Pembuatan Pelarut Pembuatan larutan induk baku campuran Parasetamol Kofein BPFI

19 garis tanda. Filtratnya digunakan sebagai larutan induk baku larutan induk baku II.

3.4.5 Penentuan Perbandingan Fase Gerak Metanol - Air

Masing - masing unit diatur, menggunakan kolom shimpac VP-ODS 4,6 mm x 25 cm. Sensitivitas 1.000 AUFS dan pengukuran menggunakan detektor UVVis pada panjang gelombang 254 nm. Pada pompa dipilih mode aliran tetap dengan laju aliran 1,5 mlmenit. Dibuat perbandingan fase gerak dengan perbandingan: 15:85, 20:80, 25:75, 30:70, 35:65, 40:60.

3.4.6 Penentuan garis alas

Setelah diperoleh kondisi seperti 3.4.5 maka pompa dijalankan, fase gerak dibiarkan mengalir selama 15 menit diperoleh garis alas yang cukup lurus yang menandakan sistem tersebut telah stabil. Setiap kali mengganti komposisi fase gerak dan laju alir maka harus dilakukan hal yang ada pada 3.4.5 lalu dilakukan penentuan garis alas.

3.4.7 Penentuan Kualitatif

Baku Parasetamol tunggal dan Kofein tunggal disuntikkan ke sistem KCKT, lalu diamati puncak dan waktu tambat masing-masing. Campuran Parasetamol dan Kofein BPFI, larutan tablet dengan konsentrasi 300 mcgml masing-masing disuntikkan ke sistem KCKT dengan volume penyuntikan 20 µl. Puncak yang ditunjukkan diperhatikan dan dicatat waktu tambatnya kemudian waktu tambat masing-masing tablet dibandingkan dengan waktu tambat Baku Parasetamol dan Kofein tunggal serta campuran. 3.4.8 Penentuan kuantitatif 3.4.8.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Campuran Parasetamol Kofein BPFI 20 Dipipet larutan induk baku Parasetamol sebanyak 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 ; 5,0 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, lalu dipipet larutan baku induk II Kofein sebanyak 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 ; 5,0 ml masing-masing dimasukkan ke dalam labu yang telah berisi Baku Parasetamol tersebut lalu ditambahkan pelarut hingga garis tanda, kocok. sehingga diperoleh konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500 mcgml Parasetamol dan Kofein 10, 20, 30, 40, 50 mcgml lalu masing-masing konsentrasi diawaudarakan selama 20 menit dan disaring dengan cellulose nitrat membran filter PTFE 0,2 µm. Kemudian filtrat masing-masing konsentrasi diinjeksikan ke sistem KCKT dengan volume penyuntikan 20 µl diukur pada panjang gelombang 254 nm. Selanjutnya dari luas area yang diperoleh pada kromatogram dan dibuat kurva kalibrasi serta dihitung persamaan garis regresinya.

3.4.8.2 Penetapan kadar sampel

Ditimbang 20 tablet, kemudian digerus, sejumlah serbuk ditimbang seksama setara dengan lebih kurang 500 mg Parasetamol, masukkan kedalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 75 ml pelarut, disonikasi selama 30 menit, diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 5000 mcgml, kocok lalu disaring, 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Filtrat yang jernih digunakan sebagai larutan uji. Kemudian dari larutan ini dipipet 3 ml ke dalam labu 50 ml dan ditambahkan pelarut hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 300 mcgml. Dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali. Lalu larutan disaring dengan membran cellulosa 0,2 µl, lalu disonikasi selama 15 menit, diinjeksikan ke sistem KCKT dideteksi pada panjang gelombang 254 nm, laju alir 1 mlmenit kemudian dihitung kadarnya.