Gambaran Temuan Leukosituria pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Periode Januari-Juni Tahun 2013
PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT
UMUM KOTA TANGERANG SELATAN PERIODE
JANUARI-JUNI TAHUN 2013
Laporan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh:
Khoirul Ahmada Putra
1110103000041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
(2)
LEMBAR
PERNYATAAN
Dengan ini penyusun menyatakan bahwa :
L
Penelitian ini merupakan hasil karya asli penyusun yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strataI
di Fakultas Kedokteran danIlmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2.
Semua sumber yang penyusun gunakan dalam.penulisan
ini
telah dicantumkan seslrai dengan ketentuan- yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.3.
Jika di kemudian harilerbuldj bahwa karya ini bukan hasil karya asli
penyusun atau merupakan jiplakan dari karya orarig lain, penyusun bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
(3)
DIABETES
N,IELLITUSDI
RUN{AH
SAKIT
UN{UN,IKOTA
TANGERANG SELATAN PERIODE
JANUARI-JUNI
TAHUN
2013
Laporan Penelirian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S. Ked)
Oleh:
Khoirul Ahmada Putra NIM : 1110103000041
Pembimbing
I
PembimbingII
d*-,(
dr. Hadianti, SpPD
PROGRAM
STUDIPENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
DAN
ILNIU
KESEHATAN
UNT\'ERSITAS
ISLAM
NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
L434Ht20t3M
,N,
dr. Marita Fadhilah, Ph.D
(4)
PENGESAHAN
PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul GAN{BARAN TENIUAN LEUKOSITURTA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
DI
RUMAHSAKIT
UMUM KOTA TANGERANG SELATAN PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2OI3 yang diajukan oleh Khoirul Ahmada Pprtra (NIM: 1110103000041), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Ked6kteran dan IImu Kesehatan pada 19 September 2013. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah saru syarat memperoleh gelar sarjana Kedoktelan (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.Jakafia, 1 9 September 2013
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
-|+-+
dr. Hadianti, SpPD
Pembimbing
I
Pembimbing 26v
dr. Marita Fadhilah, ph.D Penguji 2
dr. Nouval S
DEKAN FKIK
UIN .
.4-)
I
L
__-.-,,
offin*.
Tadj udin, SpAndK UIN
1V
d
)-4
dr. Hadianti, SpPD Penguji
I
SpU, Ph.D, FICS,
FACS
dr. Hari Hendarto, SppD, ph.D PIMPINAN FAKULTAS(5)
v
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang atas ridho, rahmat dan hidayah-Nya maka penelitian dengan
judul “Gambaran Temuan Leukosituria pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Periode Januari-Juni Tahun 2013” ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian penelitian ini turut dibantu oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Hadianti, SpPD selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing peneliti dari awal hingga terselesaikannya penelitian ini.
4. dr. Marita Fadhilah, Ph.D selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing kami dari awal hingga terselesaikannya penelitian ini.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset
Program Studi Pendidikan Dokter 2010.
6. Irianto dan Mahmudah selaku orang tua penulis yang telah tanpa lelah memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta adik-adik tercinta
Irma Roudlotus Shofia, Id‟ham Husain Fathoni, dan Fauziyyah Kamila
Zahrani, yang selalu menjadi motivasi demi terselesaikannya laporan penelitian ini.
(6)
vi
7. Kawan – kawan seperjuangan riset Karmila Karim, Ali Alatas, Abdullah Shidqul Azmi, dan Fitria Luluk Mukhasona yang sejak awal hingga terselesaikannya penelitian selalu menemani dalam suka maupun duka dan memberikan pencerahan saat menemui kebuntuan.
8. Nilam Fajarwati, Yahya Kholid, Ilham Ibrahim Marpid, Naufal
Farisatrianto, dan Hafidhu Nalendra yang tak henti memberikan dorongan dan bantuan hingga terselesaikannya penelitian ini.
9. Sahabat dan teman – teman Program Studi Pendidikan Dokter 2010 serta
seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10.Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 19 September 2013
(7)
vii
Khoirul Ahmada Putra. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran Temuan Leukosituria pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Periode Januari-Juni Tahun 2013.
Jumlah kasus Diabetes Mellitus (DM) seiring waktu mengalami peningkatan yang signifikan dan menyebabkan berbagai komplikasi. DM menyebabkan beberapa abnormalitas pada sistem imun yang menyebabkan risiko lebih tinggi terkena infeksi, termasuk pada saluran kemih. Temuan leukosit pada urin (leukosituria) sugestif menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (ISK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi temuan leukosituria pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan tahun 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang dengan subjek pasien DM. Hasilnya dari 42 pasien DM ditemukan prevalensi temuan leukosituria sebanyak 45,2%. Karakteristik pasien DM yang diteliti ialah perempuan: 68,3%, usia 20-44 tahun: 19,02%, 45-64 tahun: 69,05% dan >64 tahun: 11,9%. DM tipe 2: 90,5%, glukosuria positif: 78,6%, proteinuria positif: 66,7%, dan kadar GDS 358,5 (201-795) mg/dl. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna (p>0,05) antara jenis kelamin, usia, tipe DM, glukosuria, proteinuria dan kadar GDS dengan temuan leukosituria.
Kata Kunci : Diabetes Mellitus, leukosituria
ABSTRACT
Khoirul Ahmada Putra. Medical Education Program. Overview of Leukocyturia Findings in Diabetes Mellitus Patients of General Hospital of South Tangerang January-June 2013.
Diabetes Mellitus cases are significantly increasing and cause many complications. DM causes several abnormalities of immune system that might result in a higher risk of certain infections, including in urinary tract. Leukocyte findings in urine (leukocyturia) are suggestive for the presence of Urinary Tract Infection (UTI). The aim of this study is to find the prevalence of leukocyturia findings in Diabetes Mellitus patients of General Hospital of South Tangerang 2013. Cross-sectional design was conducted on patients with DM. From 42 subjects we find the prevalence of leukocyturia findings is 45,2%. The characteristics of the subjects is female: 68,3%, age(years old) 20-44: 19,02%, 45-64: 69,05%, and >64: 11,9%, type 2 DM: 90,5%, positive glucosuria: 78,6%, positive proteinuria: 66,7%, and random blood glucose 358,3 (201-795) mg/dl. We cannot find the significant correlations of gender, age, type of DM, glucosuria, proteinuria, and random blood glucose level with the leukocyturia findings (p>0,05).
