Klasifikasi Diabetes Mellitus .1 Definisi dan Gambaran Umum

8 Selain pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, puasa, dan TTGO, pemeriksaan HbA1c 6.5 oleh American Diabetes Association 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik. 12 Langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa dijelaskan pada gambar 2.1. Jika hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat dikelompokkan ke dalam glukosa darah puasa terganggu GDPTatau TGT. 12 1. GDPT: Diagnosis GDPT dapat ditegakkan jika setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mgdL5,6-6,9 mmolL dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam 140 mgdL. 2. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan jika setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mgdL 7,8-11,0 mmolL. 12 Gambar 2.1 Langkah-langkah diagnostik Diabetes Mellitus dan gangguan toleransi gula 12 Sumber : Perkeni, 2011 9

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi DM secara umum ada dua, yaitu: 13 a. Komplikasi Akut DM Komplikasi akut pada DM berupa Ketoasidosis Diabetik KAD dan kondisi hiperglikemik hiperosmolar. Sebelumnya KAD dianggap sebagai ciri khas pada DM tipe 1, namun ternyata dapat terjadi pada DM tipe 1 tanpa sebab imunologi dan yang kadang- kadang dapat diobati dengan Obat Hipoglikemik Oral OHO. Sedangkan kondisi hiperglikemik hiperosmolar lebih sering dijumpai pada individu dengan DM tipe 2. Kedua komplikasi akut DM ini berhubungan dengan defisiensi insulin relatif atau absolut, penurunan volume, dan gangguan asam basa. Baik KAD maupun kondisi hiperglikemik hiperosmolar dapat menimbulkan komplikasi lanjutan yang serius apabila tidak segera didiagnosis dan diterapi. b. Komplikasi Kronik DM Komplikasi kronik DM mempengaruhi berbagai sistem organ daalam tubuh sehingga berhubungan dengan mortalitas serta morbiditas akibat penyakit DM. Secara umum komplikasi kronik dapat dibagi menjadi dua, yaitu vaskuler dan nonvaskuler. Lebih lanjut komplikasi vaskuler dibagi menjadi mikrovaskuler neuropati, retinopati, dan nefropati dan makrovaskuler penyakit serebrovaskuler, penyakit jantung koroner, dan penyakit arteri perifer. Komplikasi nonvaskuler misalnya gastroparesis dan infeksi. Komplikasi kronik DM secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 10 Tabel 2.3 Komplikasi kronik Diabetes Mellitus 13 Mikrovaskuler Makrovaskuler Lain-lain Penyakit mata Retinopati proliferatif nonproliferatif Edema makular Neuropati Sensorik dan motorik mono dan polineuropati Otonomik Nefropati Penyakit jantung koroner Penyakit arteri perifer Penyakit serebrovaskuler Gastrointestinal gastroparesis, diare Genitourinari uropati disfungsi seksual Dermatologi Infeksi Katarak Glaukoma Penyakit periodontal Hilang pendengaran Sumber : Powers, 2012 Hiperglikemia kronik merupakan faktor etiologik penting yang menyebabkan komplikasi DM namun mekanisme jelas bagaimana kondisi ini dapat menyebabkan perubahan seluler dan disfungsi organ masih belum diketahui. Setidaknya ada empat teori yang diusulkan untuk menjelaskan bagaimana kondisi hiperglikemia dapat menyebabkan terjadinya komplikasi DM. Keempat teori tersebut dirangkum dalam gambar berikut ini: Gambar 2.2 Mekanisme molekuler yang mungkin menyebabkan komplikasi Diabetes Mellitus 13 Sumber : Powers, 2012 11

