Program Peer Group Program Peer Group

xviii perdagangan narkoba di sekolah” memberikan pengertian bahwa Peer Group adalah kelompok teman sebaya dimana kelompok teman sebaya tersebut yang dibentuk oleh sekolah dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang bahaya NAPZA dan pencegahannya bagi teman- teman mereka. 14 b. Menurut WFConnell 1972 kelompok teman sebaya peer frienship group adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anak-anak umur sekolah sampai dengan masa remaja adolesence. 15 c. Peer Group kelompok teman sebaya yaitu suatu kelompok dimana di dalamnya terdapat komunitas yang memiliki umur yang sama sepantaran dan melakukan suatu kegiatan bersama yang memilki manfaat bagi setiap individu. 16 d. Peer Group kelompok teman sebaya adalah orang-orang seumurmu dan kelompok sosialnya, seperti teman sekolah, teman sekerja atau tetangga. 17

2. Program Peer Group

Dalam pelaksanaan program peer group di sekolah para siswai dibantu dengan guru pembimbing, YKAI sebagai lembaga yang menjadi motor 14 YKAI, Prosedur Penanganan dan Pencegahan Perdagangan Narkoba di Sekolah, Jakarta : 2006, h. 15 15 Peran Guru Dalam Pendidikan http:bkt_bg_isi.gif,.htm 16 Tekanan Teman Sebaya http:situs.kesrepro.infokrragu2002utama02.htm 17 Tekanan Teman Sebaya http:situs.kesrepro.infokrragu2002utama02.htm xix penggerak kegiatan peer group di sekolah telah memberikan rancangan program secara komprehensip sehingga memudahkan guru pembimbing dan siswai pengurus peer group. Adapun program Peer Group SMPN 139 adalah antara lain : a Melakukan SIDAK, yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas pada setiap bulannya dengan waktu dan hari yang telah disepakati oleh para guru tanpa diketahui oleh para siswai. Hal ini bertujuan agar siswai tidak mudah mengelak ketika ditemukan barang terlarang di dalam tas-nya. b Melakukan tes urine pada setiap siswa yang diduga menggunakan NAPZA, hal ini dilakukan berdasarkan penelitian guru terhadap siswa, terlihat dari perubahan fisik anak dan tingkah laku anak yang berubah. Contoh perubahan fisik anak antara lain seperti : “ sering ngantuk di kelas, badan yang semakin kurus, loyo tidak ada gairah hidup ”, dan perubahan tingkah laku antara lain ; “ suka membuat onar di lingkungan sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, merosotnya nilai ulangan dan nilai raport. Kegiatan ini dilakukan atas kerja sama SMPN 139 Jakarta dengan BNN Badan Narkotika Nasional. c Melakukan konseling pada siswa yang terlibat dalam kasus penyalahgunaan NAPZA di lingkungan sekolah. Dengan melibatkan guru BP, siswai dan orang tua, hal ini dilakukan agar guru dan orang xx tua dapat menemukan solusi agar siswa tersebut tidak berlarut-larut terperangkap dalam dunia hitam yang dapat merusak masa depannya. Dari hasil keterangan program Peer Group di atas telah melakukan beberapa tahap intervensi, dalam ilmu kesejahteraan sosial dikenal dua bentuk intervensi sosial, menurut Rothman, Trophman dan Erlich intervensi tersebut yaitu: 18 a. Intervensi mikro merupakan intervensi yang digunakan dalam lingkup kecil dan memusatkan pada dua metode yaitu bimbingan sosial perseorangan sosial casework dan bimbingan sosial kelompok social group working. b. Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok dan keluarga, yaitu organisasi, komunitas baik di tingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat. Intervensi makro mencakup: ‘pengembangan masyarakat lokal’ lokality development, ‘perencanaan sosial’ social planning, ‘kebijakan sosial’ social policy, dan ‘administrasi dan manajemen’ administration and management. Menurut The Gulbenkian Foundation 1970 : 3-34, intervensi makro dapat diidentifikasikan pada tiga tingkatan yang menggambarkan cakupan komunitas yang berbeda dimana intervensi makro dapat diterapkan melalui: 19 a. Grass root ataupun neighbourhood work agen perubahan melakukan intervensi tehadap individu, keluarga dan kelompok masyarakat yang berada di daerah tersebut. Misalnya saja dalam suatu kelurahan ataupun rukun tetangga; b. Lokal agency dan inter-lokal agency work agen perubahan melakukan intervensi terhadap organisasi ‘payung’ di tingkat lokal, provinsi ataupun tingkat yang lebih luas, bersama jajaran 18 Isbandi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 57- 58 19 Ibid., h.60-61 xxi pemerintahan yang terkait serta organisasi non pemerintah yang berminat terhadap hal tersebut; c. Regional dan national community planning work misalnya saja, agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terkait dengan pembangunan ekonomi, ataupun isu mengenai perencanaan lingkungan yang mempunyai cakupan lebih luas dari bahasan ditingkat lokal. Dalam merancang sebuah program ada beberapa tahapan yang harus dilalui, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 20 a. Tahap persiapan engagement Pada tahap persiapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan yaitu : pertama, penyiapan petugas yaitu tenaga lapangan yang dilakukan oleh community worker, dan kedua, penyiapan lapangan merupakan masyarakat yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara no- ndirective. b. Tahapan pengkajian assesment Proses assesment dapat dilakukan secara individual melalui siswai key person, tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok dalam lingkungan sekolah. Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan felt needs dan juga sumber daya yang dimiliki klien c. Tahapan perencanaan alternatif program atau kegiatan designing Pada tahap ini petugas sebagai agent perubah change agent secara partisipatif mencoba melibatkan siswai untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. 20 Isbandi, Pemikiran-pemikiran dalam pembangunan Kesejahteraan, h. 181 xxii Dalam konteks ini siswai diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan d. Tahapan pemformulasian rencana aksi designing Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok untuk memformulasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal terhadap pihak penyandang dana. e. Tahapan pelaksanaan program atau kegiatan implementation Dalam upaya melaksanakan program peer group, peran siswai sebagai anggota diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan anggota Peer Group merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang sudah dilaksanakan dengan baik melenceng saat di lapangan. f. Tahapan evaluasi Evaluasi sebagai proses pengawasan dari anggota dan petugas lapangan Peer Group terhadap siswa yang terlibat dalam penyalah gunaan NAPZA. Dengan keterlibatan anggota tersebut diharapkan dalam jangka pendek dapat memberikan arahan dan bimbingan agar siswai tidak terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA dan untuk jangka panjang dapat menjadi benteng bagi setiap diri siswai dari penyalahgunaan NAPZA. g. Tahap terminasi disengagement xxiii Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan pillot project. Dalam tahap ini petugas diharapkan tidak meninggalkan klien mereka dengan tiba-tiba walaupun proyek telah berakhir. Petugas harus tetap melakukan pemantauan dan koordinasi meskipun tidak secara rutin, kemudian secara perlahan mengurangi koordinasi atau pemantauan dengan klien sehingga klien memiliki kemandirian dalam melaksanakan program yang telah dijalankan.

B. Penyalahgunaan NAPZA