(8)
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.3.1 Tujuan Umum ... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 2
1.4.1 Bagi Peneliti ... 2
1.4.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 3
1.3.1 Bagi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Diabetes Mellitus ... 4
2.1.1 Definisi dan Gambaran Umum ... 4
2.1.2 Epidemiologi ... 4
2.1.3 Klasifikasi ... 5
2.1.4 Diagnosis ... 7
2.1.5 Komplikasi ... 9
2.2 Infeksi Saluran Kemih ... 11
2.3 Leukosituria ... 13
2.4 Kerangka Teori ... 15
(9)
ix
3.1 Desain Penelitian ... 18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.3 Populasi dan Sampel ... 18
3.4 Jumlah Sampel ... 18
3.5 Kriteria Sampel ... 19
3.6 Cara Kerja ... 19
3.7 Manajemen Data ... 19
3.7.1 Pengolahan Data ... 19
3.7.2 Analisis Data ... 19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Karakteristik Pasien DM pada Penelitian ini ... 20
4.2 Prevalensi Temuan Leukosituria pada Pasien DM ... 22
4.3 Hubungan Jenis Kelamin, Usia, Tipe DM, Glukosuria, Proteinuria dan GDS dengan Temuan Leukosituria ... 22
4.4 Keterbatasan Penelitian ... 26
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 27
5.1 Simpulan ... 27
5.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 29
LAMPIRAN ... 32
(10)
x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi Diabetes Mellitus (American Diabetes
Association 2012) ... 5
Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus ... 7
Tabel 2.3 Komplikasi kronik Diabetes Mellitus ... 10
Tabel 2.4 Kriteria diagnosis Infeksi Saluran Kemih ... 12
Tabel 4.1 Distribusi variabel kategorik pasien DM ... 20
Tabel 4.2 Hubungan jenis kelamin dengan temuan leukosituria ... 23
Tabel 4.3 Hubungan usia dengan temuan leukosituria ... 24
Tabel 4.4 Hubungan tipe DM dengan temuan leukosituria ... 24
Tabel 4.5 Hubungan glukosuria dengan temuan leukosituria ... 25
Tabel 4.6 Hubungan proteinuria dengan temuan leukosituria ... 25
Daftar Gambar Gambar 2.1 Langkah-langkah diagnostik Diabetes Mellitus dan gangguan toleransi gula ... 8
Gambar 2.2 Mekanisme molekuler yang mungkin menyebabkan komplikasi Diabetes Mellitus ... 10
(11)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik endokrin yang paling sering dijumpai dan berhubungan dengan komplikasi organ lain baik berupa komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler. Pasien DM juga sering mengalami infeksi, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks.1 Semakin lama seseorang menderita DM maka risiko komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler akan meningkat beberapa kali lipat. Komplikasi ini yang
menyebabkan meningkatnya risiko infeksi lebih jauh.2
Adanya defek pada fungsi neutrofil, limfosit, dan makrofag berperan dalam kejadian infeksi pada pasien DM. Pada pasien DM, neutrofil mengalami perubahan dalam proses perlekatan, kemotaksis, fagositosis, dan aktivitas bakterisida. Diduga kondisi hiperglikemia menyebabkan tingkat aktivasi sel polimorfonuklear (PMN) yang rendah dan persisten yang kemudian menyebabkan kondisi toleran pada infeksi.2
Salah satu masalah kesehatan di negara sedang berkembang seperti Indonesia adalah layanan kesehatan yang memiliki fasilitas terbatas. Pada kondisi tersebut umumnya fasilitas untuk melakukan kultur urin tidak tersedia.3 Padahal kultur urin merupakan baku emas dalam penegakan diagnosis Infeksi Saluran Kemih (ISK). Namun demikian ada beberapa masalah terkait ini yaitu kultur urin mahal dan waktu yang dibutuhkan cukup lama sehingga dapat menunda tegaknya diagnosis.4
Pemeriksaan urinalisis digunakan untuk menentukan dua parameter penting
dalam ISK, yaitu bakteri dan leukosit.5 Leukosituria ialah ditemukannya leukosit
pada urin lebih dari 5/lpb. Leukosituria menunjukkan adanya inflamasi dalam saluran genitourinaria dan biasa muncul bersamaan dengan bakteriuria
(12)
2
asimtomatik bahkan ISK.6 Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui prevalensi temuan leukosituria pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan tahun 2013 sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya inflamasi pada saluran genitourinaria pada pasien DM.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah prevalensi temuan leukosituria pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan tahun 2013.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi temuan leukosituria pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan periode Januari-Juni tahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui karakteristik pasien DM di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan periode Januari-Juni tahun 2013.
b. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin, usia, tipe DM,
glukosuria, proteinuria dan Gula Darah Sewaktu (GDS) dengan temuan leukosituria pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan periode Januari-Juni tahun 2013.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
(13)
Menjadi salah satu bentuk perwujudan peneliti dalam melaksanakan kewajiban mahasiswa yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Memberi pengetahuan pada peneliti tentang prevalensi temuan
leukosituria pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan periode Januari-Juni tahun 2013.
1.4.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Menambah referensi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta di bidang kedokteran.
Menjadi dasar untuk melakukan penelitian lanjutan dengan tema
serupa di masa depan.
1.4.3 Bagi Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
Menjadi dasar untuk peningkatan kewaspadaan terhadap kejadian
(14)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi dan Gambaran Umum
Menurut Canadian Diabetes Association (CDA) tahun 2013, DM
merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik berupa hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.7 Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan dengan disfungsi, kerusakan jangka panjang, dan kegagalan organ khususnya ginjal, mata, jantung, pembuluh darah, dan saraf.8
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM adalah suatu penyakit yang tidak dapat dituangkan dalam satu definisi yang singkat dan jelas. Secara umum DM merupakan suatu kumpulan masalah anatomik dan kimiawi yang disebabkan oleh beberapa faktor di mana diperoleh adanya defisiensi insulin relatif atau absolut dan gangguan fungsi insulin.9
2.1.2 Epidemiologi
Penderita DM di dunia pada tahun 2012 ini diperkirakan telah mencapai angka 371 juta dengan 50% masih belum terdiagnosis. Negara dengan jumlah pasien DM (usia 20-79) terbanyak adalah China. Urbanisasi yang diikuti dengan perubahan gaya hidup merupakan pendorong terjadinya epidemi ditambah dengan perubahan struktur populasi di mana usia hidup semakin panjang.10
Secara khusus Indonesia menempati posisi ke tujuh dari sepuluh besar negara dengan jumlah penderita DM terbanyak di dunia yaitu 7,4 juta.
(15)
Sistem kesehatan pada 10 besar negara ini termasuk Indonesia dikatakan tak
sejalan dengan masalah DM yang meningkat dengan cepat.10 Pada tahun
2009 dilaporkan bahwa prevalensi DM pada penduduk urban di Indonesia adalah 5,7% yang terdiri dari DM terdiagnosis sebesar 1,5%, DM tak terdiagnosis sebesar 4,2% dan Toleransi Gula Terganggu (TGT) sebesar 10,2%.11
Kasus DM di Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan sebanyak 7.551.940 kasus dengan prevalensi nasional 4,81% dan rata-rata biaya yang dikeluarkan per pasien DM terkait penyakitnya sebanyak 80,22 US Dollar. Jumlah kematian yang berkaitan dengan DM sebanyak 155.465 jiwa.
Jumlah pasien tak terdiagnosis 4.437.520 jiwa.10
Pada tahun 2030 diperkirakan jumlah pasien DM di dunia mencapai angka 551 juta. Di Indonesia diperkirakan ada kenaikan yang cukup
signifikan yaitu mencapai 11 juta dan prevalensi nasional sebanyak 5,95%.10
2.1.3 Klasifikasi
Beberapa klasifikasi DM telah diperkenalkan, berdasarkan manifestasi klinis, umur awitan, dan riwayat penyakit. Klasifikasi yang diperkenalkan
oleh American Diabetes Association (ADA) berdasarkan pengetahuan
mutakhir mengenai patogenesis DM dan TGT. Klasifikasi ini telah disahkan oleh WHO dan dipakai di seluruh dunia. Klasifikasi tersebut sesuai dengan tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi Diabetes Mellitus (American Diabetes
Association 2012)8
Tipe I Tipe II
Tipe Spesifik Lain
Destruksi sel beta pankreas, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut
A. Autoimun B. Idiopatik
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
(16)
6
1. Kromosom 12, HNF-1a (MODY3) 2. Kromosom 7, glucokinase (MODY2) 3. Kromosom 20, HNF-4a(MODY1)
4. Kromosom 13, insulin promoter factor-1 (IPF-1; MODY4) 5. Kromosom 17, HNF-1b(MODY5)
6. Kromosom 2,NeuroD1(MODY6)
7. DNA Mitokondrial 8. Lainnya
B. Defek genetik kerja insulin 1. Resistensi insulin tipe A
2. Leprechaunism
3. Sindrom Rabson-Mendenhall 4. Diabetes lipoatrofik
5. Lainnya
C. Penyakit eksokrin pankreas 1. Pankreatitis
2. Trauma/pankreatektomi 3. Neoplasia
4. Sistik fibrosis 5. Hemokromatosis
6. Pankreatopati fibrokalkulus 7. Lainnya
D. Endokrinopati 1. Akromegali 2. Sindroma Cushing 3. Glukagonoma 4. Feokromositoma 5. Hipertiroidisme 6. Somatostatinoma 7. Aldosteronoma 8. Lainnya E. Obat atau zat kimia
1. Vacor 2. Pentamidin 3. Asam Nikotinat 4. Glukokortikoid 5. Hormon tiroid 6. Diazoksid
7. Agonis beta adrenergik 8. Thiazid
9. Dilantin 10.ɣ-Interferon 11.Lainnya F. Infeksi
1. Rubella kongenital
2. CMV
3. Lainnya
G. Sebab imunologis yang jarang 1. Sindroma Stiff-Man 2. Antibodi antiinsulin 3. Lainnya
H. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM 1. Sindrom Down
2. Sindrom Klinefelter 3. Sindrom Turner 4. Sindrom Wolfram 5. Ataksia Friedreich
(17)
Diabetes Mellitus Gestasional
6. Huntington chorea
7. Sindrom Laurence-Moon-Biedl 8. Distrofi miotonik
9. Porfiria
10. Sindrom Prader-Willi 11. Lainnya
Sumber : ADA, 2012
2.1.4 Diagnosis
Berbagai macam keluhan dapat dijumpai pada pasien DM. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan jika terdapat keluhan klasik DM berikut ini: 12
Keluhan klasik DM berupa: polifagia, polidipsia, poliuria dan
penurunan berat badan dengan sebab yang tak dapat dijelaskan.
