Jumlah Sampel METODOLOGI PENELITIAN

21 penelitian lain didapatkan bahwa secara global prevalensi laki-laki dan perempuan yang menderita DM tidak terlalu berbeda. Namun pada usia 60 tahun prevalensi DM sedikit lebih tinggi pada laki-laki dan pada usia 60 tahun sedikit lebih tinggi perempuan. 25 Pada penelitian ini pasien DM perempuan didapatkan lebih banyak dari laki-laki. Pasien DM yang diteliti sebagian besar berusia antara 45-64 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Wild yang menyatakan bahwa pada negara berkembang mayoritas penderita DM berada pada usia 45-64 tahun. Lain halnya dengan negara maju mayoritas penderita DM berada pada usia 64 tahun. 25 Untuk tipe DM, prevalensi antara kedua tipe mengalami peningkatan secara global. DM tipe 2 mengalami peningkatan yang lebih cepat diduga karena naiknya kejadian obesitas, turunnya aktivitas fisik seiring dengan pertumbuhan industri di suatu negara, dan populasi yang usianya bertambah tua. DM tipe 1 memiliki angka kejadian tertinggi di Skandinavia yaitu sebesar 57,4 per 100.000 penduduk. 13 Pasien DM pada penelitian ini didominasi oleh DM tipe 2 yang jumlahnya sembilan kali lipat dari DM tipe 1. Glukosuria dalam keadaan normal tidak terjadi. Glukosa dalam kondisi normal disaring oleh glomerulus dan direabsorbsi di tubulus proksimal. Glukosuria terjadi apabila glukosa yang difiltrasi melebihi kemampuan tubulus untuk mereabsorbsinya 180-200 mgdl. DM merupakan salah satu etiologi dari munculnya glukosuria. 21 Sehingga pada penilitian ini didapatkan temuan glukosuria pada pasien DM sebesar 78,6. Proteinuria terjadi pada 15-40 pasien DM tipe 1 dengan puncak insiden durasi DM 15-20 tahun. Pada DM tipe 2 proteinuria terjadi sekitar 5-20. Pada penelitian ini didapatkan angka yang lebih tinggi. 26 Hal ini disebabkan pada penelitian sebelumnya sampel yang digunakan lebih besar, sementara pada penilitian ini sampel yang digunakan berjumlah 42. GDS yang didapat pada pasien DM yang diteliti memiliki nilai median 358,5 mgdl dengan nilai minimal 201 mgdl dan nilai maksimal 795 mgdl. Hal 22 ini menunjukkan pasien DM yang diteliti memiliki nilai GDS yang tinggi. Pada penelitian Baloch dkk didapatkan GDS untuk pasien DM tipe 2 sebesar 232.85 ± 5.87 mgdl dan DM tipe 1 sebesar 288.99 ± 7.87 mgdl. 17 Adanya perbedaan hasil dengan penelitian ini ialah karena lokasi penelitian yang berbeda.

4.2 Prevalensi Temuan Leukosituria pada Pasien DM

Hasil pengumpulan data penelitian ini menunjukkan ada 19 temuan leukosituria dari 42 pasien DM. Maka prevalensi temuan leukosituria pada DM adalah: Penelitian pada perempuan DM usia 57±13 tahun yang dilakukan oleh Lerman mendapatkan prevalensi leukosituria sebesar 46,5. Pasien dengan ISK memiliki kecenderungan 7,5 kali ditemukan leukosituria dibandingkan tanpa ISK. 27 Nakano dkk mendapatkan bahwa kejadian leukosituria asimtomatik pada wanita DM sebesar 27,9 sedangkan non DM sebesar 15,8. Ini menunjukkan bahwa pada pasien DM memiliki kecenderungan untuk ditemukan leukosit 5lpb pada urinalisis. 24 Pada penelitian yang dilakukan oleh Khamees di Libya pada anak usia 3-12 tahun didapatkan prevalensi leukosituria total sebanyak 59,8, dengan jumlah bakteriuria positif sebanyak 50,78 dan negatif sebanyak 9,02. 28 4.3 Hubungan Jenis Kelamin, Usia, Tipe DM, Glukosuria, Proteinuria dan GDS dengan Temuan Leukosituria Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, tipe DM, glukosuria, proteinuria dan GDS dengan temuan leukosituria yang dibuktikan dengan nilai p untuk semua variabel 0,05. Prevalensi = Σ e a e i ia Σ a ie DM x konstanta = 19 4 x 100 = 45,2