xiv
E. Sistematika Penulisan.
Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab dimana antara bab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan masing-masing bab terdiri
dari sub-sub bab. Untuk lebih jelas berikut adalah sistematikanya:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Batasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II KERANGKA TEORI
Bab ini membahas tentang : Implementasi Program Peer Group mencakup, Pengertian Peer Group, Program Peer Group; dan
Penyalahgunaan NAPZA meliputi : Pengertian NAPZA, Faktor- faktot
penyebab penyalahgunaan
NAPZA ,
dan Dampak
penyalahgunaan NAPZA .
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas tentang : Sejarah Berdirinya SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM, visi-misi, struktur organisasi, Keadaan Siswa,
Sarana dan prasarana. Sejarah Berdirinya YKAI, Visi-misi, Lintas Program YKAI, Susunan pengurus YKAI, Program YKAI,
Karyawan dan Staf dan Program Per Group di SMPN 139 Jakarta.
BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM PEER GROUP YKI DALAM
MEMINIMALISIR PENYALAHGUNAAN
NAPZA DI
LINGKUNGAN SEKOLAH Studi di SMPN 139 Jakarta
xv Bab ini membahas tentang : Pelaksanaan Inti Program Peer Group,
Koordinasi Program Peer Group, Rujukan Bagi Anak Yang Terlibat Penyalahgunaan NAPZA.
BAB V PENUTUP
Bab ini membahas tentang : Kesimpulan, dan Saran.
xvi
BAB II KERANGKA TEORI
A. Program Peer Group
I. Pengertian Peer Group
Peer Group kelompok Teman Sebaya merupakan salah satu program
YKAI yang
bertujuan untuk
meminimalisir masalah
penyalahgunaan NAPZA di masyarakat, khususnya di lingkungan sekolah. Peer Group SMPN 139 telah terbentuk sejak bulan Mei 2005. Peer Group ini
terbentuk ketika dijadikannya SMPN 139 Jakarta sebagai Pillot Project “ Pencegahan Anak yang Terlibat Narkoba Child Drugs Trafficking di
lingkungan sekolah ” oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia YKAI yang didukung oleh International Labour Organization ILO yaitu sebuah
badan PBB yang bergerak di bidang tenaga kerja. Dengan adanya program ini diharapkan agar penyalahgunaan NAPZA
di lingkungan sekolah dapat diminimalisir dan tidak ada lagi penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah dimasa yang akan datang.
Sebelum penulis menjelaskan lebih lanjut tentang program Peer Group, penulis merasa perlu untuk menggambarkan terlebih dahulu tentang defenisi
dari Peer Group. Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-
pengertian yang berbeda megenai Peer Group, tergantung pada jenis sumber dan tokoh yang merumuskan pengertian tersebut.
xvii Jika ditelaah dari berbagai sumber akan dijumpai pengertian-pengertian
yang berbeda mengenai Peer Group, tergantung dari jenis sumbernya dan tokoh yang merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan
adanya sudut pandang yang berbeda berdasarkan latar belakang pendidikan dan sumber yang dipakai akan tetapi secara substansial memiliki titik tekan
yang sama. Secara ethimologi kata Peer Group berasal dari bahasa Inggris yaitu Peer
yang berarti teman sebaya, sedangkan Group berarti kelompok.
12
Jadi arti Peer Group adalah kelompok teman sebaya. Dalam pengertian lain
kelompok teman sebaya dapat dibagi dalam tiga suku kata yaitu “1``1kelompok” memiliki arti kumpulan manusia yang merupakan kesatuan
beridentitas dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu sendiri atau kumpulan orang yang memiliki
atribut sama, “teman” memiliki arti kawan, sahabat atau orang yang bersama-sama bekerja, dan “sebaya” memiliki arti baya.
13
Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas di
bawah ini penulis mengutip beberapa defenisi dari berbagai literatur antara lain sebagai berikut :
a. Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia YKAI dalam
bukunya yang berjudul “Prosedur penanganan dan pencegahan
12
Laila Saniyah, Kamus Mini Praktis Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, Surabaya, Karya Agung, 1999, h. 177
13
Kamus besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1991, h. 470, 1029, 886
xviii perdagangan narkoba di sekolah”
memberikan pengertian bahwa Peer Group
adalah kelompok teman sebaya dimana kelompok teman sebaya tersebut yang dibentuk oleh sekolah dengan tujuan untuk memberikan
informasi tentang bahaya NAPZA dan pencegahannya bagi teman- teman mereka.
14
b. Menurut WFConnell 1972 kelompok teman sebaya peer frienship
group adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur sama
atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai dengan
masa remaja adolesence.
15
c. Peer Group kelompok teman sebaya yaitu suatu kelompok dimana di
dalamnya terdapat komunitas yang memiliki umur yang sama sepantaran dan melakukan suatu kegiatan bersama yang memilki
manfaat bagi setiap individu.
16
d. Peer Group kelompok teman sebaya adalah orang-orang seumurmu
dan kelompok sosialnya, seperti teman sekolah, teman sekerja atau tetangga.
17
2. Program Peer Group
Dalam pelaksanaan program peer group di sekolah para siswai dibantu dengan guru pembimbing, YKAI sebagai lembaga yang menjadi motor
14
YKAI, Prosedur Penanganan dan Pencegahan Perdagangan Narkoba di Sekolah, Jakarta : 2006, h. 15
15
Peran Guru Dalam Pendidikan http:bkt_bg_isi.gif,.htm
16
Tekanan Teman Sebaya http:situs.kesrepro.infokrragu2002utama02.htm
17
Tekanan Teman Sebaya http:situs.kesrepro.infokrragu2002utama02.htm
xix penggerak kegiatan peer group di sekolah telah memberikan rancangan
program secara komprehensip sehingga memudahkan guru pembimbing dan siswai pengurus peer group. Adapun program Peer Group SMPN 139
adalah antara lain : a
Melakukan SIDAK, yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas pada setiap bulannya dengan waktu dan hari yang telah
disepakati oleh para guru tanpa diketahui oleh para siswai. Hal ini bertujuan agar siswai tidak mudah mengelak ketika ditemukan
barang terlarang di dalam tas-nya. b
Melakukan tes urine pada setiap siswa yang diduga menggunakan NAPZA, hal ini dilakukan berdasarkan penelitian guru terhadap
siswa, terlihat dari perubahan fisik anak dan tingkah laku anak yang berubah. Contoh perubahan fisik anak antara lain seperti : “ sering
ngantuk di kelas, badan yang semakin kurus, loyo tidak ada gairah hidup ”, dan perubahan tingkah laku antara lain ; “ suka membuat
onar di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, merosotnya nilai ulangan dan nilai raport. Kegiatan ini
dilakukan atas kerja sama SMPN 139 Jakarta dengan BNN Badan Narkotika Nasional.
c Melakukan konseling pada siswa yang terlibat dalam kasus
penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah. Dengan melibatkan guru BP, siswai dan orang tua, hal ini dilakukan agar guru dan orang
xx tua dapat menemukan solusi agar siswa tersebut tidak berlarut-larut
terperangkap dalam dunia hitam yang dapat merusak masa depannya. Dari hasil keterangan program Peer Group di atas telah
melakukan beberapa tahap intervensi, dalam ilmu kesejahteraan sosial dikenal dua bentuk intervensi sosial, menurut Rothman, Trophman dan
Erlich intervensi tersebut yaitu:
18
a. Intervensi mikro merupakan intervensi yang digunakan dalam
lingkup kecil dan memusatkan pada dua metode yaitu bimbingan sosial perseorangan sosial casework dan bimbingan sosial
kelompok social group working. b.
Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari
individu, kelompok dan keluarga, yaitu organisasi, komunitas baik di tingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro
berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih luas dalam
rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat. Intervensi makro mencakup: ‘pengembangan masyarakat lokal’
lokality development, ‘perencanaan sosial’ social planning, ‘kebijakan sosial’ social policy, dan ‘administrasi dan manajemen’
administration and management.
Menurut The Gulbenkian Foundation 1970 : 3-34, intervensi makro dapat diidentifikasikan pada tiga tingkatan yang menggambarkan
cakupan komunitas yang berbeda dimana intervensi makro dapat diterapkan melalui:
19
a. Grass root ataupun neighbourhood work agen perubahan
melakukan intervensi tehadap individu, keluarga dan kelompok masyarakat yang berada di daerah tersebut. Misalnya saja dalam
suatu kelurahan ataupun rukun tetangga; b.
Lokal agency dan inter-lokal agency work agen perubahan melakukan intervensi terhadap organisasi ‘payung’ di tingkat lokal,
provinsi ataupun tingkat yang lebih luas, bersama jajaran
18
Isbandi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 57- 58
19
Ibid., h.60-61
xxi pemerintahan yang terkait serta organisasi non pemerintah yang
berminat terhadap hal tersebut; c.
Regional dan national community planning work misalnya saja, agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan
pembangunan ekonomi, ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan yang mempunyai cakupan lebih luas dari bahasan
ditingkat lokal.
Dalam merancang sebuah program ada beberapa tahapan yang harus dilalui, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
20
a. Tahap persiapan engagement
Pada tahap persiapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan yaitu : pertama, penyiapan petugas yaitu tenaga lapangan yang dilakukan
oleh community worker, dan kedua, penyiapan lapangan merupakan masyarakat yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara no-
ndirective. b.
Tahapan pengkajian assesment Proses assesment dapat dilakukan secara individual melalui siswai
key person, tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok dalam lingkungan sekolah. Dalam hal ini petugas harus berusaha
mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan felt needs dan juga sumber daya yang dimiliki klien
c. Tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan designing
Pada tahap ini petugas sebagai agent perubah change agent secara partisipatif mencoba melibatkan siswai untuk berfikir tentang
masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
20
Isbandi, Pemikiran-pemikiran dalam pembangunan Kesejahteraan, h. 181
xxii Dalam konteks ini siswai diharapkan dapat memikirkan beberapa
alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan d.
Tahapan pemformulasian rencana aksi designing Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk
memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal terhadap pihak
penyandang dana. e.
Tahapan pelaksanaan program atau kegiatan implementation Dalam upaya melaksanakan program peer group, peran siswai
sebagai anggota diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan anggota
Peer Group merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang sudah dilaksanakan dengan baik melenceng
saat di lapangan. f.
Tahapan evaluasi Evaluasi sebagai proses pengawasan dari anggota dan petugas
lapangan Peer Group terhadap siswa yang terlibat dalam penyalah gunaan NAPZA. Dengan keterlibatan anggota tersebut diharapkan
dalam jangka pendek dapat memberikan arahan dan bimbingan agar siswai tidak terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA dan untuk
jangka panjang dapat menjadi benteng bagi setiap diri siswai dari penyalahgunaan NAPZA.
g. Tahap terminasi disengagement
xxiii Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara
formal dengan pillot project. Dalam tahap ini petugas diharapkan tidak meninggalkan klien mereka dengan tiba-tiba walaupun proyek
telah berakhir. Petugas harus tetap melakukan pemantauan dan koordinasi meskipun tidak secara rutin, kemudian secara perlahan
mengurangi koordinasi atau pemantauan dengan klien sehingga klien memiliki kemandirian dalam melaksanakan program yang telah
dijalankan.
B. Penyalahgunaan NAPZA
1. Pengertian NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA bukan hanya terjadi di Indonesia namun telah menjadi “wabah” berbahaya pada negara-negara berkembang di
dunia dan menggelembung menjadi wabah internasional.. Dengan demikian usaha untuk meminimalisir penyalahgunaan NAPZA
dan upaya untuk melakukan rehabilitasi terhadap masyarakat yang telah ketergantungan NAPZA adalah satu keniscayaan mengingat banyak
korban berasal dari kalangan remaja yang merupakan cikal bakal pemimpin di masa depan.
Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh tentang NAPZA, penulis akan mengawalinya dengan menjelaskan pengertian NAPZA secara
komprehensif, sekaligus problematikanya.
xxiv Jika ditelaah dari berbagai sumber akan kita jumpai pengertian-pengertian
NAPZA secara berbeda, hal ini tergantung dari jenis sumbernya dan dari sudut pandang mana istilah tersebut didefinisikan.
Kata narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu “ narcotics ” yang berarti obat yang menidurkan atau obat bius.
21
Dalam pengertian lain narkotika mempunyai arti obat yang berfungsi menenangkan syaraf,
menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau rangsangan opium, ganja dan sebagainya .
22
Narkotika atau yang sering diartikan drugs juga diartikan sebagai zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu, bagi mereka
yang menggunakan dengan memasukkan ke dalam tubuh, pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat
dengan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dalam dunia medis yang bertujuan untuk dimanfaatkan
dalam dunia pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dibidang pembedahan, penghilangan rasa sakit dan lain-lainnya.
23
Sementara organisasi kesehatan dunia WHO telah memberikan batasan tentang drugs narkotika yaitu, “setiap zat yang jika masuk dalam
21
S. Warjowarsito. Tito W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia- Inggris.
Bandung, 1980, h. 122
22
Kamus besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1998, h. 90
23
Soedjono Dirdjosisworo. SH, Hukum Narkotika Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990, h. 3
xxv organisme hidup akan mengadakan perubahan pada suatu atau lebih
fungsi-fungsi organisme tersebut ”.
24
Sedangkan UU No. 22 tahun 1997 memberikan pengertian tentang narkotika, yaitu :
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan. Golongan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu :
Golongan I
Golongan pertama dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang untuk kepentingan selainnya pasal 5. Dalam
pengawasan yang ketat dari Menteri Kesehatan pasal 9. Contohnya yaitu : 1.
Tanaman Papaver Somniferum L. 2.
Opium. 3.
Tanaman Koka, Daun Koka, Kokain Mentah, Kokain. 4.
Heroin, Morphine. 5.
Ganja.
25
Golongan II
Golongan kedua adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi digunakan sebagai pilihan terakhir
24
Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS dan NAZA, Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasha, 1996, h. 100
25
Syahrudin Darwis, Musyaruddin, Mari Bersatu Berantas Bahaya Penyalahgunaan NARKOBA NAZA, BP, Dharma Bhakti : Jakarta, 1999, h. 3
xxvi dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya yaitu : 1.
Alfasetilmetadol. 2.
Benzetidin. 3.
Betametadol.
26
Golongan III
Golongan ketiga adalah golongan yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, adapun macam- macamnya adalah :
1. Asetilidihidrokodein
2. Dokstroprosifem
3. Dihidrokodeina.
27
Alkohol
Sebagaimana narkoba, alkohol bagi banyak orang di Indonesia bukan barang yang asing lagi. Alkohol sering disebut minimum keras. Jika digambarkan
alkohol adalah sebagai berikut. Nama kimia alkohol yang terdapat dalam minuman beralkoholialah etil
alkohol atau etanol, yang sering juga disebut sebagai grain alkohol sebagai lawan dari wood alkohol yang sangat toksik dan kimianya adalah metil alkohol atau
metanol. Etil alkohol adalah cairan jernih, tidak berwarna, dan rasanya pahit. Jadi yang dimaksud alkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol.