Keluhan lain dapat berupa: kesemutan, gatal, mata kabur, lemah badan, dan pruritus vulvae pada wanita, serta disfungsi ereksi pada pria.
Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan tiga cara, seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus12
Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikanwaktu makan terakhir
Atau
Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L) Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam Atau
Kadar gula plasma2 jampada Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dL(11,1 mmol/L) TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
(18)
8
Selain pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, puasa, dan TTGO, pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh American Diabetes Association 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik.12
Langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa dijelaskan pada gambar 2.1. Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat dikelompokkan
ke dalam glukosa darah puasa terganggu (GDPT)atau TGT.12
1. GDPT: Diagnosis GDPT dapat ditegakkan jika setelah pemeriksaan
glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL(5,6-6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL.
2. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan jika setelah pemeriksaan TTGO
didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140-199
mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).12
Gambar 2.1 Langkah-langkah diagnostik Diabetes Mellitus dan gangguan toleransi gula12
(19)
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi DM secara umum ada dua, yaitu: 13
a. Komplikasi Akut DM
Komplikasi akut pada DM berupa Ketoasidosis Diabetik (KAD) dan kondisi hiperglikemik hiperosmolar. Sebelumnya KAD dianggap sebagai ciri khas pada DM tipe 1, namun ternyata dapat terjadi pada DM tipe 1 tanpa sebab imunologi dan yang kadang-kadang dapat diobati dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO). Sedangkan kondisi hiperglikemik hiperosmolar lebih sering dijumpai pada individu dengan DM tipe 2. Kedua komplikasi akut DM ini berhubungan dengan defisiensi insulin relatif atau absolut, penurunan volume, dan gangguan asam basa. Baik KAD maupun
kondisi hiperglikemik hiperosmolar dapat menimbulkan
komplikasi lanjutan yang serius apabila tidak segera didiagnosis dan diterapi.
b. Komplikasi Kronik DM
Komplikasi kronik DM mempengaruhi berbagai sistem organ daalam tubuh sehingga berhubungan dengan mortalitas serta morbiditas akibat penyakit DM. Secara umum komplikasi kronik dapat dibagi menjadi dua, yaitu vaskuler dan nonvaskuler. Lebih lanjut komplikasi vaskuler dibagi menjadi mikrovaskuler (neuropati, retinopati, dan nefropati) dan makrovaskuler (penyakit serebrovaskuler, penyakit jantung koroner, dan penyakit arteri perifer). Komplikasi nonvaskuler misalnya gastroparesis dan infeksi. Komplikasi kronik DM secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(20)
10
Tabel 2.3 Komplikasi kronik Diabetes Mellitus13
Mikrovaskuler Makrovaskuler Lain-lain
Penyakit mata
Retinopati (proliferatif / nonproliferatif)
Edema makular Neuropati
Sensorik dan motorik (mono dan polineuropati) Otonomik
Nefropati
Penyakit jantung koroner Penyakit arteri perifer Penyakit serebrovaskuler
Gastrointestinal (gastroparesis, diare) Genitourinari (uropati / disfungsi seksual) Dermatologi Infeksi Katarak Glaukoma
Penyakit periodontal Hilang pendengaran Sumber : Powers, 2012
Hiperglikemia kronik merupakan faktor etiologik penting yang menyebabkan komplikasi DM namun mekanisme jelas bagaimana kondisi ini dapat menyebabkan perubahan seluler dan disfungsi organ masih belum diketahui. Setidaknya ada empat teori yang diusulkan untuk menjelaskan bagaimana kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan terjadinya komplikasi DM. Keempat teori tersebut dirangkum dalam gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Mekanisme molekuler yang mungkin menyebabkan komplikasi Diabetes Mellitus13
(21)
2.2 Infeksi Saluran Kemih
ISK menunjukkan adanya mikroorganisme dalam urin. ISK dapat juga diartikan sebagai infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme dalam saluran kemih, yang normalnya urin tidak mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya.14
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya ISK, antara lain jenis kelamin, usia, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang dapat menyebabkan perubahan pada struktur saluran kemih termasuk ginjal. Perempuan dengan usia lebih dari 65 tahun dan pada beberapa periode usia memiliki kecenderungan menderita ISK lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Pada laki-laki kejadian ISK jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi.15
Berdasarkan laporan dari Amerika dan Eropa, ISK menjadi urutan teratas penyebab infeksi nosokomial dan hampir 95% disebabkan oleh penggunaan kateter. Komplikasi paling berat dari ISK ialah urosepsis dengan angka mortalitas yang masih tinggi antara 25-60%, dan dapat menjadi penyebab gagal ginjal akut. Dari data rekam medik di Rumah Sakit Umum Kota Dr. Sutomo Surabaya didapatkan bahwa ISK sebesar 16, 85% menjadi penyebab Gangguan Ginjal Akut
(GnGA).16
Hampir semua ISK disebabkan oleh invasi mikroorganisme ascending dari
uretra ke kandung kemih. Pada pasien tertentu dapat terjadi invasi mikroorganisme hingga mencapai ginjal. Proses ini dipermudah dengan refluks vesikoureter.15 Terdapat variasi gambaran klinis ISK mulai dari asimtomatik, uretritis, sistitis, pielonefritis hingga sepsis.16
Prevalensi kejadian ISK pada pasien DM didapatkan hasil bervariasi. Tahir dkk melaporkan bahwa prevalensi ISK pada pasien DM sebanyak 44%. Dari studi Baloch dkk didapatkan bahwa prevalensi ISK pada penderita DM sebanyak 61%
dengan rincian 87% DM tipe 2 dan13% pada DM tipe 1.17
Ada berapa alasan yang menyebabkan adanya peningkatan frekuensi ISK pada pasien DM. Beberapa aspek imunitas mengalami perubahan pada pasien
(22)
12
DM. Fungsi leukosit PMN ditekan, terlebih pada saat kondisi asidosis muncul. Perlekatan leukosit, kemotaksis, dan fagositosis mungkin juga dipengaruhi. Sistem antioksidan yang terlibat pada aktivitas bakterisidal juga mengalami gangguan.Ditemukan juga adanya korelasi antara rendahnya konsentrasi sitokin pada urin (IL6 dan IL8) dengan rendahnya jumlah leukosit urin pada pasien DM yang diduga berkontribusi pada meningkatnya angka insidensi ISK pada pasien DM.1
