. Puar, M. Natsir 70 Tahun: Kenang-kenangan Kehidupan Perjuangan Jakarta: Pustaka Antara, 1978, h. 4
7
Pengangkatan gelar pusaka ini diberikan kepada M. Natsir setelah ia menikah dengan Nurhanar pada tanggal 20 Oktober 1934. Ini merupakan adat Minangkabau bahwa gelar tersebut
akan diberikan yang berhak menerimanya secara turun temurun setelah yang bersangkutan melangsungkan perkawinan, walaupun tidak selamanya demikian Pen. Yusuf A. Puar, M.
Natsir 70 Tahun: kenang- kenangan…. h. 4
kota Bandung ia mulai tertarik pada gerakan Islam dan pelajar politik di perkumpulan JIB, organisasi yang tirdiri dari para pemuda Islam bumiputera
yang bersekolah di Belanda
8
, ia juga berkenalan dengan kebudayaan dan filsafat Barat serta memperoleh pengetahuan sekuler.
9
Dengan kata lain, di kota Bandung inilah ia mulai mengukir sejarah panjang, mulai dari
mempelajari agama secara mendalam, aktif dalam bidang politik, dakwah, dan juga ia aktif dalam bidang pendidikan.
10
Di tempat ini pula Natsir berguru dengan Ahmad Hasan 1887-1958, tokoh pemikir yang agresif, puritan dan
eakstrim.
11
Hemat penulis, gagasan pendidikan integral M. Natsir sedikit banyak dipengaruhi oleh alam pikiran Ahmad Hasan. Hal ini dapat diketahui bahwa
ajaran Islam sepenuhnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Bagi kelompok ini satu-satunya agama yang memposisikan akal secara
istimewa dan menganjurkan menerapan penemuan-penemuan ilmiah. Demikian pula al-Quran dan al-Sunnah merupakan satu-satunya rujukan yang
mampu memberikan dasar doktrinal atau legimitasi seluruh tindakan kehidupan umat manusia di dunia.
12
Minat dan perhatian M. Natsir terhadap persoalan keislaman dan Kemasyarakatan menyebabkan M. Natsir menolak tiga kesempatan yang
ditawarkan kepadanya, yaitu melanjutkan ke fakultas ekonomi atau fakultas hukum di Rotterdam, menjadi pegawai negeri dengan gaji besar sebagai
hadiah atas keberhasilannya menyelesaikan studi di AMS dengan nilai tinggi. Minat tersebut direalisasikannya dengan aktif dalam bidang pendidikan
8
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta, Amzah, 2009, Cet. I, h. 114
9
Saidan, Perbandingan Pemikiran Pendidikan Islam….h. 143
10
Abuddin Nata, Tokoh- Tokoh Pembaruan….h. 75
11
Hal ini cukup berasalan karena Ahmad Hasan mengadopsi ajaran-ajaran yang di usung oleh Muhammad Abduh, Muhammad Abd al-Wahhab, dan Jamaluddin al-Afghani. Ketiga tokoh
tersebut secara tidak langsung membentuk mind-set dan kepribadian Ahmad Hasan yang puritan, agresif, ekstrim. Puritan disini kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya sesuai dengan al-
Quran dan al-Sunnah. Adapun agresip dapat dipahami sebagai aksi nyata ketika melihat tindakan yang tidak sesusai dengan ajaran agama Islam. Ekstrim artinya berlebihan dalam menanggapi dan
bertindak. Hal ini dapat dilihat dari sikap dan pernyataan Ahmad Hasan yang cendrung tegas. Baca, Harun Nasution,
Pembaharuan dalam pendidikan….h. 54.
12
Khalimi, Ormas-ormas Islam; Sejarah, Akar teologi dan politik, Jakrta: Gaung Persada Press, 2010, h. 346
secara luas yang dirintisnya dengan melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan studi Islam yang dilaksanakan oleh Persatuan Islam Persis di
Bandung yang dimulai sejak tahun 1927-1932 dibawah pimpinan A.Hassan. Pada bulan Maret 1932 Persis menyelenggarakan pertemuan kaum
Muslimin di Bandung dengan mengangkat persoalan pendidikan bagi generasi muda Islam sebagai tema sentralnya. Pertemuan itu melahirkan
suatu perkumpulan yang diberi nama Pendidikan Islam, selanjutnya disingkat PENDIS dengan program utamanya meningkatkan mutu pendidikan melalui
pembaharuan kurikulum, menanamkan ruh Islam pada setiap mata pelajaran yang diajarkan kepada para siswa.