Alkohol dapat diperoleh melalui proses fregmentasi peragian oleh mikroorganisme sel ragi, dari gula, sari buah, biji-bijian, madu, umbi-umbian
26
Ibid, h. 3
27
Ibid, h. 3
xxvii dan getah kaktus tertentu. Melalui proses fregmentasi hanya dapat diperoleh
minuman beralkohol yang kadarnya tidak lebih dari 14 , sebab sel ragi akan mati bila kadarnya lebih tinggi. Kebanyakan bir berkadar alkohol 3-5 , anggur
berkadar 10-14 , sherry, port, dan mus katel berkadar 20 . Sedangkan wiski, rum, gim, vodka dan brendy kadarnya 40-50 .
28
Dalam penggolongannya alkohol dibagi dalam tiga golongan yaitu : 1. Golongan A berkadar alkohol 01 - 05
2. Golongan B berkadar alkohol 05 - 20 3. Golongan C berkadar alkohol 20- 50
29
Psikotropika
Psikotropika sebagaimana narkotika juga dijelaskan pada UU No 5 tahun 1997 adalah:
Zat atau obat, baik yang alamiah maupun yang sintesa bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Adapun macam-macamnya dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok
seperti yang dijelaskan pada UU No 51997 sebagai berikut:
Golongan I
Golongan pertama yaitu psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi yang amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun contohnya yaitu:
1. MDMA yang dikenal dengan nama Ectasy
28
Satya Joewana, Gangguan Penggunaan Zat, Jakarta : PT Gramedia, 1989, h. 34
29
Syahruddin Darwis, op.cit, h.4
xxviii 2.
N-etil MDA juga terdapat dalam kandunganEctasy 3.
MMDA juga terdapat dalam kandungan Ektasy.
30
Golongan II
Psikotropika golongan kedua adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan trapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun jenisnya yaitu:
1. Amfetamina dikenal dengan nama shabu-shabu
2. Buprenorfina
3. Butalbital.
31
Golongan III
Psikotropika golongan III adalah yang berkhasiat untuk pengobatab dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun contoh jenis-jenisnya yaitu:
1. Amobarbital
2. Buprenorfena
3. Butalbital
32
Golongan IV
Psikotropika golongan keempat ini adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalan terapi atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun jenis-jenisnya adalah:
1. Diazepam yang dikenal dengtan nama Nipam, BK, Megadon
2. Nitrazepam
30
Ibid, h. 3
31
Ibid, h. 4
32
Ibid, h. 4
xxix 3.
Nordazepam.
33
Zat Adiktif
Dalam bahasa yang sederhana zat aiktif adalah zat yang dapat menimbulkan ketagihan, kecanduan atau ketergantungan. Dalam turunan
jenisnya yang dijelaskan oleh Dadang Hawari, zat adiktif ini terdiri dari yaitu : a
Sedativa dan hipnotika Ada beberapa golongan yang dimasukkan dalam kelompok sedativa
hipnotika, yaitu barbiturat, zat yang mirip barbiturat, benzodiadepin, karbamat, klonalhidrat dan paraldelhida. Zat-zat tersebut di atas berbeda
kerja parmotologinya, onset, maupun lama kerjanya, tetapi diantara mereka terdapat toleransi dan ketergantungan silang. Juga terdapat
toleransi dan ketergantungan silang dengan alkohol.
b Amatamin
Amfetamin adalah stimulasi susunan syaraf seprti kokain, kafein, nikotin dan katir.
c Halusinogen
Pada tahun 1954, A Hoffer dan A Osmond memperkenalkan istilah halusinogen untuk memberi nama kepada zat-zat tertentu yang dalam
jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran dan perasaan seseorang serta manimbulkan halusinasi, sebagian zattersebut merupakan senyawa
sintenik.
d Fensiklisida
Fensiklisida adalah suatu senyawa yang larut baik dalam air maupun dalam alkohol. Zzat ini pada tahun 1963 dipasarkan sebagai anestika
dengan nama sernyl. Tetapi kerena efek sampingnya, pada tahun 1965 ditarik dari pasaran, pada tahun 1967, muncul lagi dipasaran dengan nama
serylan untuk keperluan anestesia hewan. Dipasaran gelap zat ini sering dicampuri ganja.
e Inhilasia dan Solven
Yang digolongkan Inhilasia dan solven ialah gas dan zat pelarut yang mudah menguap berupa senyawa organik. Gas atau zat tersebut
dimasukkan dalam plastik lalu dihirup. Inhilasia dan solven terdapat pada berbagai barang-barang keperluan rumah tangga, kantor, dan pelumas
mesin. Intoksikasi akut dengan zat ini bisa berakibat fatal, sedangkan pada pemakain pelumas kronis dapat merusak berbagai organ tubuh, misalnya
otak, ginjal, paru-paru, jantung, dan sum-sum tulang.
f Nikotin
33
Ibid, h.4
xxx Nikotin terdapat pada tanaman tembakau. Kadar nikotin dalam nikotin
berkisar 1-4 dalam satu batang rokok terdapat sekitar 1,1 mg nikotin. Rokok tembakau selain mengandung nikoti juga mengandung bahan-
bahan lain yaitu zat-zat organik lain dan tambahan additive
g Kafein
Kafein atau 1, 3, 7 trimetilsantin adalah alkaloid yang terdapat dalam tanaman kopi arabika, kopi robusta dan idopiliberica. Biji kering kopi jenis
ini mengandung 1-1,5 kafein dan 2-2,3 kafein. Daun teh selain mengandung teobromin juga mengandung kafein. Kafein ini juga terdapat
dalam minuman kola dan berbagai obat bebas.
34
Zat tersebut apabila digunakan tidak berdasarkan aturan yang ditetapkan dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan, bila sudah demikian maka
akan berakibat fatal bagi si pemakai, salah satunya yaitu dapat merusak organ tubuh.
Tidak seluruh zat atau obat menimbulkan adiksi dan defendensi pada pemakaiannya. Zat atau bahan obat yang dapat adiksi atau defedensi, adalah zat
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a
Keinginan yang tak tertahankan an over powering desire b
Kecenderungan untuk menambah takaran dosis sesuai dengan toleransi tubuh
c Ketergantunagn psikis psychological depedence, apabila pemakaian zat
di hentikan akan menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi, dan lain- lain gejala psikis.
d ketergantungan fisik physical depedence, apabila pemakaian zat ini
dihentikan, akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus NAPZA wtihdrawl syntomp.
35
2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Sebagaimana disinggung pada bab pendahuluan, Arus modernisasi telah merubah seluruh struktur kehidupan manusia. Arus ini telah memberi label
34
Satya Joewana, op cit, h. 34
35
Dadang Hawari, Konsep Islam Memerang Aids da NAZA, Yogyakarta : Dhana Bhakti Prima Yasa, 1996 Cet ke-IX h. 101
xxxi baru bagi manusia yaitu sebagai “manusia medern”. “manusia modern” seperti
diulas Ahmad Mubarok kini terperangkap dalam situasi yang menurut istilah psikolog Humanis terkenal, Rollo May sebagai “manusia dalam kerangkeng”,
satu istilah yang menggambarkan salah satu derita manusia modern.
36
Sebagai akibat dari derita psikis itu manusia modern kini terjangkit gangguan kejiwaan yang antara lain kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku
menyimpang dan psikosomasis.
37
Dalam kondisi cemas, kesepian, dan kebosanan yang diderita berkepanjangan, meyebabkan seseorang tidak tahu persisi apa yang
diilakukan. Ia tidak bisa memutuskan sesuatu, dan ia tidak tahu jalan mana yang harus ditempuh. Dalam keadaan jiwa yang kosong dan rapuh ini, maka
ketika seseorang tidak mampu berfikir jauh, kecenderungan kepada memuaskan motif kepada hal-hal yang rendah menjadi sangat kuat, karena
pemuasan atas motif kepada hal-hal yang rendah sedikit menghibur.