Peningkatan kemampuan perlekatan Escherichia coli yang mengekspresikan
fimbrae tipe 1 ke sel uroepitel pada pasien wanita DM berperan penting pada patogenesis ISK terutama pada DM yang kontrol gula darahnya rendah. Ditemukan juga adanya penurunan protein Tamm-Horsfall yang merupakan salah satu mekanisme pertahanan penting pada saluran kemih yang bekerja dengan cara
mencegah perlekatan dan masuknya patogen ke dalam sel.1
Diagnosis ISK dimulai dengan mendapatkan riwayat dari pasien. Perangkat diagnostik yang digunakan yaitu urinalisis berupa carik celup dan pemeriksaan mikroskopis. Penegakan diagnosis pasti menggunakan kultur urin.18 Berikut ini
adalah kriteria diagnosis ISK dari European Association of Urology tahun 2011:
Tabel 2.4 Kriteria diagnosis Infeksi Saluran Kemih19
Kategori Deksripsi Gejala Klinis Hasil Laboratorium
1
ISK non
komplikata akut pada wanita, sistitis non komplikata akut pada wanita
Disuria, urgensi, frekuensi, nyeri suprapubik, tidak ada gejala saluran kemih 4 minggu sebelum episode ini
>10 leukosit/mm3 >103 cfu/ml
2 Pyelonefritis non komplikata akut
Demam, menggigil, nyeri pinggang, diagnosis lain disingkirkan, tidak ada riwayat atau temuan klinis berupa abnormalitas saluran kemih (USG dan radiologi)
> 10 leukosit/mm3 >104 cfu/ml
(23)
3 ISK komplikata
Kombinasi dari kategori 1 dan 2; satu atau lebih faktor yang berhubungan dengan ISK terkomplikasi
> 10 leukosit/mm3 >105 cfu/ml (wanita) >104 cfu/ml (pria atau wanita bila diambil dari kateter urin)
4 Bakteriuria
Asimtomatik tidak ada gejala saluran kemih
> 10 leukosit/mm3 >105 cfu/ml (dalam dua kultur yang terpisah lebih dari 24 jam)
5 ISK rekuren
minimal 3 episode infeksi tanpa komplikasi dibuktikan dengan kultur dalam 12 bulan terakhir; hanya wanita; tanpa abnormalitas
struktural/fungsional
<103 cfu/ml
Sumber : EAU, 2011
2.3 Leukosituria
Urinalisis merupakan pemeriksaan penunjang yang cukup sering digunakan untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi dari DM. Dalam urinalisis terdapat
pemeriksaan carik celup (dipstick) dan mikroskopis. Untuk mengetahui
keberadaan leukosit pada urin, dilakukan pemeriksaan carik celup berupa
Leukosit Estrase (LE) dan hitung leukosit secara mikroskopis.20
Keberadaan leukosit pada urin >5/lpb dinamakan leukosituria.21
Leukosituria mengindikasikan adanya proses inflamasi yang terjadi dalam saluran genitourinaria.6 Leukosituria biasanya muncul bersamaan dengan ISK walaupun tidak spesifik untuk ISK saja. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan leukosituria antara lain demam, glomerulonefritis, proses inflamasi lain baik di
kandung kemih ataupun daerah pelvis misalnya apendisitis.22
Pemeriksaan mikroskopis dengan melihat leukosit memiliki positive
predictive value 100% untuk menentukan leukosituria namun tidak selalu berhubungan dengan kejadian bakteriuria. Walaupun demikian semakin banyak
(24)
14
jumlah leukosit/lpb, positive predictive value untuk bakteriuria semakin
meningkat.20
Urinalisis diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis ISK walaupun baku emasnya ialah dengan kultur urin. Keberadaan leukosit pada urin ditemukan memiliki sensitivitas 80% dan spesivitas 76% dalam mendiagnosis ISK,
sementara positive predictive value ditemukan sebesar 53% dan negative
predictive value sebesar 92%.16 Artinya jika saat urinalisis tidak ditemukan
leukosituria, maka akan kecil kemungkinan ada bakteri di dalam urin.20
Pada studi yang dilakukan oleh Rozsai B didapatkan bahwa pada pasien DM tanpa bakteriuria asimtomatik usia muda cenderung lebih sering ditemukan
leukosit>5/lpb dibandingkan dengan pasien non DM.23 Studi lain yang dilakukan
oleh Nakano dkk menyimpulkan bahwa kejadian leukosituria asimtomatik lebih banyak ditemukan pada wanita DM dibandingkan dengan non DM. Prevalensi temuan leukosituria asimtomatik juga meningkat tajam jika durasi menderita DM lebih dari 15 tahun.2
(25)
2.4 Kerangka Teori
Diabetes Mellitus
Kondisi hiperglikemia
Defek fungsi sel imun
Netrofil Limfosit Monosit
Perubahan pada kemotaksis, adhesi,
fagositosis, dan aktivitas bakterisidal Penurunan
fagositosis
Penurunan aktivasi persisten
Muncul kondisi toleran terhadap
infeksi Peningkatan ekspresi
fimbrae tipe 1 Peningkatan adherens
terhadap uroepitelium
Penurunan protein tamm horsfall Penurunan mekanisme
pertahanan adherensi uroepitelium terhadap
mikroba
glukosuria
Media pertumbuhan yang baik untuk
mikroba
Infeksi Saluran Kemih
Inflamasi pada saluran kemih
(26)
16
2.5 Kerangka Konsep
*tidak diteliti dalam penelitian ini 2.6 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat
Ukur
Cara Ukur Skala Ukur
1. DM Penderita telah didiagnosis sebagai
pasien DM dengan kriteria gejala klinis khas berupa poliuria, polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan disertai salah satu dari kadar gula puasa >126 mg/dl, atau gula darah sewaktu >200
mg/dlatau gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl atau
penderita dengan klinis tidak khas disertai peningkatan dari 2 hasil pemeriksaan gula darah seperti tersebut diatas.
Rekam medis
Baca Kategorik
Pasien DM
Diperiksa Urinalisis Tidak diperiksa urinalisis
Leukosit >5/lpb
Leukosit <5/lpb
Leukosituria Tidak
leukosituria Usia Jenis Kelamin Tipe DM GDS Glukosuria Albuminuria Kontrol Gula Darah (GDP dan HbA1C)* Lama Menderita DM*
(27)
2. Leukosituria Leukosit pada urin ditemukan >5/lpb
Hasil lab Baca Kategorik
3. Usia Usia yang tercantum pada rekam
medis pasien yang kemudian dikelompokkan menjadi 20-44, 45-64, >64
Rekam medis
Baca Kategorik
4. Jenis
Kelamin
Jenis kelamin yang tercantum pada rekam medis pasien
Rekam medis
Baca Kategorik
5. Tipe DM Tipe DM yang diderita oleh pasien
yang tercantum pada rekam medis
Rekam medis
Baca Kategorik
6. GDS Gula darah sewaktu yang diperiksa
pada tanggal yang sama dengan pemeriksaan urinalisis
Hasil lab Baca Numerik
7. Glukosuria Ditemukannya glukosa dalam urin Hasil lab Baca Kategorik
(28)
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian dengan pendekatan cross-sectional untuk mengetahui prevalensi temuan leukosituria pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan periode Januari-Juni tahun 2013.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan selama empat bulan yaitu dari April 2013 sampai Juli 2013
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien DM rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan periode Januari-Juni tahun 2013. Sedangkan sampel adalah pasien DM dipilih dengan metode consecutive sampling.