13
PENDIS mengelola sistem pendidikan yang dapat melahirkan lulusan yang memiliki kepribadian yang mandiri dan
terampil. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas antara lain dilakukan melalui pendirian sekolah-sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak, HIS,
MULO, pertukangan, perdagangan, kursus-kursus, ceramah, dan lain sebagainya.
14
Jejak M. Natsir dalam bidang pendidikan sudah ada sebelum negeri ini merdeka. Ketika Indonesia berada di bawah jajahan Jepang 1942-1945
seluruh partai Islam dibubarkan kecuali empat organisasi Islam yang tergabung dalam MIAI Majelis Islam A’la Indonesia yaitu; NU,
Mohammadiyah, PUI yang berpusat di Majalengka, dan PUII yang berpusat di Sukabumi. Empat generasi tersebut kemudian tergabung dalam satu
wadah, yaitu MASJOEMI, penjelmaan baru MIAI. Pada 1945 Masjoemi mengadakan rapat yang menghasilkan dua putusan penting, pertama,
membentuk barisan mujahidin dengan nama Hizbullah untuk berjuang melawan sekutu. Kedua, mendirikan perguruan tinggi Islam dengan nama
Sekolah Tinggi Islam STI, STI kemudian hari menjadi Universitas Islam Indonesia UII Yogyakarta. Maksud berdirinya STI adalah untuk
13
Salah satu prestasinya yang membanggakan adalah pada saat M. Natsir menjadi perdana Menteri. Beliau mengeluarkan keputusan untuk mewajibkan pelajaran Agama Islam disekolah-
sekolah Umum. Adian Husaini, M. Natsir; Pahlawan dan Pendidik Teladan, Republika. Ahad, 21 Maret 2010
14
Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan ….h. 76-77
memberikan pendidikan tinggi tentang agama Islam, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat di kemudian hari.
Dewan Ketua Kurator STI dijabat Mohammad Hatta dan M. Natsir sebagai sekretarisnya. Rektor Magnificus oleh KH. A. Kahar Muzakkir dan
Natsir pula sebagai sekretarisnya, dan Prawoto Mangkusasmito sebagai wakil sekretaris. Di samping menjabat sebagai sebagai sekretaris Sekolah Tinggi
Islam STI di Jakarta, Natsir, di kala itu, menjabat sebagai kepala biro pendidikan Kodya Bandung. Pada tahun 1932-1942, beliau memimpin
Lembaga Pendidikan Islam PENDIS
15
yang menjadi cikal bakal lahirnya Universitas Islam Bandung UNISBA, yang saat menjadi universitas
terpandang di kota Bandung. Setelah matang membangun Pendidikan Islam PENDIS, M. Natsir mengarahkan andilnya untuk membangun perguruan
Islam lainnya. Beliau melakukan adanya koordinasi dan penyelarasan program pendidikan perguruan Islam bakal melahirkan institusi pendidikan
Islam yang memiliki keseragaman dasar dan cita-cita. Guna merealisasikan tujuannya ini, beliau menyeru perguruan dan
institusi pendidikan Islam di Indonesia untuk membentuk wadah bersama yang diberi nama Perikatan Perguruan-Perguruan Muslim PERMUSI.
Beliau juga tercatat sebagai penggagas di balik berdirinya Badan Kerja Sama Perguruan tinggi Islam Swasta BKS PTIS yang kini memiliki anggota lebih
dari 500 PTIS se Indonesia. Dari gagasan M. Natsir lahirlah kampus-kampus Islam yang memiliki nama besar, seperti Universitas Islam Indonesia UII di
Yogyakarta, Universitas Islam Sumatera Utara UISU di Medan, Universitas Islam Bandung UNISBA di Bandung, Universitas Muslim Indonesia UMI
di Makasar, Universitas Islam Sultan Agung UNISSULA di Semarang, Universitas Islam Riau UIR di Riau, Universitas Al-Azhar Indonesia, dan
15
Lembaga ini menjadi model alternatif dari sistem pendidikan kolonial. Sekaligus hadir sebagai jawaban dari sistem pendidikan sekular belanda saat itu. Beliau berpendapat pendidikan
bukanlah bersifat parsial. Pendidikan adalah universal, ada keseimbangan balance antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan ruhani, tidak ada dikotomis antar cabang-cabang
ilmu. Beliau berusaha menggabungkan pendidikan pengetahuan umum dengan agama. Beliau tidak sepakat dengan sistem pendidikan sekular, yang memisahkan agama dari dunia.