38
Pemuasan atas motif tersebut kemudian nereka wujudkan dengan menyalahgunakan NAPZA narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Hingga penyalahgunaan NAPZA kini telah menjadi tren baru bagi manusia modern.
Penyebab penyalahgunaan NAPZA memang sungguh kompleks, namun jika kita ingin membuat rumusan tentang penyebab penyalahgunaan NAPZA,
36
Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jiwa dalam Al-Quran. Jakarta : Paramadina, 2000, h. 7
37
Ibid, h. 8
38
Ibid, h. 8
xxxii terdapat
dua faktor
besar yang
dapat menyebabkan
seseorang menyalahgunakan NAPZA yaitu :
a. Faktor Intern
Yang dimaksud faktor intern adalah salah satu penyebab yang berasal dari dalam seorang individu yang menyalahgunakan NAPZA. Faktor intern ini
terlihat jelas pada kaum remaja an mereka yang menginjak dewasa dini yang berusia sekitar 15-25 tahun, dan merupakan kelompok pemakai
terbesar NAPZA saat ini. Ada beberapa masa periode remaja dan dewasa dini yang menyebabkan peluang untuk menggunakan NAPZA itu besar.
39
1. Periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan- harapan sosial baru dn juga memainkan peran baru, pada periode ini mereka diharapkan mampu mengadakan penyesuaian diri
secara mandiri. Apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan yang sukar daiatasi, mereka ragu-ragu meminta pertolongan orang lain,
enggan dan takut disebut belum dewasa, karena ketidakmampuan tersebut akhirnya mereka lari ke NAPZA sebagai penghibur.
2. Masa keterasingan sosial dengan berakhirnya pendidikan formal dan
terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, pada masa ini ketidakmampuan dia masuk dunia dewasa menyebabkannya
mersa tersaing dan terpencil terisolasi lalu mereka lari ke dunia NAPZA sebagai penghibur jiwa mereka. Mereka juga mengalami masa
perubahan nilai, msa mandiri dan masa ketergantungan.
Pada masa dewaa dini dan masa remaja ini kondisi mental mereka dalam keadaan labil sehingga dengan mudah dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya untuk bertindak dan berbuat hal-hal yang negatif, sehingga mereka dengan mudah terpengaruh untuk menggunakan NAPZA.
b. Faktor Ekstern
Faktor ini merupakan penyebab yang berasal dari luar individu yaitu dari lingkungan sekitarnta. Lingkungan sekitar dapat dikelompokkan
pada tiga lingkungan, yaitu lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat
39
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
Jakarta : Penerbit Erlangga, 1990, Cet ke-5 h. 286
xxxiii dimana mereka bergaul dengan teman-teman di lingkunagan sekitarnya.
Kedua lingkungan ini disebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah lingkungan dimana tempat orang-orang
yang berinteraksi dan merupakan suatu keseluruhan, yang tentu saja individu kelah dengan kelompok sosial, kelompok ini bisa berinteraksi
karena ada kesamaan ciri dan karakter sehingga saling tumbuh rasa solidaritas dalam kelompok sosial tersebut.
40
Dan terakhir adalah lingkungan keluarga yaitu lingkungan dimana dia tinggal di rumah yang terdiri dari ayah, ibu dan saudara. Lingkungan
keluarga merupakan
kontributor terbesar
seseorang dalam
menyalahgunakan NAPZA, sebagai mana dikemukakan oleh peneliti Rutter 1980 tentang hal tersebut, bahwa:
1. Kematian orangtua broken home by death
2. Kedua orangtua bercerai atau pisah broken home by
divorceseperations 3.
Hubungan kedua orangtua dengan anak tidak harmonis poor parent child relationship
4. Suasana rumah tangga yang tegang high tensions
5. Suasana rumah tangga tanpa kehangatan low warmth
6. Orangtua sibuk dan jarang di rumah absence
7. Orangtua mempunyai kelainan kepribadian personality disorder
41
Adalah penyebab terbesar sehingga seseorang terutama remaja terlibat dalam penyalhgunaan NAPZA. Sehingga hubungan yang baik
dalam lingkungan keluarga sesungguhnya adalah senjata yang paling ampuh agar seseorang tidak terkena dan terjangkit pada ketergantungan
NAPZA.
40
Gerungan DIPL, Psikologi Sosial, Bandung : Eresco, 1996, Cet ke-11, h. 94-95
41
Dadang Hawari, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ilmu Kesehatan Jiwa, Jakarta : PT Dhana Bhakti Prima Yasa, 1996 , h. 142
xxxiv Sedangkan hasil kajian cepat ILO 2004 faktor penyebab orang
menggunakan menyalahgunakan NAPZA adalah sebagai berikut : 1.
kemiskinan absolute 2.
tekanan teman sebaya dan peran keluarga 3.
sekolah dan putus sekolah 4.
peran bandar.
42
Dari hasil pelatihan guru-guru dalam pencegahan dan penanganan kaus NAPZA di lingkungan sekolah pada tanggal 18-19 Agustus 2006,
penyalahgunaan NAPZA di lingkngan sekolah dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Faktor lingkungan dalam hubungan tidak harmonis dengan orangtua
2. Faktor lingkungan luar orangtua terlalu sibuk di luar
3. Faktor broken home
4. Faktor individu coba-coba, cari perhatian, ikut tokoh idola
5. Faktor putus cinta
3. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Masalah penyalahgunaan NAPZA di Indonesia terutama tentang Narkotika dan Psikotropika diatur dalam UU No. 5 tahun 1997 dan UU No. 22
tahun 1997, hal ini karena memang NAPZA mempunyai dampak negatif yang sangat luar biasa besarnya. Tidak hanya gangguan fisik namun juga akan
menyebabkan terganggunya gangguan psikis kepribadian. Secara fisik seluruh zat dalam NAPZA, baik itu narkotika, alkohol,
pasikotropika dan beberapa zat yang lainnya mempunyai efek yang berbeda satu sama lain. Alkohol misalnya mempunyai efek fisil.
a Pembicara cadel
b Gangguan koordinasi
c Cara jalan yang tidak mantap
d Naistakus mata jereng
e Muka merah
Sedangkan efek psikologik yang terlihat yaitu : a
Perubahan perasaaan afek
42
ILO, Anak-anak Dalam Perdagangan dan Produksi Obat-obatan Terlarang di Jakarta, Jakarta : Organisasi Perburuhan Internasional, 2004, Cet. Ke-1, h.38
xxxv b
Mudah marah dan sering tersinggung c
Banyak bicara d
Hendaya atau gangguan konsenterasi.
43
Sedangkan ganja yang merupakan bagian dari jenis narkotika menimbulkan gangguan mental organik GMO, yaitu gangguan dalam fungsi
berfikir, perasaan dan perilaku. GMO ini terjadi karena reaksi langsung ganja dengan sel-sel syaraf otak, disamping gejala-gejala fisik seperti mata merah,
mulut kering dan sering tidur. Gangguan GMO dapat terlihat pada tingkah laku yang maladatif yaitu gangguan dalam perilaku misalnya kecemasan atau
ketakutan yang berlebihan atau paranoid, gangguan dalam menilai realitas, gangguan dalam fungsi sosial pergaulan sekolah atau pekerjaan dan berbagai
macam lainnya.
44
Satya Joewana meringkas akibat dari penyalahgunaan NAPZA yaitu : 1. Opida, pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan impoten dan
gangguan menstruasi pada wanita serta menimbulkan obstipasi baik pada pria maupun pada wanita. Opida juga mengurangi nafsu makan
sehingga pemakaian yang kronis pasien menjadi kurus. 2.
Ganja pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan bronkitis, menurunkan imunitan, gangguan kemampuan bicara, keteampilan
berbicara dan berhitung, gerakan serba lambat, kurang menaruh perhatian terhadap bahaya sekitar, tidak perduli pada masa depan, tidak
memiliki motivasi untuk mencapai keberhasilan, tidak punya rasa bersaing dengan orang lain. Akan mengganggu anak dalam kendungan
bila digunakan oleh ibu hamil.
3. Kokain akan menimbulkan gangguan pada irama jantung.
4. Alkohol pada pemakain yang kronis dan jumlah yang besar dapat
menimbulkan radang lambung, hati mengeras, polineuritis, psikosis korsakiff, gangguan metabolisme lemak, zat putih telur maupun zat
hidrat arang dan kangker saluran pencernaan. 5.
Amfetamin dapat menyebabkan kelainan jantung. 6.
Inhalasia dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan hati, ginjal, sum-sum tulang dan otak.
7. Tembakau menyebabkan bronkitis dan kangker paru
8. Kafein mempengaruhi jantung dn pengeluaran asam lambung sehingga
tidak baik orang yang mempunyai sakit jantung atau sakit maag.
45
43
Ibid, h.142
44
Ibid, h. 165
45
Satya Joewana, op cit, h. 112
xxxvi Akibat lain yaitu pada aspek sosial dimana seseorang yang menderita
penyakit ini tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, peristiwa berikutnya mereka selalu menyendiri sehingga bagi mereka yang
sekolah atau bekerja tidak mampu meneruskan sekolah atau pekerjaannya, dengan demikian akan menjadi pengangguran, setelah menjadi pengangguran
tentu saja berakibat pada masalah sosial, yang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Hasil curhat tentang NAPZA, Enggak Banget Yang dimuat di kompas Jum’at, 9 Juni 2006 mengatakan bahwa dampak dari pengguna NAPZA
adalah.
46
a Penggunaan NAPZA dalam jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan sistem syaraf alias neorologis. Gangguan saraf itu misalnya berupa kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan
saraf tepi. Selain itu, bisa bikin gangguan jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler. Gangguan kardiovaskuler berupa infeksi akut otot
jantung atau gangguan peredaran darah.
b Selain itu, masih ada gangguan paru-paru atau pulmoner, seperti
penekanan fungsi pernafasan, kesukaran bernafas, atau pengerasan jaringan paru. Terus masih ada lagi gangguan hemopeotik berupa
terganggunya pembentukan sel darah merah. Lalu gangguan kulit atau dermatologia bisa bikin nanah pada bekas suntikan, alergi, atau pada
bekas luka. Ad juga gangguan gastrointestinal berupa mencret, radang lambung dan kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati dan
pengecilan hati.
c Gangguan berikutnya, endokrin, yaitu penurunan fungsi hormon
reproduksi dan rendahnya kadar gula darah, gangguan fungsi reproduksi, dn cacat bawaanpada bayi yang dikandung, gangguan otot dan tulang
berupa peradangan otot akut, penurunan fungsi otot, dan rawn patah tulang.
46
http:www.kompas.comkompas-cetak060609muda2713225.htm
xxxvii
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Objektif SMPN 139 Jakarta.
1. Sejarah Berdirinya SMPN 139 Duren Sawit-JAKTIM
Sekolah SMPN 139 Jakarta yang beralamatkan di Jl. Bunga Rampai X Perumnas Klender. Kec. Duren Sawit-JAKTIM pertama kali didirikan pada
tahun 1979, dan mulai digunakan pada tanggal 19 Juni 1980, kegiatan belajar mengajar dimulai pertama kali pada tahun 1980-1981 dengan menempati 5
ruang kelas. Selama hampir 25 tahun sekolah menengah pertama yang memiliki nama
awal sekolah Percontohan 139 Jakarta, telah mendidik siswai nya menjadi remajai yang berkualitas, dengan meluluskan angkatan pertama pada tahun
1983. Hal ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan dukungan kepala sekolah mulai dari kepala sekolah pertama sampai dengan yang ke-7 sekarang.
Adapun yang memimpin SMPN 139 Jakarta dari awal berdiri sampai dengan sekarang adalah:
a. Tahun 1980-1987 : Drs. H. Soenarto, HW
b. Tahun 1987-1989 : Supena Bratamidjadja
c. Tahun 1989-1994 : Drs. Zainudin Lingga
d. Tahun 1994-1995 : Jeddy Sukanda
e. Tahun 1995-1999 : Drs. Suripto, MM
f. Tahun 1999-2002 : Drs. H. Muhammad Zaini, MM
xxxviii g.
Tahun 1999-2002 : Drs. Parmudji, M.Pd
47
2. Visi dan Misi SMPN 139 Jakarta
a. Visi
Unggul dalam prestasi dan berbudi pekerti yang luhur berlandaskan IMTAQ
b. Misi
1. Pekerja keras, Ikhlas dan cerdas
2. Mulailah dari diri sendiri
3. Mulailah dari hal-hal yang terkecil dan mulailah dari sekarang
c. Motto
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
47
Sumber: Data Statistik Sekolah SMPN 139 Jakarta, tahun 2006-2007
xxxix
3. Struktur Organisasi SMPN 139 Jakarta
Dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, unsur manusia memegang peranan penting karena menentukan kelancaran
pelaksanaan program sekolah di antaranya kepala sekolah, guru dan staf karyawan. Berikut ini data-data tentang guru dan staf karyawan SMPN 139
Jakarta:
STRUKTUR ORGANISASI SMPN 139 JAKARTA
KOMITE SEKOLAH
STAF KESISWAAN
KAUR TU KEPSEK
STAF BID SARANA PRASARANA
STAF BID KURIKULUM
GURU STAF TU
GURU BPBK
WALI KELAS
SISWA SISWA
SISWA SISWA
SISWA
xl
Tabel 1 Pendidik dan Tenaga Pendidik
Kepala Sekolah
Jenis Kelamin Jabatan
Nama L
P Usia
Pend. Akhir
Masa Kerja
Kepala Sekolah Drs. Parmudji, M.Pd
v 50
S-2 28
Wakil Kepala Sekolah Drs. Drajat Firdaus
v 45
S-1 24
Tabel 2 Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, Dan Jumlah
Jumlah dan Status Guru GTPNS
GTTGuru Bantu No
Tingkat Pendidikan L
P L
P Jumlah
1. S3S2
1 1
2. S1
15 20
1 6
42 3.
D-4 4.
D3Sarmud 4
4 1
2 11
5. D2
6. D1
3 5
1 9
7. SMAsederajat
Jumlah 23
29 3
8 63
Tabel 3 Jumlah Guru Dengan Tugas Mengajar Sesuai Dengan Latar Belakang
Pendidikan Keahlian
xli
Jumlah guru dengan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas
mengajar Jumlah guru dengan latar belakang
pendidikan yang TIDAK sesuai dengan tugas mengajar
JUmlah No
Guru
D1D2 D3 Sarmud
S1D4 S2S3 D1D2 D3 Sarmud
S1D4 S2S3 1
IPA 3
1 3
7 2
Matematika 1
1 3
2 7
3 B. Indonesia
1 1
5 7
4 B. Inggris
1 5
6 5
Pend. Agama 4
1 5
6 IPS
1 8
1 1
11 7
Penjaskes 1
1 1
3 8
Seni Budaya 2
1 1
4 9
PKn 1
1 2
10 TIKKeterampilan
3 1
2 1
7 11
BK 4
4 12
Lainnya........... Jumlah
9 12
32 9
1 63
Tabel 4 Pengembangan KompetensiProfesionalisme Guru
Jumlah Guru yang telah mengikuti kegiatan pengembangan kompetensiprofesionalisme
No Jenis Pengembangan
Kompetensi Laki-laki
Jumlah Perempuan
Jumlah 1
Penataran KBKKTSP 5
9 14
2 Penataran Metode
Pembelajran termasuk CTL
3 Penataran PTK
4 Penataran Karya Tulis
Ilmiah 5
Sertifikasi ProfesiKompetensi
xlii
6 Penataran PTBK
7 Penataran lainnya: ...........
Tabel 5 Prestasi Guru
Perolehan kejuaraan 1 sampai 3 dalam 3 tahun terakhir
No Jenis Lomba
Tingkat Jumlah
Nasional Provinsi
1 Lomba PTK
KabKota Nasional
Provinsi 2
Lomba Karya tulis Inovasi Pembelajaran KabKota
Nasional Provinsi
3 Lomba Guru Berprestai
KabKota Nasional
Provinsi Lomba Linnya:.............................
