Penentuan Kualitatif Penentuan kuantitatif .1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Campuran Parasetamol Kofein BPFI

20 Dipipet larutan induk baku Parasetamol sebanyak 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 ; 5,0 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, lalu dipipet larutan baku induk II Kofein sebanyak 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 ; 5,0 ml masing-masing dimasukkan ke dalam labu yang telah berisi Baku Parasetamol tersebut lalu ditambahkan pelarut hingga garis tanda, kocok. sehingga diperoleh konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 mcgml Parasetamol dan Kofein 10, 20, 30, 40, 50 mcgml lalu masing-masing konsentrasi diawaudarakan selama 20 menit dan disaring dengan cellulose nitrat membran filter PTFE 0,2 µm. Kemudian filtrat masing-masing konsentrasi diinjeksikan ke sistem KCKT dengan volume penyuntikan 20 µl diukur pada panjang gelombang 254 nm. Selanjutnya dari luas area yang diperoleh pada kromatogram dan dibuat kurva kalibrasi serta dihitung persamaan garis regresinya.

3.4.8.2 Penetapan kadar sampel

Ditimbang 20 tablet, kemudian digerus, sejumlah serbuk ditimbang seksama setara dengan lebih kurang 500 mg Parasetamol, masukkan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 75 ml pelarut, disonikasi selama 30 menit, diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 5000 mcgml, kocok lalu disaring, 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Filtrat yang jernih digunakan sebagai larutan uji. Kemudian dari larutan ini dipipet 3 ml ke dalam labu 50 ml dan ditambahkan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 300 mcgml. Dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali. Lalu larutan disaring dengan membran cellulosa 0,2 µl, lalu disonikasi selama 15 menit, diinjeksikan ke sistem KCKT dideteksi pada panjang gelombang 254 nm, laju alir 1 mlmenit kemudian dihitung kadarnya. 21 3.4.8.3 Penentuan Uji Akurasi dengan Parameter Persen Perolehan kembali Mengunakan Metode Penambahan Bahan Baku Standard Addition Method Ditimbang seksama setara 500 mg serbuk Panadol Extra yang sudah ditentukan kadarnya, dimasukkan ke dalam labu 100 ml. Ditimbang 125,08 mg Parasetamol BPFI, dimasukkan ke dalam labu yang telah berisi serbuk Panadol Extra, lalu ditambahkan 8,75 mg Kofein BPFI. Ditambahkan pelarut sebanyak 75 ml, disonikasi selama 30 menit, tambahkan pelarut hingga garis tanda lalu disaring. Dipipet sebanyak 3 ml ke dalam labu 50 ml, tambahkan pelarut hingga garis tanda. Lalu disaring dengan membran cellulosa 0,2 µl, lalu disonikasi selama 15 menit, diinjeksikan ke dalam sistem KCKT sebanyak 20 µl dan dideteksi pada panjang gelombang 254 nm, laju alir 1 mlmenit. Persen perolehan kembali = C B A − X 100 Dimana: A = Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan bahan baku B = Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku C = Konsentrasi baku yang ditambahkan 3.4.8.4 Penentuan Uji Presisi Uji presisi keseksamaan ditentukan dengan parameter Relatif Standar Deviasi RSD dengan rumus: RSD = X SD X 100 Keterangan : RSD = Relatif Standar deviasi SD = Standar deviasi X = Kadar rata-rata sampel Harmita, 2004 22

3.4.8.5 Penentuan Limit of Detection LOD dan Limit of Quantitation LOQ

Batas deteksi atau Limit of Detection LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi. Batas kuantitasi atau Limit of Quantitation LOQ merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel. Untuk menentukan batas deteksi LOD dan batas kuantitasi LOQ digunakan rumus: SD = 2 2 − − n Yi Y LOD = Slope XSD 3 LOQ = Slope XSD 10 Keterangan : SD = Standar Deviasi LOD = Batas Deteksi LOQ = Batas Kuantitasi Harmita, 2004

3.4.8.6 Analisis Statistik Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar Campuran Parasetamol dan Kofein sebenarnya dalam sampel dapat diketahui dengan menggunakan uji Q test. Cara untuk melakukan analisis terhadap data yang menyimpang adalah dengan Dixon’s Q-test yang dirumuskan sebagai berikut: terendah nilai tertinggi nilai terdekat yang nilai dicurigai yang nilai Qhitung − − = Jika nilai Q hitung lebih kecil dari nilai Q kritis maka hipotesis nol diterima berarti tidak ada perbedaan antara nilai yang dicurigai dengan nilai-nilai yang lain Rohman, 2007 . 23 Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q pada Tabel 1, apabila Q Q 0,99 maka data tersebut ditolak. Tabel 1. Nilai Q kritis pada Taraf Kepercayaan 99 Banyak data Nilai Q kritis 4 0,926 5 0,821 6 0,740 7 0,680 8 0,634 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan kadar campuran Parasetamol dan Kofein ditentukan menggunakan kromatografi fase terbalik dimana fase diam L1C18 bersifat kurang polar dibandingkan fase gerak metanol - air. Optimasi Fase gerak Untuk mengetahui perbandingan fase gerak, laju alir, waktu tambat dan tekanan kolom yang optimal maka dilakukan percobaan pendahuluan dengan menyuntikkan larutan baku campuran Parasetamol dan Kofein pada konsentrasi 500 mcgml dan 50 mcgml ke dalam sistem KCKT dengan perbandingan fase gerak metanol - air 15 : 85, 20 : 70, 25 : 75, 30 : 70, 35 : 65, 40 : 60, laju alir 1,5 mlmenit. Hasil percobaan pendahuluan dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 4.1. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Baku campur Parasetamol dan Kofein BPFI dengan fase gerak metanol : air 15 : 85, tekanan 187 kgfcm 2 . 25 Gambar 4.2. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Baku campur Parasetamol dan Kofein BPFI, dengan fase gerak metanol : air 25 : 75, tekanan 216 kgfcm 2 . Gambar 4.3. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Baku Parasetamol BPFI, fase gerak metanol : air 30 : 70, tekanan 221 kgfcm 2 .