LPDI Jakarta yang kini menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah STID M. Natsir.
16
M. Natsir berpulang ke rahmatullah pada tanggal 6 pebruari 1993 Masehi bertepatan dengan 14 Sya’ban 1413 Hijriah di rumah sakit Cipto Mangun
Kusumo Jakarta dalam usia 85 tahun dengan meninggalkan enam orang anak dari pernikahannya dengan Nurhanar, yaitu; Siti Muchlisoh 20 Maret 1936,
Abu Hanifah 29 April 1937, Asma Farida 17 Mei 1941. Hasnah Faizah 5 Mei 1941, Aisyatul Asrah 20 Mei 1942, dan Ahmad Fauzi 26 April
1944. Berbagai pernyataaan dan ungkapan belasungkawan muncul baik dari kawan seperjuangan maupun lawan politiknya.
17
c. Karya Tulis M. Natsir
Kemampuan dalam menulis M. Natsir tidak dimungkiri terus meningkat. Kualitasnya beriringan dengan prestasi belajar dan bangku pendidikan yang
ditempuhnya. M. Natsir telah menghasilkan begitu banyak tulisan, salah satunya adalah ketika mengenyam pendidikan di Algemene Middlebare
School AMS Bandung. Beliau menulis dengan analisis tajam soal pabrik tebu kolonial dalam tulisannya beliau mengkritik pabrik tebu yang merugikan
dan tidak berperikemanusiaan. Karena rakyat jelata dipaksa kerja rodi dan tidak diberi upah yang layak. Mekipun tulisan itu berasal dari tugas sekolah,
boleh jadi tulisan ilmiah-akademis pertama M. Natsir. Pada dasarnya, jejak kepenulisan Natsir dalam surat kabar-surat kabar di
zamannya begitu banyak. Tak hanya di Pembela Islam, beliau juga turut menulis di Pandji Maskara. Dimana beliau menulis salah satu gagasannya
yakni “Dunia Islam dari Masa ke Masa”. Dalam tulisannya beliau memandang Islam harusnya membangun dari keterpurukan dan menjadikan
dunia Islam basis kekuatan. Dimana kekuatan itu, melahirkan generasi yang tangguh dan tidak tergantung pada Barat. Dan kembali pada akidah yang
16
Badru Tamam: Konsep Pendidikan M. Natsir, Diakses tanggal 29 Mei 2012 dari, http:www. voa-Islam. com
17
Mantan perdana menteri Jepang yang diwakili Nakajima mengungkapkan berita wafatnya Natsir ini dengan ungkapan: Berita wafatnya Pak M. Natsir terasa lebih dahsyat dari jatuhnya bom
atom Hirosima Abuddin Nata, Tokoh Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, hal. 81
murni tanpa tahayul, bid’ah, dan kurafat. Sedangkan pada majalah Media
Dakwah, beliau menulis tentang fiquh al-dakwah yang berisikan bagaimana kita seharusnya bisa menyampaikan tabligh tentang pesan dan ajaran Islam
dengan baik. Adapun dalam salah satu laporan dari Yusuf Abdullah Puar menyebutkan
ada 52 judul telah ditulis 52 judul telah ditulis Natsir dalam berbagai kesempatan sejak tahun 1930.
18
Tetapi tidak dijelaskan yang dimaksud dengan 52 judul tulisan Natsir tersebut, apakah judul yang dihimpun menjadi
buku atau artikel bebas yang berada dimedia massa. Kalau benar judul buku yang sudah tercetak, ini bisa dimengerti mengapa buku Natsir itu isinya
berupa kumpulan artikel seperti Kapita Selecta I dan II dan sebagainya. Akan tetapi, jika judul tersebut termasuk tulisan lepas Natsir, maka menurut penulis
lebih dari itu. Tulisan M. Natsir pertama dalam bentuk buku
yakni “Mohammad als Profeet
”. Tulisan tersebut menggunakan bahasa Belanda yang berisikan tentang bagaimana Rasullah berjuang dan berkiprah untuk kemajuan umat
Islam. Adapun Tulisan dalam bahasa Indonesia yang pertama adalah Cultural Islam. Beliau menulis berdua dengan alm, C. P Wolf Kemal Schoemaker
1936.