KabKota Nasional
Provinsi 4
KabKota
Tabel 6 Tenaga Kependidikan: Tenaga Pendukung
jumlah tenaga pendukung dan kualifikasi pendidikannya
Jumlah tenaga pendukung
berdasarkan status dan jenis kelamin
PNS Honorer
No
Tenaga Pendukung
S M
SMA D1 D2
D3 S1
L P
L P
Jumlah
xliii
P 1
Tata Usaha 2
7 1
3 7
10 2
Perpustakaan 1
1 1
2 1
3 3
Laboran lab. IPA 1
1 1
4 Teknisi lab. Komputer
1 1
1 5
Laboran lab. Bahasa 1
1 1
6 PDT Pend Tek. Dasar
7 Kantin
1 1
1 8
Penjaga Sekolah 1
1 2
2 9
Tukang Kebun 1
1 1
10 Keamanan
1 1
1 11
Lainnya: ................. Jumlah
4 11
1 2
3 5
10 4
2 21
Tabel 7 Data Siswa 4 empat tahun terakhir:
Kelas VII Kelas VIII
Kelas IX Jumlah Kls. VII + VIII
+ IX Th. Pelajaran
Jml Pendaftar Cln
Siswa Baru
Jml siswa
Juml Rombel
Jml Siswa
Jumlah Rombel
Jml Siswa
Jumlah Rombel
Siswa Rombel
20032004 586
401 9
369 8
348 8
1118 25
20042005 515
353 9
381 8
354 8
1088 25
20052006 481
304 8
340 8
356 8
1000 24
20062007 506
315 8
319 8
319 8
953 24
4. Keadaaan Siswa
Tabel 8 Prestasi sekolahsiswa dua 2 tahun terakhir
Prestasi Akademik: NUAN
Peringkat No
Tahun Pelajaran Bahasa
Matematika Bahasa
Jumlah Rata-rata
xliv
Indonesia Inggris
tiga mapel 1.
20042005 8,08
8,18 7,70
23,96 7,99
2. 20052006
8,47 8,40
8,13 25,00
8,33
Tabel 9 Prestasi Akademik: Peringkat rerata NUAN
Peringkat Tingkat
Kecamatan Rayon
Tingkat Kab Kota Tingkat Provinsi
N o
Tahun Pelajaran
Sek. Neger
i Sek.
Swaat a
Sek. Neger
i dan Swast
a Sek.
Neger i
Sek. Swast
a Sek.
Neger i dan
Swast a
Sek. Neger
i Sek.
Swast a
Sek. Neger
i dan Swast
a 1.
2004200 5
3 6
11 2.
2005200 6
3 13
13
Tabel 10 Akademik: Nilai Ujian Sekolah Us
Rata-rata Nilai US No
Mata Pelajaran Tahun 20042005
Tahun 20052006 1.
Pendidikan Agama 6,72
6,80 2.
Pendidikan Kewarganegaraan 6,74
6,52 3.
IPA 6,57
6,06 4.
IPS 6,68
6,30 5.
Penjaskes 7,64
6,57 6.
KTK 6,34
7,07 7.
PKK 7,02
7,32
xlv
8. Komputer
7,25 7,36
9. PLKI
7,15 6,72
Tabel 11 Angka Kelulusan Dan Melanjutkan
Jumlah Kelulusan dan Kelanjutan Studi No
Tahun Ajaran Jumlah
Peserta Ujian
Jumlah Lulus
Kelulusan Lulusan
yang Melanjutkan
Pendidikan Lulusan
yang TIDAK
Melanjutkan Pendidikan
1. 20042005
354 354
100 100
2. 20052006
356 356
100 100
Tabel 12 Perolehan KejuaraanPrestasi Akademik : Lomba-lomba
Tahun 20042005 Tahun 20052006
Tingkat Tingkat
No Nama Lomba
Juara ke:
Kab Kota
Propi nsi
Nasio nal
Juara ke:
Kab Kota
Propi nsi
Nasio nal
1 Lomba Sekolah Sehat
1 X
1 x
2 L. Sekolah Sehat
2 X
1 x
3 L. Sekolah Sehat
1 x
4 L. Baca Cerita UNJ
2 x
5 L. Pidato B. Inggris
1 x
xlvi
6 L. Mengarang
1 x
7 L. Pidato B. Inggris
3 x
8 Basket Putri
2 X
3 x
Tabel 13 Perolehan KejuaraanPrestasi Non Akademik
Tahun 20042005 Tahun 20052006
Tingkat Tingkat
No Nama Lomba
Juara ke:
Kab Kota
Propi nsi
Nasio nal
Juara ke:
Kab Kota
Propi nsi
Nasio nal
1. Lomba Keter Pramuka
3 x
1 x
2. Karate Pelajar DKI
3 x
3. Baca Puisi PMR
3 x
4. Lomba Tandu D. PMR
2 x
2 x
5. Lomba Band
2 x
6. Lomba Bongkar Pasang
3 x
7. Lomba Tandu Darurat
2 x
8. Karate Komite Putra
3 x
9. LCT PMR DKI
1 x
5. Sarana dan Prasarana
Tabel 14 Jumlah Bangunan Dan Fasilitas Belajar
Di atas luas tanah 5557 m2 dan luas bangunan ± 2500 m2
xlvii
NO JENIS FASILITAS
JUMLAH LUAS
KET
1 2
3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 Ruang Kelas
Ruang Tata Usaha Laboratorium
a. IPA
b. Bahasa
c. Komputer
Perpustakaan Ruang AulaSerbaguna
Ruang Kesenian Studio Musik
Ruang UKS Ruang Osis
Ruang KEPSEK Ruang Guru
Rumah Penjaga Sekolah Ruang BPBK
Toko Koperasi Kantin
Rumah IbadahMasjid Kamar MandiWC Guru
Kamar MandiWC Siswa Gudang
Dapur Pos Jaga
Rumah PompaMenara Air 16
1 1
3 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 3
7 1
1 1
5
63m2 6x4
8x9 8x9
8x9 8x14
12x9 12x8
9x8 6x8
4x6 6x8
15x8 6x6
6x6 6x8
8x12 10x11
3x2x3 2x3x7
3x3 3x3
2x1 -
3 Baik, 13 rusak ringan Rusak ringan
Rusak ringan Rusak ringan
Rusak ringan Baik
Rusak ringan Rusak ringan
Baik Baik
Baik Baik
Rusak ringan Baik
Baik Baik
Baik Baik
Baik Baik
Baik Baik
Baik Baik
B. Gambaran Objektif YKAI
1. Sejarah Berdirinya YKAI
xlviii Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia YKAI didirikan pada tanggal 17
Juli 1979 oleh Ny. Tien Soeharto, Ny. Nelly Adam Malik, Ny. Lasiyah Soetanto, Ny. Anindiati S. Murpratomo, dan Ny. dr. Lily I. Rilantono.
Menindaklanjuti peringatan 20 tahun Deklarasi Hak Hak Anak oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB. Para pendiri YKAI percaya bahwa
membangun masyarakat yang berkualitas hanya dapat dicapai melalui perwujudan kualitas awal manusia sejak anak-anak dengan memberikan hak-
haknya sehingga terpenuhi kebutuhan dasarnya secara fisik, mental maupun spiritual.
2.Visi Misi Visi
Mewujudkan anak Indonesia yang handal, berkualitas dan berwawasan ke depan menuju masyarakat yang sejahtera dan mandiri
” To build Indonesian children into strong, quality and forward-looking citzens toward a properous and independent Indonesian society ”
Misi
Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan anak Indonesia melalui upaya-upaya peningkatan kesadaran pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan potensi anak sesuai dengan hak-haknya serta penciptaan lingkungan yang memberi peluang, dukungan, kebebasan dan perlindungan
xlix untuk menunjang perkembangan rohani, jasmani, mental dam sosialnya.
To Improve the quality and welfare of Indonesian children through increased public awareness, knowledge and capacity to develop their potential in
accordance with their rights and the creation of an environment that provides opportunities, support, freedom and protection for the full spiritual, physical,
mental and social development of the Indonesian children.
3. Lintas Program YKAI
YKAI pada masa awal berdirinya bertindak sebagai salah satu kelompok pemikir Indonesia yang merumuskan pikiran-pikiran baru tentang pembinaan
dan pengembangan anak secara menyeluruh, dari sisi kesejahteraan sosial, maupun pengembangan potensinya secara utuh dalam aspek fisik, aspek
mental maupun aspek spiritual. Sebagai lembaga advokasi kebijakan nasional dan konsep-konsep program yang terkait, selain secara intensif melaksanakan
lobi dengan para pengambil keputusan, YKAI juga memasyarakatkannya melalui berbagai forum.
Mengingat masih perlu ditingkatkannya kesadaran masyarakat tentang pembinaan dan pengembangan anak, YKAI mengadakan berbagai upaya
peningkatan kesadaran maupun penyebarluasan berbagai informasi mengenai anak.
Selama dasawarsa kedua, YKAI mengintensifkan kegiatannya di bidang pengkajian, layanan informasi maupun pemberian berbagai jenis layanan
khusus bagi anggota masyarakat yang memerlukan.
l YKAI memprakarsai berdirinya tiga forum kerjasama, yaitu Forum
Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia FK-PPAI, 1984, International Forum for Children Welfare IFCW, 1989, dan Asia
Pacific Forum for Child Welfare APFCW, 1994, yang hingga saat ini sangat berperan di tingkat nasional, regional maupun internasional.
Sejak 1 Mei 2002 YKAI memperoleh Special Status dari ECOSOC.
4. Susunan Pengurus
Badan Pendiri: Tien Soeharto alm, Nelly Adam Malik, Lasiyah Soetanto alm, Anindiati S.
Murpratomo, dan dr. Lily I. Rilantono Badan Penasehat:
Anindiati S. Murpratomo, Karlinah U. Wirahadikusumah, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Koordinator Bidang
Politik dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri
Badan Penyantun: Adrianto Machribie, Eva Riyanti Hutapea, Gunarni Soeworo, I Made Bandem,
Kartini Mulyadi, Lily Kasoem, Makaminan Makagiansar, Martha Tilaar, Nanan Robby Djohan, Sri Urip, Sasongko Soedarjo, Weinata Sairin
li Badan Pengurus:
Ketua Umum : dr. Lily I. Rilantono
Ketua I : Wisaksono Noeradi
Ketua II : Shanti L. Poespososoetjipto
Ketua III : Wagiono Soenarto
Sekertaris I : Sasanti Kosasih
Sekertaris II : Palupi Widjajanti
Bendahara I : Sumandari S. Hardjohubojo alm
Bendahara II : Nani Koespriani
Ketua-ketua Bidang a
Penelitian dan Pengembangan : Irwanto b
Komunikasi : Pandji Choesin c
Usaha dan Penggalangan Dana : Felia Salim d
Program dan Organisasi : Damanhuri Roesadi
5. Program YKAI a. Advokasi Kebijakan
YKAI bersama-sama dengan Forum Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia FK-PPAI mengupayakan adanya
kebijakan nasional menyangkut pembinaan dan pengembangan anak Indonesia, antara lain pencanangan Dekade Anak, pencantuman Sektor
lii Anak dan Remaja dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN
serta perumusan Astra Citra Anak Indonesia sebagai sasaran umum pembangunan anak dan remaja dalam Repelita IV.
b. Promotif - Preventif
Sejak tahun 1988, YKAI bekerjasama dengan PT Indofood Sukses makmur dan Departemen Kesehatan RI menyelenggara Lomba Balita
Sejahtera Indonesia LBSI sejak 2001 berubah nama Lomba Balita IndonesiaLBI untuk meningkatkan kesadaran dan kemandirian
masyarakat dalam upaya pembinaan kesehatan dan kesejahteraan balita. Peserta LBSILBI yang diselenggarakan secara nasional ini meningkat
dari tahun ke tahun.
c. Kajian Anak dan Remaja
YKAI melakukan berbagai kajian tentang masalah anak, antara lain pekerja anak, anak jalanan, anak dan televisi, dan penganiayaan anak.
Hasil-hasil kajian
dikomunikasikan ke
semua pihak
yang berkepentingan, terutama untuk bahan advokasi berbagai kebijakan.
d. Proyek Uji-Coba
Proyek Uji-Coba yang telah dilaksanakan oleh YKAI antara lain adalah Rumah Singgah Anak Jalanan RSAJ. RSAJ bersifat drop-in
centre yang menjadi perantara anak dengan keluarganya, untuk
liii mempermudah anak jalanan melepaskan diri dari kehidupan jalanan,
untuk kembali kepada keluarga asli, keluarga pengganti, ataupun alih kerja serta memiliki kembali nilai-nilai kehidupan masyarakat yang baik.
Diupayakan pula agar hak-haknya terpenuhi, sehat fisiknya, dapat bersekolah, beriman, dan taqwa
e. Layanan Informasi
Data Informasi Anak DIA merupakan pusat referensi ilmiah dalam bidang pembinaan dan pengembangan anak dan memberikan
layanan informasi kepada masyarakat melalui Perpustakaan DIA dengan koleksi literatur sekitar 10.000 judul dan Bank Data yang menyediakan
berbagai macam data dan informasi terkait dengan permasalahan anak. Layanan informasi juga dilakukan melalui Hotline Masalah Anak dan
Buletin Informasi Tentang Anak BITA.
f. Pelatihan
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pembinaan dan pengembangan anak Indonesia, YKAI melakukan
berbagai pelatihan untuk orangtua, guru, maupun untuk anak-anak antara lain Kursus Penyegar Ibu dan Balita diikuti peserta dari 27 provinsi,
1982, Pelatihan bagi para pendamping Anak Jalanan 1995, serta Penyuluhan Penyakit Menular Seksual dan HIVAIDS bagi lebih dari
1000 anak jalanan di Jakarta, 1997.
liv
g. Layanan Langsung
Program layanan langsung yang dilaksanakan oleh YKAI antara lain beasiswa, Perpustakaan Keliling, Perpustakaan Sekolah, dan
Pemberian Makanan Tambahan PMT bagi balita. Program Beasiswa YKAI dimaksudkan untuk membantu anak-anak yang berasal dari
keluarga miskin untuk dapat bersekolah atau kembali ke sekolah. Hingga tahun 2003 tercatat 30.000 siswa telah dibantu menyelesaikan
pendidikannya pada tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyandang dana beasiswa yang telah disalurkan adalah Indomie, Chiki, Kualiva,
Hongkong Bank, Kawedri, Indo-Ad, Visa International, TOTAL, McDonald, dan individu-individu donatur.