3.4 Jumlah Sampel
(29)
3.5 Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi:
Pasien DM
Kriteria Eksklusi:
Pasien DM tanpa data urinalisis dan laboratorium kimia darah
3.6 Cara Kerja
3.7 Manajemen Data 3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian menggunakan SPSS 16.0 yaitu melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi angka-angka atau kode-kode tertentu yang telah disepakati terhadap data primer yang
diambil dari pasien sesuai (coding), memasukkan data sesuai dengan angka
atau kode yang telah ditentukan menjadi suatu data dasar (entry),
mengurutkan, serta menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan diinterpretasi (cleaning).
3.7.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah mendapatkan data dasar dari proses pengolahan data lalu dilakukan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Mann-Whitney dengan SPSS 16.0.
Persiapan Penelitian
Pemilihan Sampel
Pengambilan Data
Analisis Data Kesimpulan
(30)
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder pada pasien DM yang di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan sejak bulan April hingga Juli 2013. Data pasien yang digunakan ialah pasien DM yang berobat di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan pada bulan Januari hingga Juni 2013.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling hingga
didapatkan data dari 42 pasien.
4.1 Karakeristik Pasien DM pada Penelitian ini
Tabel 4.1 Distribusi variabel kategorik pasien DM
Variabel n=42 Presentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki 15 35,7
Perempuan 27 64,3
Usia
20-44 8 19,05
45-64 29 69,05
>64 5 11,9
Tipe DM
DM tipe 1 4 9,5
DM tipe 2 38 90,5
Status Glukosuria
Glukosuria + 33 78,6
Glukosuria - 9 21,4
Status Proteinuria
Proteinuria + 28 66,7
Proteinuria - 14 33,3
Ditinjau dari jenis kelamin secara epidemiologi prevalensi perempuan lebih banyak mengalami DM dibandingkan dengan laki-laki. Dari penelitian yang dilakukan oleh Mihardja pada penduduk kota di Indonesia didapatkan prevalensi
(31)
penelitian lain didapatkan bahwa secara global prevalensi laki-laki dan perempuan yang menderita DM tidak terlalu berbeda. Namun pada usia <60 tahun prevalensi DM sedikit lebih tinggi pada laki-laki dan pada usia >60 tahun sedikit lebih tinggi
perempuan.25 Pada penelitian ini pasien DM perempuan didapatkan lebih banyak
dari laki-laki.
Pasien DM yang diteliti sebagian besar berusia antara 45-64 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Wild yang menyatakan bahwa pada negara berkembang mayoritas penderita DM berada pada usia 45-64 tahun. Lain halnya dengan negara
maju mayoritas penderita DM berada pada usia >64 tahun.25
Untuk tipe DM, prevalensi antara kedua tipe mengalami peningkatan secara global. DM tipe 2 mengalami peningkatan yang lebih cepat diduga karena naiknya kejadian obesitas, turunnya aktivitas fisik seiring dengan pertumbuhan industri di suatu negara, dan populasi yang usianya bertambah tua. DM tipe 1 memiliki angka kejadian tertinggi di Skandinavia yaitu sebesar 57,4 per 100.000 penduduk.13 Pasien DM pada penelitian ini didominasi oleh DM tipe 2 yang jumlahnya sembilan kali lipat dari DM tipe 1.
Glukosuria dalam keadaan normal tidak terjadi. Glukosa dalam kondisi normal disaring oleh glomerulus dan direabsorbsi di tubulus proksimal. Glukosuria terjadi apabila glukosa yang difiltrasi melebihi kemampuan tubulus untuk mereabsorbsinya (>180-200 mg/dl). DM merupakan salah satu etiologi dari
munculnya glukosuria.21 Sehingga pada penilitian ini didapatkan temuan
glukosuria pada pasien DM sebesar 78,6%.
Proteinuria terjadi pada 15-40% pasien DM tipe 1 dengan puncak insiden durasi DM 15-20 tahun. Pada DM tipe 2 proteinuria terjadi sekitar 5-20%. Pada penelitian ini didapatkan angka yang lebih tinggi.26 Hal ini disebabkan pada penelitian sebelumnya sampel yang digunakan lebih besar, sementara pada penilitian ini sampel yang digunakan berjumlah 42.
GDS yang didapat pada pasien DM yang diteliti memiliki nilai median 358,5 mg/dl dengan nilai minimal 201 mg/dl dan nilai maksimal 795 mg/dl. Hal
(32)
22
ini menunjukkan pasien DM yang diteliti memiliki nilai GDS yang tinggi. Pada penelitian Baloch dkk didapatkan GDS untuk pasien DM tipe 2 sebesar 232.85 ± 5.87 mg/dl dan DM tipe 1 sebesar 288.99 ± 7.87 mg/dl.17 Adanya perbedaan hasil dengan penelitian ini ialah karena lokasi penelitian yang berbeda.
4.2 Prevalensi Temuan Leukosituria pada Pasien DM
Hasil pengumpulan data penelitian ini menunjukkan ada 19 temuan leukosituria dari 42 pasien DM. Maka prevalensi temuan leukosituria pada DM adalah:
Penelitian pada perempuan DM usia 57±13 tahun yang dilakukan oleh Lerman mendapatkan prevalensi leukosituria sebesar 46,5%. Pasien dengan ISK memiliki kecenderungan 7,5 kali ditemukan leukosituria dibandingkan tanpa ISK.27 Nakano dkk mendapatkan bahwa kejadian leukosituria asimtomatik pada wanita DM sebesar 27,9 sedangkan non DM sebesar 15,8. Ini menunjukkan bahwa pada pasien DM memiliki kecenderungan untuk ditemukan leukosit >5/lpb pada urinalisis.24
Pada penelitian yang dilakukan oleh Khamees di Libya pada anak usia 3-12 tahun didapatkan prevalensi leukosituria total sebanyak 59,8%, dengan jumlah
bakteriuria positif sebanyak 50,78% dan negatif sebanyak 9,02%.28
4.3 Hubungan Jenis Kelamin, Usia, Tipe DM, Glukosuria, Proteinuria dan GDS dengan Temuan Leukosituria
Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, usia, tipe DM, glukosuria, proteinuria dan GDS dengan temuan leukosituria yang dibuktikan dengan nilai p untuk semua variabel >0,05.
Prevalensi = Σ e a e i ia
Σ a ie DM x konstanta
= 19
(33)
Penelitian sebelumnya tidak ada yang menghubungkan temuan leukosituria dengan berbagai variabel seperti pada penelitian ini terlebih hanya pada pasien DM. Namun penelitian sebelumnya lebih bertujuan untuk melihat apakah temuan leukosituria bermakna atau tidak dengan ISK dan juga mengamati seberapa besar sensitivitas, spesivisitas, positive predictive value, maupun negative predictive value dari temuan leukosituria terhadap ISK maupun bakteriuria.
Pada penelitian Al-Dulaimi dkk didapatkan tiga variabel yang bermakna dengan bakteriuria asimtomatik, yaitu leukosituria, makroalbuminuria, dan glukosuria.29 Hal ini menunjukkan bahwa temuan bakteriuria dari urin yang menjadi baku emas dalam penegakan diagnosis ISK sejalan dengan temuan leukosituria.
Tabel. 4.2 Hubungan jenis kelamin dengan temuan leukosituria
Temuan Leukosituria (%) p-value
Jenis Kelamin Positif Negatif
Laki-laki 7 (36,8%) 8 (34,8%)
Perempuan 12 (63,2%) 15 (65,2%) 0,890
Total 19 (100%) 23 (100%
Pada ISK, secara prevalensi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena secara anatomi uretra perempuan lebih pendek yang
memudahkan masuknya bakteri dari saluran pencernaan ke saluran kemih.28
Baloch dkk mendapatkan hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ISK.17 Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara jenis kelamin dengan temuan leukosituria tidak bermakna diduga karena pada sampel awal jumlah perempuan jauh lebih banyak daripada laki-laki sehingga mempengaruhi hubungan secara statistik.
