Pengertian NAPZA Penyalahgunaan NAPZA

xxiii Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan pillot project. Dalam tahap ini petugas diharapkan tidak meninggalkan klien mereka dengan tiba-tiba walaupun proyek telah berakhir. Petugas harus tetap melakukan pemantauan dan koordinasi meskipun tidak secara rutin, kemudian secara perlahan mengurangi koordinasi atau pemantauan dengan klien sehingga klien memiliki kemandirian dalam melaksanakan program yang telah dijalankan.

B. Penyalahgunaan NAPZA

1. Pengertian NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA bukan hanya terjadi di Indonesia namun telah menjadi “wabah” berbahaya pada negara-negara berkembang di dunia dan menggelembung menjadi wabah internasional.. Dengan demikian usaha untuk meminimalisir penyalahgunaan NAPZA dan upaya untuk melakukan rehabilitasi terhadap masyarakat yang telah ketergantungan NAPZA adalah satu keniscayaan mengingat banyak korban berasal dari kalangan remaja yang merupakan cikal bakal pemimpin di masa depan. Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh tentang NAPZA, penulis akan mengawalinya dengan menjelaskan pengertian NAPZA secara komprehensif, sekaligus problematikanya. xxiv Jika ditelaah dari berbagai sumber akan kita jumpai pengertian-pengertian NAPZA secara berbeda, hal ini tergantung dari jenis sumbernya dan dari sudut pandang mana istilah tersebut didefinisikan. Kata narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu “ narcotics ” yang berarti obat yang menidurkan atau obat bius. 21 Dalam pengertian lain narkotika mempunyai arti obat yang berfungsi menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk atau rangsangan opium, ganja dan sebagainya . 22 Narkotika atau yang sering diartikan drugs juga diartikan sebagai zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu, bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkan ke dalam tubuh, pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dengan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dalam dunia medis yang bertujuan untuk dimanfaatkan dalam dunia pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dibidang pembedahan, penghilangan rasa sakit dan lain-lainnya. 23 Sementara organisasi kesehatan dunia WHO telah memberikan batasan tentang drugs narkotika yaitu, “setiap zat yang jika masuk dalam 21 S. Warjowarsito. Tito W, Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia- Inggris. Bandung, 1980, h. 122 22 Kamus besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Depdikbud, 1998, h. 90 23 Soedjono Dirdjosisworo. SH, Hukum Narkotika Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990, h. 3 xxv organisme hidup akan mengadakan perubahan pada suatu atau lebih fungsi-fungsi organisme tersebut ”. 24 Sedangkan UU No. 22 tahun 1997 memberikan pengertian tentang narkotika, yaitu : Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan. Golongan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu : Golongan I Golongan pertama dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang untuk kepentingan selainnya pasal 5. Dalam pengawasan yang ketat dari Menteri Kesehatan pasal 9. Contohnya yaitu : 1. Tanaman Papaver Somniferum L. 2. Opium. 3. Tanaman Koka, Daun Koka, Kokain Mentah, Kokain. 4. Heroin, Morphine. 5. Ganja. 25 Golongan II Golongan kedua adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi digunakan sebagai pilihan terakhir 24 Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS dan NAZA, Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasha, 1996, h. 100 25 Syahrudin Darwis, Musyaruddin, Mari Bersatu Berantas Bahaya Penyalahgunaan NARKOBA NAZA, BP, Dharma Bhakti : Jakarta, 1999, h. 3 xxvi dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya yaitu : 1. Alfasetilmetadol. 2. Benzetidin. 3. Betametadol. 26 Golongan III Golongan ketiga adalah golongan yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, adapun macam- macamnya adalah : 1. Asetilidihidrokodein 2. Dokstroprosifem 3. Dihidrokodeina. 27 Alkohol Sebagaimana narkoba, alkohol bagi banyak orang di Indonesia bukan barang yang asing lagi. Alkohol sering disebut minimum keras. Jika digambarkan alkohol adalah sebagai berikut. Nama kimia alkohol yang terdapat dalam minuman beralkoholialah etil alkohol atau etanol, yang sering juga disebut sebagai grain alkohol sebagai lawan dari wood alkohol yang sangat toksik dan kimianya adalah metil alkohol atau metanol. Etil alkohol adalah cairan jernih, tidak berwarna, dan rasanya pahit. Jadi yang dimaksud alkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol. Alkohol dapat diperoleh melalui proses fregmentasi peragian oleh mikroorganisme sel ragi, dari gula, sari buah, biji-bijian, madu, umbi-umbian 26 Ibid, h. 3 27 Ibid, h. 3 xxvii dan getah kaktus tertentu. Melalui proses fregmentasi hanya dapat diperoleh minuman beralkohol yang kadarnya tidak lebih dari 14 , sebab sel ragi akan mati bila kadarnya lebih tinggi. Kebanyakan bir berkadar alkohol 3-5 , anggur berkadar 10-14 , sherry, port, dan mus katel berkadar 20 . Sedangkan wiski, rum, gim, vodka dan brendy kadarnya 40-50 . 