Program perpustakaan keliling dimaksudkan untuk meningkatkan minat baca anak-anak terutama mereka yang berasal dari daerah-daerah
tertinggal. Didukung oleh 5 unit mobil perpustakaan keliling, kegiatan ini menjangkau lebih dari 15.000 murid SD. Mobil-mobil perpustakaan
keliling tersebut beroperasi di daerah-daerah tertinggal di Jakarta. Peran serta berbagai pihak sangat membantu suksesnya kegiatan ini antara lain
dari PT Indofood Sukses Makmur, Bursa Efek Jakarta, BKKKS DKI Jakarta, Du-Pont, Hongkong Bank, Danond, dan McDonald.
h. Depot Anak sebagai Wadah jaring Pengaman Sosial
lv Sebagai program jaring pengaman sosial, Depot Anak bertujuan
menyediakan wadah untuk menampung peran serta masyarakat dalam upaya membangun kesejahteraan anak Indonesia. Sumbangan berasal
dari masyarakat ataupun perusahaan-perusahaan swasta, antara lain dalam bentuk beasiswa, pengobatan, pembangunan sarana sekolah, dan
penyuluhan kesehatan. Sejak tahun 2002, Depot Anak melaksanakan kegiatan Anak Cinta
Damai. Kegiatan ini mengajak anak-anak korban konflik untuk berdamai. Kegiatan telah dilaksanakan di Bogor, Ambon, dan Ternate.
i. Perluasan Jaringan Kerjasama
YKAI secara aktif mengikuti dan menyelenggarakan berbagai forum tentang anak berskala nasional maupun internasional.
j. Pengembangan Kreativitas Anak Indonesia
Kegiatan pengembangan kreativitas anak Indonesia antara lain dilaksanakan melalui pembuatan berbagai jenis kartu ucapan selamat
Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru yang menyajikan lukisan karya anak- anak Indonesia Hingga 2003 sekitar 250 lukisan karya anak Indonesia
telah digunakan untuk kartu-kartu YKAI.
6. KaryawanStaff
lvi Direktur Eksekutif
Executive Director : Winarti Sukaesih
Divisi Program Program Division
: Yuyun Sri Heryani
Bantuan Pendidikan Beasiswa
Scholarship : Wiwin Winarni, Siti Rohaya, Sutarto
Perpustakaan Keliling Mobile Library
: Endang Pudjiwati, Sunardi, Yosar
Pelayanan Masalah Anak dan Remaja
Hotline Service for Child and Youth
: K.S. Susane Siregar, Munifah, Herdiyani, Woro Dwi Martanti, Tiara Astari,
Ninik Tri Harjanti, Dhira
Perlindungan Khusus Anak
CNSP Child Need Special Protection
: Anto Ikayadi, Nurlaila
Depot Anak Child Center
: Diani Puspitaningrum
Divisi Data Informasi Anak
Child Information Division
: Setiadi Agus Anggrahito, Hamid Patilima, Muhammad
Bagian Keuangan Finance Department
: Dessy Nursanti, T. Soehono, Rohayati
Sekretariat Secretariat
: Wikan Mardi Astuti, Mahir, Asnawi, Sardjino, Djamaludin
lvii
C. Program Per Group SMPN 139 Jakarta
Adapun program atau kegiatan yang dilakukan oleh Peer Group SMPN 139 Jakarta antara lain adalah :
48
a. Penyuluhan Narkoba bagi siswa kelas VII SMPN 139 Jakarta, kegiatan ini
dilakukan secara rutin ketika tahun ajaran baru yaitu pada saat Masa Orientasi Sekolah MOS yang bertempat di lapangan SMP Negeri 139
Jakarta. Penyuluhan ini dilakukan dengan tujuan agar para re-generasi
mendapatkan informsi-informasi tentang bahaya NAPZA bagi kesehatan mereka baik kesehatan fisik maupun psikisnya. Selain itu para re-generasi
tidak hanya mendapatkan informasi bahayanya saja tetapi juga mendapatkan informasi tentang cara pencegahannya. Selain tujuan di atas kegiatan ini
juga bertujuan agar kegiatan peer group tetap diminati oleh generasi berikutnya.
b. Ikut berpartisipasi dalam memperingati Hari Anak Nasional HAN,
kegiatan ini juga dilakukan secara rutin pada setiap tahunnya, yang bertempat di Bundaran HI dan Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para anggota peer group dapat mengkampanyekan pengetahuannya tentang bahaya NAPZA dan ikut
berpartisipasi pada kegiatan peringatan Hari Anak Nasional. c.
Perlombaan cerpen yang bertemakan tentang “drugs”, kegiatan ini dilaksanakan di SMPN 139 Jakarta.
48
Hasil laporan pertanggungjawaban Peer Group SMPN 139. Jakarta : Juli, 2006
lviii Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kreativitas, menggali
potensi, minat dan bakat anak dalam karya tulis, selain itu juga melatih keterampilan anak untuk menyampaikan pesan-peasan moral tentang bahaya
NAPZA bagi kehidupan ke dalam sebuah tulisan. d.
Pendidikan dan Pelatihan Penyiar Radio, kegiatan ini dilakukan di ruang lab. Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta dengan narasumber dari penyiar radio,
Liza Harun. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para siswai dapat mengikuti
pelatihan menjadi penyair radio, khususnya anggota peer group agar dapat menyampaikan pesan-pesan moral seputar bahaya NAPZA dan cara
pencegahannya melalui media. e.
Kunjungan ke PKBI, Peer Group diminta menjadi sample dalam penelitian tentang deskripsi anak terhadap gambar kesehatan reproduksi remaja,
kegiatan ini dilakukan di Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, Centra Mitra Muda, Jl. Pisangan Baru Timur Jakarta.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar para remaja dapat mengetahui lebih baik tentang alat-alat reproduksi dalam tubuh mereka dan
mengetahui fungsinya, selain itu juga agar para remaja dapat menjaga kesehatan reproduksinya dengan baik sejak dini.
f. Klinik Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKPR, Pojok Remaja
JOKJA Square. Kegiatan ini dilakukan di ruang Bimbingan Konseling SMPN 139 Jakarta,
lix dengan tujuan kelompok teman sebaya dapat berbagi informasi seputar
dunia remaja khususnya tentang alat reproduksi wanita dan melatih kegiatan konseling pada siswai.
g. Melakukan upacara dalam rangka memperingati Hari Madat Internasional.
Kegiatan ini dilakukan di lapangan MONAS dengan tujuan untuk mengkampanyekan tentang bahaya NAPZA bagi kehidupan kita, hal ini
merupakan salah satu bentuk kepedulian remaja terhadap kesehatan jiwa dan raganya.
h. Lomba KKR TPUKA Jakarta Timur, Peer Group berhasil juara III pada
lomba PKPR konseling Teman Sebaya, kegiatan ini dilakukan di PMI Cabang Jakarta Timur.
i. Regenerasi Peer Group, pembentukan dan pemilihan ketua kelompok Peer
Group yang baru, dilakukan di ruangan lab. Bahasa Inggris SMPN 139 Jakarta.
j. Penyuluhan Narkoba untuk guru, dilaksanakan di ruang lab. Bahasa Inggris
SMPN 139 Jakarta. Dari hasil laporan peer group SMPN 139 Jakarta yang telah ditulis,
seluruh kegiatan yang tertera di atas telah terlaksana dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari hasil kerja keras para pengurus, anggota dan pekerja
lapangan yang bertugas sebagai pembimbing dan sekaligus memonitoring seluruh program. Adapun fungsi monitoring disini adalah untuk memonitor
atau mengawasi berjalan atau tidaknya kegiatan peer group di SMPN 139 Jakarta selama menjadi PILLOT PROJEC.
lx
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
IMPLEMENTASI PROGRAM PEER GROUP YKAI DALAM MEMINIMALISIR PENYALAHGUNAAN NAPZA DI LINGKUNGAN
SEKOLAH SMPN 139 JAKARTA
A. Koordinasi Program Peer Group