(34)
24
Tabel. 4.3 Hubungan usia dengan temuan leukosituria
Temuan Leukosituria (%) p-value
Usia (tahun) Positif Negatif
20-44 1 (5,3%) 7 (30,4%)
45-64 15 (78,9%) 14 (60,9%)
>64 3 (15,8%) 2 (8,7%) 0,054
Total 19 (100%) 23 (100%)
Variabel usia didapatkan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan temuan leukosituria. Peneliti menduga karena persebaran usia pada penelitian ini cenderung terpusat pada usia 45-64 tahun sedangkan jumlah temuan leukosituria yang positif dan negatif tidak jauh berbeda pada rentang usia tersebut. Pada penelitian Ariwijaya didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara usia dengan kejadian ISK.16 Nakano dkk menyatakan prevalensi temuan leukosituria asimtomatik meningkat tajam jika durasi menderita DM lebih dari 15 tahun.24 Namun pada penelitian ini usia yang didapatkan sebagai data tidak menggambarkan seberapa lama pasien menderita DM sehingga peneliti tidak bisa mencari tahu hubungan durasi menderita DM dengan temuan leukosituria.
Tabel. 4.4 Hubungan tipe DM dengan temuan leukosituria
Temuan Leukosituria (%) p-value
Tipe DM Positif Negatif
DM tipe 1 0 (0%) 4 (17,4%)
DM tipe 2 19 (100%) 19 (82,6%) 0,114
Total 19 (100%) 23 (100%)
Tipe DM didapatkan tidak bermakna terhadap temuan leukosituria. Peneliti menduga hal ini karena besar sampel yang digunakan pada penelitian ini kecil sehingga ada perbedaan rasio yang cukup besar antara DM tipe 2 dan DM tipe 1. Pada penelitian lain hanya didapatkan dari 61% total prevalensi ISK pada DM,
(35)
87% merupakan DM tipe 2 dan 13% merupakan DM tipe 1. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan analisis untuk mencari hubungan antara tipe DM
dengan kejadian ISK.17
Tabel. 4.5 Hubungan glukosuria dengan temuan leukosituria
Temuan Leukosituria (%) p-value
Glukosuria Positif Negatif
Positif 14 (73,7%) 19 (82,6%)
Negatif 5 (26,3%) 4 (17,4%) 0,707
Total 19 (100%) 23 (100%)
Secara statistik, temuan glukosuria berhubungan dengan bakteriuria asimtomatik.29 Secara in vitro memang ditemukan pertumbuhan bakteri dengan penambahan glukosa namun secara in vivo glukosuria belum ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan bakteriuria asimtomatik atau perkembangan ke arah ISK.30 Sehingga ini sesuai dengan tidak bermaknanya hubungan glukosuria dengan temuan leukosituria pada penelitian ini.
Tabel. 4.6 Hubungan proteinuria dengan temuan leukosituria
Temuan Leukosituria (%) p-value
Proteinuria Positif Negatif
Positif 12 (63,2%) 16 (69,6%)
Negatif 7 36,8%) 7 (30,4%) 0,661
Total 19 (100% 23 (100%)
Penelitian ini mendapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara proteinuria dengan temuan leukosituria. Hal ini diduga karena proteinuria dapat muncul akibat berbagai macam kondisi. Pada kondisi kondisi patologis proteinuri muncul pada ISK, kelainan glomerulus, dan tubulus.22 Pada penelitian ini tidak
(36)
26
dapat dipastikan etiologi yang pasti dari proteinuria. Penelitian Nasir menyimpulkan bahwa prevalensi leukosituria meningkat seiring dengan naiknya derajat nefropati. Pada temuan proteinuria didapatkan prevalensi leukosituria
sebesar 33% dan meningkat menjadi 61% pada gagal ginjal.31
GDS pada penelitian sebelumnya tidak dihubungkan dengan temuan leukosituria maupun ISK. Yang ditemukan berhubungan adalah kontrol gula darah dengan temuan leukosituria.32 Pada penelitian ini GDS tidak berhubungan dengan kontrol gula darah dan didapatkan hubungan yang tidak bermakna dengan temuan leukosituria (p-value: 0,112).
4.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis suatu temuan kondisi abnormal dalam populasi tertentu dan kemudian memaparkan keadaan dan sifat masalah dalam berbagai variabel yang ditemukan pada sampel kemudian dilakukan analisis antara variabel untuk mencari hubungan.
Penggunaan data sekunder dalam penelitian ini menyebabkan sedikitnya variabel yang dapat diteliti. Padahal seharusnya dapat dicari lebih banyak variabel untuk dicari hubungan kemaknaannya. Selain itu digunakannya data sekunder menyebabkan kemungkinan adanya variabel perancu yang tidak dapat dikontrol.
Penelitian ini dirasa kurang karena tidak menggunakan random sampling
yang pada akhirnya lebih dapat menggambarkan kondisi populasi secara umum. Karena jumlah data yang sedikit, maka dilakukan metode consecutive sampling
(37)
27
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi temuan leukosituria pada pasien DM di Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan tahun 2013 sebesar 45,2%.
2. Karakteristik pasien DM pada penelitian ini ialah:
Jenis kelamin perempuan sebanyak 68,3% dan laki-laki sebanyak
32,7%.
Usia 20-44 tahun sebanyak 19,02%, 45-64 tahun sebanyak 69,05%
dan >64 tahun sebanyak 11,9%.
Pasien DM tipe 1 sebanyak 9,5% dan DM tipe 2 sebanyak 90,5%.
Glukosuria ditemukan positif pada 78,6% dan negatif pada 21,4%.
Proteinuria ditemukan positif pada 66,7% dan negatif pada 33,3%.
Kadar GDS memiliki nilai median 358,5 mg/dl dengan nilai
minimal 201 mg/dl dan nilai maksimal 795 mg/dl.
3. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin, usia, tipe DM, glukosuria, proteinuria dan GDS dengan temuan leukosituria pada pasien DM di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode dan sampel yang
lebih baik agar dapat lebih menggambarkan keadaan populasi.
2. Digunakannya data primer untuk lebih memudahkan peneliti dalam
(38)
28
3. Apabila didapatkan temuan leukosituria positif maka disarankan untuk
(39)
DAFTAR PUSTAKA
1. Hakeem ML, et al. Diversity and Complexity of Urinary Tract Infection in
Diabetes Mellitus. Br J Diabetes Vasc Dis. Vol 9. 2009: p119–125
2. Chin-Hong PV. Infections in Patients With Diabetes Mellitus: Importance of
Early Recognition, Treatment, and Prevention. Adv Stud Med. Vol 6(2). 2006: p71-81
3. Ocviyanti D, Fernando D. Tata Laksana dan Pencegahan Infeksi Saluran
Kemih pada Kehamilan. J Indon Med Assoc. Vol. 62(12). 2012: p482-487
4. Othman S, Chia YC, Ng CJ. Accuracy of Urinalysis in Detection of Urinary
Tract Infection in a Primary Care Setting. Asia Pacific Family Medicine. Vol 2. 2003: p206–212
5. IAUI. Guidelines Infeksi Saluran Kemih. Diakses dari:
.iaui.or.id ast file infeksi saluran kemih.doc pada 4 September 2013
6. Nicolle LE. Asymptomatic bacteriuria: review and discussion of the IDSA
guidelines. International Journal of Antimicrobial Agents 28S. 2006: p42–48
7. Canadian Diabetes Association Clinical Practice Guidelines Expert
Committee. Canadian Diabetes Association 2013 Clinical Practice Guidelines for the revention and Management of Diabetes in Canada. Can J Diabetes. vol 37(suppl 1). 2013: p1-212.