28 Dalam penggolongannya alkohol dibagi dalam tiga golongan yaitu : 1. Golongan A berkadar alkohol 01 - 05 2. Golongan B berkadar alkohol 05 - 20 3. Golongan C berkadar alkohol 20- 50 29 Psikotropika Psikotropika sebagaimana narkotika juga dijelaskan pada UU No 5 tahun 1997 adalah: Zat atau obat, baik yang alamiah maupun yang sintesa bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Adapun macam-macamnya dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok seperti yang dijelaskan pada UU No 51997 sebagai berikut: Golongan I Golongan pertama yaitu psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun contohnya yaitu: 1. MDMA yang dikenal dengan nama Ectasy 28 Satya Joewana, Gangguan Penggunaan Zat, Jakarta : PT Gramedia, 1989, h. 34 29 Syahruddin Darwis, op.cit, h.4 xxviii 2. N-etil MDA juga terdapat dalam kandunganEctasy 3. MMDA juga terdapat dalam kandungan Ektasy. 30 Golongan II Psikotropika golongan kedua adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan trapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun jenisnya yaitu: 1. Amfetamina dikenal dengan nama shabu-shabu 2. Buprenorfina 3. Butalbital. 31 Golongan III Psikotropika golongan III adalah yang berkhasiat untuk pengobatab dan banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun contoh jenis-jenisnya yaitu: 1. Amobarbital 2. Buprenorfena 3. Butalbital 32 Golongan IV Psikotropika golongan keempat ini adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalan terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Adapun jenis-jenisnya adalah: 1. Diazepam yang dikenal dengtan nama Nipam, BK, Megadon 2. Nitrazepam 30 Ibid, h. 3 31 Ibid, h. 4 32 Ibid, h. 4 xxix 3. Nordazepam. 33 Zat Adiktif Dalam bahasa yang sederhana zat aiktif adalah zat yang dapat menimbulkan ketagihan, kecanduan atau ketergantungan. Dalam turunan jenisnya yang dijelaskan oleh Dadang Hawari, zat adiktif ini terdiri dari yaitu : a Sedativa dan hipnotika Ada beberapa golongan yang dimasukkan dalam kelompok sedativa hipnotika, yaitu barbiturat, zat yang mirip barbiturat, benzodiadepin, karbamat, klonalhidrat dan paraldelhida. Zat-zat tersebut di atas berbeda kerja parmotologinya, onset, maupun lama kerjanya, tetapi diantara mereka terdapat toleransi dan ketergantungan silang. Juga terdapat toleransi dan ketergantungan silang dengan alkohol. b Amatamin Amfetamin adalah stimulasi susunan syaraf seprti kokain, kafein, nikotin dan katir. c Halusinogen Pada tahun 1954, A Hoffer dan A Osmond memperkenalkan istilah halusinogen untuk memberi nama kepada zat-zat tertentu yang dalam jumlah sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran dan perasaan seseorang serta manimbulkan halusinasi, sebagian zattersebut merupakan senyawa sintenik. d Fensiklisida Fensiklisida adalah suatu senyawa yang larut baik dalam air maupun dalam alkohol. Zzat ini pada tahun 1963 dipasarkan sebagai anestika dengan nama sernyl. Tetapi kerena efek sampingnya, pada tahun 1965 ditarik dari pasaran, pada tahun 1967, muncul lagi dipasaran dengan nama serylan untuk keperluan anestesia hewan. Dipasaran gelap zat ini sering dicampuri ganja. e Inhilasia dan Solven Yang digolongkan Inhilasia dan solven ialah gas dan zat pelarut yang mudah menguap berupa senyawa organik. Gas atau zat tersebut dimasukkan dalam plastik lalu dihirup. Inhilasia dan solven terdapat pada berbagai barang-barang keperluan rumah tangga, kantor, dan pelumas mesin. Intoksikasi akut dengan zat ini bisa berakibat fatal, sedangkan pada pemakain pelumas kronis dapat merusak berbagai organ tubuh, misalnya otak, ginjal, paru-paru, jantung, dan sum-sum tulang. f Nikotin 33 Ibid, h.4 xxx Nikotin terdapat pada tanaman tembakau. Kadar nikotin dalam nikotin berkisar 1-4 dalam satu batang rokok terdapat sekitar 1,1 mg nikotin. Rokok tembakau selain mengandung nikoti juga mengandung bahan- bahan lain yaitu zat-zat organik lain dan tambahan additive g Kafein Kafein atau 1, 3, 7 trimetilsantin adalah alkaloid yang terdapat dalam tanaman kopi arabika, kopi robusta dan idopiliberica. Biji kering kopi jenis ini mengandung 1-1,5 kafein dan 2-2,3 kafein. Daun teh selain mengandung teobromin juga mengandung kafein. Kafein ini juga terdapat dalam minuman kola dan berbagai obat bebas. 34 Zat tersebut apabila digunakan tidak berdasarkan aturan yang ditetapkan dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan, bila sudah demikian maka akan berakibat fatal bagi si pemakai, salah satunya yaitu dapat merusak organ tubuh. Tidak seluruh zat atau obat menimbulkan adiksi dan defendensi pada pemakaiannya. Zat atau bahan obat yang dapat adiksi atau defedensi, adalah zat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a Keinginan yang tak tertahankan an over powering desire b Kecenderungan untuk menambah takaran dosis sesuai dengan toleransi tubuh c Ketergantunagn psikis psychological depedence, apabila pemakaian zat di hentikan akan menimbulkan kecemasan, kegelisahan, depresi, dan lain- lain gejala psikis. d ketergantungan fisik physical depedence, apabila pemakaian zat ini dihentikan, akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus NAPZA wtihdrawl syntomp. 35

2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA