Penggolongan Lanjut Usia dalam Keperawatan Perawatan Lanjut Usia oleh Keluarga

demografi Friedman, 1986. Keluarga merupakan situasi lingkungan yang makrosistem yaitu meliputi pendidikan, sistem kerja, sistem pelayanan sosial dan sebagainya Friedman, 1998. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Effendy, 1998.

2.2. Penggolongan Lanjut Usia dalam Keperawatan

Perawatan secara umum bagi mereka yang berusia lanjut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu lanjut usia yang masih aktif dan lanjut usia yang pasif. Lanjut usia yang masih aktif adalah mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain, sedangkan kebutuhan sehari-harinya dapat dilaksanakan sendiri. Dan lanjut usia yang pasif adalah mereka yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan orang lain, misalnya karena sakit atau lumpuh. Disamping itu, kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar Hardiwinoto, 2005.

2.3. Perawatan Lanjut Usia oleh Keluarga

Hidup bertempat tinggal dengan keluarga merupakan kebiasaan umum bila seorang lanjut usia ditinggal oleh suami istrinya, atau sebelum ini terjadi. Umumnya memanglah keluarga yang merumat para lanjut usia di rumahnya juga Universitas Sumatera Utara di negara-negara Asia lain, terutama hal ini dilakukan oleh anak perempuan Darmojo, 1999. Dengan meningkatnya usia, terjadi pula penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada umumnya usia lanjut memerlukan bantuan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjalani hari tua yang menyenangkan Nugroho, 2000. Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian lanjut usia. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari harus diupayakan, walaupun dalam beberapa aktivitas tentu perlu dibantu Nugroho, 2000. Dalam merawat lanjut usia di rumah, adapun perawatan yang dapat diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia menurut Setiti 2007 yaitu ; Perawatan Fisik. Secara umum keluarga melayani makan tiga kali sehari. Namun ada juga yang hanya dua kali sehari, yaitu siang dan sore saja. Makanan yang disajikan sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang menyajikan nasi, sayur dan lauk. Ada juga yang ditambah dengan buah. Tetapi ada yang hanya nasi dan lauk atau sayur. Keterbatasan ekonomi membuat mereka makan seadanya. Pelayanan sandang, bagi lanjut usia yang masih potensial biasanya membeli sendiri, semantara keluarga menambahkan pakaian kesukaan mereka. Secara umum keluarga membelikan satu kali setahun. Bagi yang tidak mampu biasanya diberi oleh keluarga jauh atau masyarakat. Pelayanan di bidang papan, keluarga menyediakan sesuai dengan kemampuan mereka. Kondisi ekonomi yang terbatas, berakibat kondisi rumah seadanya. Pelayanan di bidang Universitas Sumatera Utara kesehatan, keluarga tidak selamanya mampu malayani untuk berobat secara medis. Kadang mereka hanya memberikan obat dari warung atau obat ramuan tradisional setempat ke dukun. Bagi yang memiliki kartu miskin, masih harus menghadapi kendala yaitu biaya transportasi yang mahal, prosedur yang berbelit dan pelayan yang tidak nyaman. Perawatan psikis. Biasanya lanjut usia ditemani anggota keluarga yang mengerti dan memahami mereka yang keadaan perilakunya berubah seperti kekanak-kanakan, rewel, mudah tersinggung dan lain-lain. lanjut usia ditemani untuk ngobrol, didengar nasehatnya dan keluhannya. Perawatan sosial. Keluarga berusaha menemani berbicara, mendengarkan nasehatnya, memberikan kabar orang di lingkungannya dan berita secara umum. Pada sisi lain, lanjut usia diantar cucu atau anggota keluarga lain untuk bertemu dengan teman sebaya, juga dengan teman sekelompok. Lanjut usia juga diberikan kegiatan bersama kelompoknya yaitu kelompok keagamaan, olah raga, pengajian, yasinan, arisan, kelompok silaturahmi, kelompok adat dan lain- lain. Perawatan Ekonomi. Perawatan ekonomi dilakukan keluarga dengan memenuhi kebutuhan dasar hidup lanjut usia. Bagi yang masih potensial, diberikan kesempatan untuk bekerja bersama keluarga. Melakukan kegiatan keterampilan untuk memperoleh penghasilan. Bagi lanjut usia yang sudah tidak potensial, keluarga memberikan uang, bahan mentah atau memberikan makanan siap saji. Universitas Sumatera Utara Perawatan Spiritual. Pelayanan spiritual dilakukan oleh keluarga dengan menyediakan sarana dan peralatan ibadah. Menjauhkan anak-anak dan melarang agar tidak ribut. Keluarga menemani saat beribadah di rumah, di mesjid atau di majelis taklim. Menurut Nugroho 2000 pendekatan perawatan lansia yaitu meliputi; Pendekatan fisik. Kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk lansia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan termasuk memilih dan menentukan makanan, minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan. Pendekatan psikis. Pada dasarnya lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya. Untuk itu kelurga harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Keluarga harus dapat membangun semangat dan kreasi lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan Universitas Sumatera Utara kelainan yang dideritanya. Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala- gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur denagn suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido. Keluarga harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi lansia bila lupa atau melkukan kesalahan. Pendekatan sosial. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama lansia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Keluarga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lansia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar atau majalah. Pendekatan spiritual. Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya. Keluarga bisa memberikan kesempatan pada lansia untuk melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lansia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya. Universitas Sumatera Utara

2.4. Karakteristik Orang yang Merawat Lanjut Usia