8. ADA. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. vol 35 (Supplement1). January 2012. P566-571
9. Purnamasari D. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus: dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.2009. p1880
10. IDF. The IDF Diabetes Atlas 5th Edition update 2012. Diakses dari:
http://www.idf.org/sites/default/files/5E_IDFAtlasPoster_2012_EN.pdf pada
7 Desember 2012
11. Mihardja L, dkk. Prevalence and Determinants of Diabetes Mellitus and
(40)
30
Research/Riskesdas). Acta Med Indones-Indones J Intern Med. vol 41(4). Oktober 2009. Hal 169-174
12. PERKENI. Buku Pedoman Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PERKENI: Indonesia 2011
13. Powers AC. Diabetes Mellitus: dalam Harrison's Principles of Internal
Medicine 18e. The McGraw-Hill: USA. 2012
14. Samirah D, Windarwati H. Pola dan Sensitivitas Kuman di Penderita Infeksi
Saluran Kemih. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, Vol. 12, No. 3, Juli 2006: hal 110-113
15. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa: dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2009. Hal 1008-1015
16. Ariwijaya M, Suwitra K. Prevalensi, Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Terkait dengan Infeksi Saluran Kemih pada Penderita Diabetes Mellitus yang Rawat Inap. J Peny Dalam, Volume 8 Nomor 2 Mei 2007: Hal 112-127 17. Baloch GH, et al. Frequency and Pattern of Urinary Tract Infection in
Patients with Diabetes Mellitus. Professional Med J. Vol 18(3). Sep 2011. p466-469
18. Stamm WE. Urinary Tract Infections, Pyelonephritis, and Prostatitis: in
Harrison's Principles of Internal Medicine 18e. The McGraw-Hill: USA. 2012
19. European Association of Urology. Guidelines on Urological Infections. 2011
20. Jennifer LY, David ES. Urinalysis and Urinary Tract Infection: Update for
Clinicians. Infect Dis Obstet Gynecol. Vol 9. 2001: p249–255
21. Simerville JA, et al. Urinalysis: A Comprehensive Review. Am Fam
Physician. Vol 71. 2005: p1153-1162.
22. Patel HP. The Abnormal Urinalysis. Pediatr Clin N Am. Vol 53. 2006: p325–
337
23. Rozsai B, Lanyi E, Soltesz G. Asymptomatic Bacteriuria and Leukocyturia in
Type 1 Diabetic Children and Young Adults. Diabetes Care. Vol 26. 2003: p2209 –2210
24. Nakano H, et al. Asymptomatic Leukocyturia in Diabetic Women. J Nippon
(41)
25. Wild S, et al. Global Prevalence of Diabetes. Diabetes Care. Vol 27. 2004: p1047–1053
26. Gross JL, et al. Diabetic Nephropathy: Diagnosis, Prevention, and Treatment.
Diabetes Care. Vol 28. 2005 :p176–188
27. Lerman I. Leukocyturia in Women with Diabetes and Its Clinical
Implications. Archives of Medical Research. Vol 31(2). March 2000: p210-215
28. Khamees SS. Urinary Tract Infection: Causative Agents, the Relation
Between Bacteriuria and Pyuria. World Appl. Sci. J., Vol 20(5). 2012: p683-686
29. Al-Dulaimi KM., Al-Alwani HR., Al-Tarboli FE. Asymptomatic Bacteriuria
in Type II Diabetic Women in Ramadi City. Vol 8(1). August 2010: p54-60 30. Geerlings SE, et al. Urinary tract infections in patients with diabetes
mellitus:epidemiology, pathogenesis and treatment. International Journal of
Antimicrobial Agents 31S. 2008: p54–57
31. Nasir HA. Asymptomatic Pyuria In Diabetic Females. J Fac Med Baghdad.
Vol. 48(3). 2006
32. Turan H, et al. Frequency, Risk Factors, and Responsible Pathogenic
Microorganisms of Asymptomatic Bacteriuria in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Jpn. K. Infect. Dis. Vol 61. 2008: p236-238
(42)
32
LAMPIRAN 1 Statistik Univariat (Deskriptif)
Frequency Table
Jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 15 35.7 35.7 35.7
Perempuan 27 64.3 64.3 100.0
Total 42 100.0 100.0
klas_umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 20-44 8 19.0 19.0 19.0
45-64 29 69.0 69.0 88.1
>64 5 11.9 11.9 100.0
Total 42 100.0 100.0
Tipe_DM
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid DM tipe 1 4 9.5 9.5 9.5
DM tipe 2 38 90.5 90.5 100.0
(43)
LAMPIRAN 1 (Lanjutan)
Glukosuria
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Glukosuria + 33 78.6 78.6 78.6
Glukosuria - 9 21.4 21.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Proteinuria
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Proteinuria + 28 66.7 66.7 66.7
Proteinuria - 14 33.3 33.3 100.0
Total 42 100.0 100.0
(44)
34
LAMPIRAN 1 (Lanjutan)
(45)
LAMPIRAN 1 (Lanjutan)
(46)
36
LAMPIRAN 1 (Lanjutan)
Frequencies
Statistics
Umur
N Valid 42
Missing 0
Mean 376.21
Median 358.50
Std. Deviation 137.175
Skewness 1.135
Std. Error of Skewness .365
Kurtosis 1.508
Std. Error of Kurtosis .717
Range 594
Minimum 201
(47)
LAMPIRAN 1 (Lanjutan)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
GDS .124 42 .106 .914 42 .004
(48)
38
LAMPIRAN 2 Statistik Bivariat (Analitik)
Jenis_kelamin * Leukosituria
Jenis_kelamin * Leukosituria Crosstabulation
Leukosituria
Total leukosituria + leukosituria -
Jenis_kelamin Laki-Laki Count 7 8 15
Expected Count 6.8 8.2 15.0
% within Jenis_kelamin 46.7% 53.3% 100.0%
% within Leukosituria 36.8% 34.8% 35.7%
Perempuan Count 12 15 27
Expected Count 12.2 14.8 27.0
% within Jenis_kelamin 44.4% 55.6% 100.0%
% within Leukosituria 63.2% 65.2% 64.3%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
% within Jenis_kelamin 45.2% 54.8% 100.0% % within Leukosituria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .019a 1 .890
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .019 1 .890
Fisher's Exact Test 1.000 .572
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,79. b. Computed only for a 2x2 table
(49)
LAMPIRAN 2 (Lanjutan)
klas_umur * Leukosituria
Crosstab
Leukosituria
Total leukosituria + leukosituria -
klas_umur 44 Count 1 7 8
Expected Count 3.6 4.4 8.0
% within Leukosituria 5.3% 30.4% 19.0%
45-64 Count 15 14 29
Expected Count 13.1 15.9 29.0
% within Leukosituria 78.9% 60.9% 69.0%
65 Count 3 2 5
Expected Count 2.3 2.7 5.0
% within Leukosituria 15.8% 8.7% 11.9%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
% within Leukosituria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4.393a 2 .111
Likelihood Ratio 4.916 2 .086
Linear-by-Linear Association 3.473 1 .062
N of Valid Cases 42
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,26.
(50)
40
LAMPIRAN 2 (Lanjutan)
klas_umur_new * Leukosituria Crosstabulation
Leukosituria
Total leukosituria + leukosituria -
klas_umur_new 1 Count 1 7 8
Expected Count 3.6 4.4 8.0
% within klas_umur_new 12.5% 87.5% 100.0%
% within Leukosituria 5.3% 30.4% 19.0%
2 Count 18 16 34
Expected Count 15.4 18.6 34.0
% within klas_umur_new 52.9% 47.1% 100.0%
% within Leukosituria 94.7% 69.6% 81.0%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
% within klas_umur_new 45.2% 54.8% 100.0%
% within Leukosituria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.275a 1 .039
Continuity Correctionb 2.799 1 .094
Likelihood Ratio 4.798 1 .028
Fisher's Exact Test .054 .044
Linear-by-Linear Association 4.174 1 .041
N of Valid Casesb 42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,62. b. Computed only for a 2x2 table
(51)
LAMPIRAN 2 (Lanjutan)
Tipe_DM * Leukosituria
Tipe_DM * Leukosituria Crosstabulation
Leukosituria
Total leukosituria + leukosituria -
Tipe_DM DM tipe 1 Count 0 4 4
Expected Count 1.8 2.2 4.0
% within Tipe_DM .0% 100.0% 100.0%
% within Leukosituria .0% 17.4% 9.5%
DM tipe 2 Count 19 19 38
Expected Count 17.2 20.8 38.0
% within Tipe_DM 50.0% 50.0% 100.0%
% within Leukosituria 100.0% 82.6% 90.5%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
% within Tipe_DM 45.2% 54.8% 100.0%
% within Leukosituria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.652a 1 .056
Continuity Correctionb 1.913 1 .167
Likelihood Ratio 5.164 1 .023
Fisher's Exact Test .114 .079
N of Valid Casesb 42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,81. b. Computed only for a 2x2 table
(52)
42
LAMPIRAN 2 (Lanjutan)
Glukosuria * Leukosituria
Glukosuria * Leukosituria Crosstabulation
Leukosituria
Total leukosituria + leukosituria -
Glukosuria Glukosuria + Count 14 19 33
Expected Count 14.9 18.1 33.0
% within Glukosuria 42.4% 57.6% 100.0%
% within Leukosituria 73.7% 82.6% 78.6%
Glukosuria - Count 5 4 9
Expected Count 4.1 4.9 9.0
% within Glukosuria 55.6% 44.4% 100.0%
% within Leukosituria 26.3% 17.4% 21.4%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
% within Glukosuria 45.2% 54.8% 100.0%
% within Leukosituria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .492a 1 .483
Continuity Correctionb .105 1 .746
Likelihood Ratio .490 1 .484
Fisher's Exact Test .707 .371
N of Valid Casesb 42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,07. b. Computed only for a 2x2 table
(53)
LAMPIRAN 2 (Lanjutan)
Proteinuria * Leukosituria
Proteinuria * Leukosituria Crosstabulation
Leukosituria
Total leukosituria + leukosituria -
Proteinuria Proteinuria + Count 12 16 28
Expected Count 12.7 15.3 28.0
% within Proteinuria 42.9% 57.1% 100.0% % within Leukosituria 63.2% 69.6% 66.7%
Proteinuria - Count 7 7 14
Expected Count 6.3 7.7 14.0
% within Proteinuria 50.0% 50.0% 100.0% % within Leukosituria 36.8% 30.4% 33.3%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
% within Proteinuria 45.2% 54.8% 100.0% % within Leukosituria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .192a 1 .661
Continuity Correctionb .012 1 .913
Likelihood Ratio .192 1 .661
Fisher's Exact Test .748 .455
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,33. b. Computed only for a 2x2 table
(54)
44
LAMPIRAN 2 (Lanjutan)
Explore Leukosituria
Case Processing Summary
Leukosituria
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
GDS leukosituria + 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
(55)
LAMPIRAN 2 (Lanjutan)
Descriptives
Leukosituria Statistic Std. Error
GDS leukosituria + Mean 414.95 34.858
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 341.71
Upper Bound 488.18
5% Trimmed Mean 405.11
Median 381.00
Variance 2.309E4
Std. Deviation 151.943
Minimum 212
Maximum 795
Range 583
Interquartile Range 183
Skewness 1.252 .524
Kurtosis 1.534 1.014
leukosituria - Mean 344.22 24.507
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 293.39
Upper Bound 395.04
5% Trimmed Mean 337.19
Median 328.00
Variance 1.381E4
Std. Deviation 117.529
Minimum 201
Maximum 623
Range 422
Interquartile Range 180
Skewness .743 .481
(56)
46
LAMPIRAN 2 (Lanjutan)
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Leukosituria N Mean Rank Sum of Ranks
GDS leukosituria + 19 24.74 470.00
leukosituria - 23 18.83 433.00
Total 42
Test Statisticsa
GDS Mann-Whitney U 157.000
Wilcoxon W 433.000
Z -1.554
Asymp. Sig. (2-tailed) .120 a. Grouping Variable: Leukosituria
(57)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Khoirul Ahmada Putra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Tuban, 22 Februari 1992
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Perum. Tuban Permai Blok E-15, Gedongombo, Semanding, Tuban, Jawa Timur
Nomor Telepon/HP : 085697308250
Email : putroputra@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1) Tahun 1998 – 2004 : Sekolah Dasar Negeri Kutorejo 2 Tuban
2) Tahun 2004 – 2007 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tuban
3) Tahun 2007 – 2010 : Sekolah Menegah Atas Darul „Ulum 2 Jombang
4) Tahun 2010 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
(1)
Glukosuria * Leukosituria Crosstabulation Leukosituria
Total leukosituria + leukosituria -
Glukosuria Glukosuria + Count 14 19 33
Expected Count 14.9 18.1 33.0
% within Glukosuria 42.4% 57.6% 100.0%
% within Leukosituria 73.7% 82.6% 78.6%
Glukosuria - Count 5 4 9
Expected Count 4.1 4.9 9.0
% within Glukosuria 55.6% 44.4% 100.0%
% within Leukosituria 26.3% 17.4% 21.4%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
% within Glukosuria 45.2% 54.8% 100.0%
% within Leukosituria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .492a 1 .483 Continuity Correctionb .105 1 .746
Likelihood Ratio .490 1 .484
Fisher's Exact Test .707 .371
N of Valid Casesb 42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,07.
(2)
Proteinuria * Leukosituria
Proteinuria * Leukosituria Crosstabulation Leukosituria
Total leukosituria + leukosituria -
Proteinuria Proteinuria + Count 12 16 28
Expected Count 12.7 15.3 28.0
% within Proteinuria 42.9% 57.1% 100.0%
% within Leukosituria 63.2% 69.6% 66.7%
Proteinuria - Count 7 7 14
Expected Count 6.3 7.7 14.0
% within Proteinuria 50.0% 50.0% 100.0%
% within Leukosituria 36.8% 30.4% 33.3%
Total Count 19 23 42
Expected Count 19.0 23.0 42.0
% within Proteinuria 45.2% 54.8% 100.0%
% within Leukosituria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .192a 1 .661 Continuity Correctionb .012 1 .913 Likelihood Ratio .192 1 .661
Fisher's Exact Test .748 .455
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,33.
(3)
Leukosituria
Case Processing Summary
Leukosituria
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
GDS leukosituria + 19 100.0% 0 .0% 19 100.0%
(4)
Descriptives
Leukosituria Statistic Std. Error
GDS leukosituria + Mean 414.95 34.858
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 341.71
Upper Bound 488.18
5% Trimmed Mean 405.11
Median 381.00
Variance 2.309E4
Std. Deviation 151.943
Minimum 212
Maximum 795
Range 583
Interquartile Range 183
Skewness 1.252 .524
Kurtosis 1.534 1.014
leukosituria - Mean 344.22 24.507
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 293.39
Upper Bound 395.04
5% Trimmed Mean 337.19
Median 328.00
Variance 1.381E4
Std. Deviation 117.529
Minimum 201
Maximum 623
Range 422
Interquartile Range 180
Skewness .743 .481
(5)
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Leukosituria N Mean Rank Sum of Ranks
GDS leukosituria + 19 24.74 470.00
leukosituria - 23 18.83 433.00
Total 42
Test Statisticsa GDS
Mann-Whitney U 157.000
Wilcoxon W 433.000
Z -1.554
Asymp. Sig. (2-tailed) .120
(6)