19
Dimana tulisan itu menuliskan tentang budaya menurut penilaian Soekarno. Salah satunya adalah keinginan Soekarno yang ingin menjadikan
Indonesia sebagai negara sekuler seperti Turki. Sekuler disini memisahkan antara agama dan negara. Hal itu ditentang oleh M. Natsir yang berpendapat
bahwa negara dan agama baik secara history sejarah maupun cultur budaya,
maupun secara syar’i tidak dapat dipisahkan. Karena negara dalah bagian dari agama Islam itu sendiri. Sehingga kegiatan kenegaraan baik
pelaksanaannya harus berlandaskan agama Islam. Karena agama memuat semua aspek kehidupan tanpa terkecuali. Tulisan-tulisan tersebut penting
sekali untuk kalangan intelektual Indonesia yang pada masa itu lebih mengusai dan menghargai tulisan-tulisan dalam bahasa Belanda dari pada
18
Yusuf Abdullah Puar, M. Natsir 70 tahun: Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan Jakarta: Pustaka Antara: 1978, h. 4
19
M. Natsir, Kapita Selecta, Jakarta: Bulan Bintang, 1973, Cet. III, h. 15
Bahasa Indonesia. Untuk itu, Soekarno menghargai usaha Natsir dengan penghargaan yang sangat tinggi.
20
Akan tetapi M. Natsir dalam jejak kepenulisannya pernah berpolemik dengan Soekarno. Polemik ini tidak terlepas dari kondisi pergerakan nasional
saat itu yang seolah-olah membelah dalam dua kubu: Islam dan Nasionalisme Sekuler. M. Natsir turut masuk dalam perdebatan dan polemik terhadap
pemikiran Soekarno. Yang perlu dicatat, Soekarno juga mempublikasikan tulisannya lewat surat kabar Islam, seperti Pandji Islam. Soekarno dan
Mohammad Natsir berbicara tentang Islam dengan konsepnya masing- masing.
Adapun Tulisan-tulisan Soekarno antara lain berjudul Memudahkan Pengertian Islam, Apa Sebab Turki Memisahkan Agama dari Negara, dan
„Masjarakat Onta’ dan „Masjarakat Kapal-udara’. Dimana tulisan-tulisan Soekarno mencemaskan dalam pandangan M. Natsir. Soekarno terlihat usaha
untuk weternisasi yang disamakan dengan modernisasi. Karena Soekarno menganggap bahwa agama hanya berisi tentang soal pribadi semata. Atau
dengan kata lain agama tidak menyentuh aspek ketatanegaraan ataupun politik. Soekarno ingin memaksakan agar negara Indonesia mencontoh kemal
Attaturk. Menanggapi tulisan Soekarno, M. Natsir menulis dengan judul, antara lain Tjinta Agama dan Tanah Air,
Ichwanu’ Shafaa, Rasionalisme dalam Islam, Islam dan Akal Merdeka, dan Persatuan Agama dengan
Negara. Dimana tulian-tulisan M. Natsir tersebut masih menganggap bahwa nilai-nilai dasar Islam masih relevan dengan perkembangan apapun di dunia
demi kebahagian ummat manusia sendiri.
21
Setelah Indonesia merdeka, Natsir terus aktif menulis di pelbagai surat kabar. Majalah Abadi, Hikmah, Media Dakwah, dan Suara Masjid adalah
surat kabar yang pernah mempublikasikan tulisan beliau. Buku-buku beliau berjumlah puluhan, seperti Capita Selekta I dan II 1955, Di Bawah
20
Thohir Luth, M. Natsir Dakwah dan Pemikirannya Jakarta: Gema Insani Press, 1999 h. 29
21
M. Natsir, Dunia Islam dari Masa ke Masa, Jakarta: Panji Maskara, 1981 h. x
Naungan Risalah 1971, Fiqh ad-Dakwah 1981, Dunia Islam dari Masa ke Masa 1982, dan beberapa karangan lainya.
B. Hasil Penelitian 1. Gagasan Pendidikan Integral M. Natsir