2.2 Infeksi Saluran Kemih

ISK menunjukkan adanya mikroorganisme dalam urin. ISK dapat juga diartikan sebagai infeksi yang disebabkan oleh berkembang biaknya mikroorganisme dalam saluran kemih, yang normalnya urin tidak mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya. 14 Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya ISK, antara lain jenis kelamin, usia, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang dapat menyebabkan perubahan pada struktur saluran kemih termasuk ginjal. Perempuan dengan usia lebih dari 65 tahun dan pada beberapa periode usia memiliki kecenderungan menderita ISK lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Pada laki-laki kejadian ISK jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi. 15 Berdasarkan laporan dari Amerika dan Eropa, ISK menjadi urutan teratas penyebab infeksi nosokomial dan hampir 95 disebabkan oleh penggunaan kateter. Komplikasi paling berat dari ISK ialah urosepsis dengan angka mortalitas yang masih tinggi antara 25-60, dan dapat menjadi penyebab gagal ginjal akut. Dari data rekam medik di Rumah Sakit Umum Kota Dr. Sutomo Surabaya didapatkan bahwa ISK sebesar 16, 85 menjadi penyebab Gangguan Ginjal Akut GnGA. 16 Hampir semua ISK disebabkan oleh invasi mikroorganisme ascending dari uretra ke kandung kemih. Pada pasien tertentu dapat terjadi invasi mikroorganisme hingga mencapai ginjal. Proses ini dipermudah dengan refluks vesikoureter. 15 Terdapat variasi gambaran klinis ISK mulai dari asimtomatik, uretritis, sistitis, pielonefritis hingga sepsis. 16 Prevalensi kejadian ISK pada pasien DM didapatkan hasil bervariasi. Tahir dkk melaporkan bahwa prevalensi ISK pada pasien DM sebanyak 44. Dari studi Baloch dkk didapatkan bahwa prevalensi ISK pada penderita DM sebanyak 61 dengan rincian 87 DM tipe 2 dan13 pada DM tipe 1. 17 Ada berapa alasan yang menyebabkan adanya peningkatan frekuensi ISK pada pasien DM. Beberapa aspek imunitas mengalami perubahan pada pasien 12 DM. Fungsi leukosit PMN ditekan, terlebih pada saat kondisi asidosis muncul. Perlekatan leukosit, kemotaksis, dan fagositosis mungkin juga dipengaruhi. Sistem antioksidan yang terlibat pada aktivitas bakterisidal juga mengalami gangguan.Ditemukan juga adanya korelasi antara rendahnya konsentrasi sitokin pada urin IL6 dan IL8 dengan rendahnya jumlah leukosit urin pada pasien DM yang diduga berkontribusi pada meningkatnya angka insidensi ISK pada pasien DM. 1 Peningkatan kemampuan perlekatan Escherichia coli yang mengekspresikan fimbrae tipe 1 ke sel uroepitel pada pasien wanita DM berperan penting pada patogenesis ISK terutama pada DM yang kontrol gula darahnya rendah. Ditemukan juga adanya penurunan protein Tamm-Horsfall yang merupakan salah satu mekanisme pertahanan penting pada saluran kemih yang bekerja dengan cara mencegah perlekatan dan masuknya patogen ke dalam sel. 1 Diagnosis ISK dimulai dengan mendapatkan riwayat dari pasien. Perangkat diagnostik yang digunakan yaitu urinalisis berupa carik celup dan pemeriksaan mikroskopis. Penegakan diagnosis pasti menggunakan kultur urin. 18 Berikut ini adalah kriteria diagnosis ISK dari European Association of Urology tahun 2011: Tabel 2.4 Kriteria diagnosis Infeksi Saluran Kemih 19 Kategori Deksripsi Gejala Klinis Hasil Laboratorium 1 ISK non komplikata akut pada wanita, sistitis non komplikata akut pada wanita Disuria, urgensi, frekuensi, nyeri suprapubik, tidak ada gejala saluran kemih 4 minggu sebelum episode ini 10 leukositmm 3 10 3 cfuml 2 Pyelonefritis non komplikata akut Demam, menggigil, nyeri pinggang, diagnosis lain disingkirkan, tidak ada riwayat atau temuan klinis berupa abnormalitas saluran kemih USG dan radiologi 10 leukositmm 3 10 4 cfuml