Karakeristik Pasien DM pada Penelitian ini

23 Penelitian sebelumnya tidak ada yang menghubungkan temuan leukosituria dengan berbagai variabel seperti pada penelitian ini terlebih hanya pada pasien DM. Namun penelitian sebelumnya lebih bertujuan untuk melihat apakah temuan leukosituria bermakna atau tidak dengan ISK dan juga mengamati seberapa besar sensitivitas, spesivisitas, positive predictive value, maupun negative predictive value dari temuan leukosituria terhadap ISK maupun bakteriuria. Pada penelitian Al-Dulaimi dkk didapatkan tiga variabel yang bermakna dengan bakteriuria asimtomatik, yaitu leukosituria, makroalbuminuria, dan glukosuria. 29 Hal ini menunjukkan bahwa temuan bakteriuria dari urin yang menjadi baku emas dalam penegakan diagnosis ISK sejalan dengan temuan leukosituria. Tabel. 4.2 Hubungan jenis kelamin dengan temuan leukosituria Temuan Leukosituria p-value Jenis Kelamin Positif Negatif Laki-laki 7 36,8 8 34,8 Perempuan 12 63,2 15 65,2 0,890 Total 19 100 23 100 Pada ISK, secara prevalensi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena secara anatomi uretra perempuan lebih pendek yang memudahkan masuknya bakteri dari saluran pencernaan ke saluran kemih. 28 Baloch dkk mendapatkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ISK. 17 Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara jenis kelamin dengan temuan leukosituria tidak bermakna diduga karena pada sampel awal jumlah perempuan jauh lebih banyak daripada laki-laki sehingga mempengaruhi hubungan secara statistik. 24 Tabel. 4.3 Hubungan usia dengan temuan leukosituria Temuan Leukosituria p-value Usia tahun Positif Negatif 20-44 1 5,3 7 30,4 45-64 15 78,9 14 60,9 64 3 15,8 2 8,7 0,054 Total 19 100 23 100 Variabel usia didapatkan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan temuan leukosituria. Peneliti menduga karena persebaran usia pada penelitian ini cenderung terpusat pada usia 45-64 tahun sedangkan jumlah temuan leukosituria yang positif dan negatif tidak jauh berbeda pada rentang usia tersebut. Pada penelitian Ariwijaya didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan kejadian ISK. 16 Nakano dkk menyatakan prevalensi temuan leukosituria asimtomatik meningkat tajam jika durasi menderita DM lebih dari 15 tahun. 24 Namun pada penelitian ini usia yang didapatkan sebagai data tidak menggambarkan seberapa lama pasien menderita DM sehingga peneliti tidak bisa mencari tahu hubungan durasi menderita DM dengan temuan leukosituria. Tabel. 4.4 Hubungan tipe DM dengan temuan leukosituria Temuan Leukosituria p-value Tipe DM Positif Negatif DM tipe 1 0 0 4 17,4 DM tipe 2 19 100 19 82,6 0,114 Total 19 100 23 100 Tipe DM didapatkan tidak bermakna terhadap temuan leukosituria. Peneliti menduga hal ini karena besar sampel yang digunakan pada penelitian ini kecil sehingga ada perbedaan rasio yang cukup besar antara DM tipe 2 dan DM tipe 1. Pada penelitian lain hanya didapatkan dari 61 total prevalensi ISK pada DM, 25 87 merupakan DM tipe 2 dan 13 merupakan DM tipe 1. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan analisis untuk mencari hubungan antara tipe DM dengan kejadian ISK. 17 Tabel. 4.5 Hubungan glukosuria dengan temuan leukosituria Temuan Leukosituria p-value Glukosuria Positif Negatif Positif 14 73,7 19 82,6 Negatif 5 26,3 4 17,4 0,707 Total 19 100 23 100 Secara statistik, temuan glukosuria berhubungan dengan bakteriuria asimtomatik. 29 Secara in vitro memang ditemukan pertumbuhan bakteri dengan penambahan glukosa namun secara in vivo glukosuria belum ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan bakteriuria asimtomatik atau perkembangan ke arah ISK. 30 Sehingga ini sesuai dengan tidak bermaknanya hubungan glukosuria dengan temuan leukosituria pada penelitian ini. Tabel. 4.6 Hubungan proteinuria dengan temuan leukosituria Temuan Leukosituria p-value Proteinuria Positif Negatif Positif 12 63,2 16 69,6 Negatif 7 36,8 7 30,4 0,661 Total 19 100 23 100 Penelitian ini mendapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara proteinuria dengan temuan leukosituria. Hal ini diduga karena proteinuria dapat muncul akibat berbagai macam kondisi. Pada kondisi kondisi patologis proteinuri muncul pada ISK, kelainan glomerulus, dan tubulus. 22 Pada penelitian ini tidak