Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum Islam adalah keadilan, kepedulian, kasih sayang dan kesetaraan. Tidak hanya kesamaan di depan hukum, tetapi hukum Islam memberikan hak yang setara kepada setiap orang berdasarkan norma hidup yang berlaku di masyarakat. Dari kutipan rifqy yatunnisa dalam pernyataan Ibn Qayyim al- Jawziyyah, yaitu “Asas dan pijakan syari‟at Islam adalah hikmah dan kemaslahatan, kebaikan, kehidupan duniawi dan ukhrawi umat manusia; semuanya bercitrakan keadilan, kemaslahatan dan hikmah kehidupan masyarakat; dan syari‟at Islam sebaliknya yang menentang segala bentuk kerusakan, kedzoliman dan kesia-siaan .” 1 Sepertimana diketahui Islam sangat menitik beratkan mengenai lima Hak Asasi dasar manusia yaitu agama, nyawa, akal, martabat dan harta. Islam memerintahkan umatnya untuk menikah dan melahirkan anak bukan melakukan perbuatan zina, dan juga menganjurkan untuk tidak hidup sendiri. Secara fitrah, menikah akan memberikan ketenangan bagi setiap manusia, asalkan pernikahannya dilakukan sesuai dengan aturan Allah SWT. Hampir setiap mukmin mempunyai harapan yang sama tentang keluarganya, yaitu ingin bahagia; sakinah, 1 Rifqy Yatunnisa, Praktek Itsbat Nikah Pernikahan Sirri, 2010, h. 1. mawaddah, warahmah. 2 Namun, sebagian orang menganggap bahwa menciptakan keluarga yang sesuai dengan tujuan pernikahan adalah suatu hal yang tidak gampang. 3 Zina bahasa Arab: , kata dasar masdar daripada zana-yazni adalah perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan pernikahan, 4 atau hubungan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang belum atau tidak ada ikatan nikah, yang ada ikatan nikah yakni seperti nikah tanpa wali, nikah mut‟ah, dan hubungan beberapa laki-laki terhadap hamba perempuan yang dimiliki secara bersama atau ikatan pemilikan tuan atas hamba sahaja. Zina termasuk salah satu daripada tujuh dosa besar yang diancam hukuman hadd hukuman yang ditentukan macam dan jenisnya oleh syarak dan merupa akan hak Allah Swt. 5 Sebagaimana firman Allah tidak akan menjadikan manusia itu seperti makluk lainnya, yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan hubungan antara laki-laki dengan perempuan secara anarkis. Tetapi untuk menjaga kehormatan dan martabatnya, sehingga hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat berdasarkan atas saling ridho-meridhoi. Di dalam kehidupan masyarakat banyak orang yang tidak kenal dengan dosa, banyak perzinaan terjadi dimana-mana baik di kota maupun di desa karena pergaulan bebas dan tidak ada bimbingan orang tua kepada anak, 2 Ibid, h. 2. 3 Afif Waldy, Wanita-Wanita yang Dilarang Dinikahi dalam Prespektif al-Quran dan Adat di Minangkabau, 2010, h. 1. 4 http:id.wikipedia.orgwikiZina 5 Ensiklopedia Islam, Kuala Lumpur: Komplek Dawama, Cet. 1, 2004. terutama pada kaum remaja yang harapannya masih panjang namun masa remaja digunakan untuk bermaksiat sehingga banyak free sex sex bebas terjadi di kalangan remaja, padahal itu termasuk perbuatan perzinaan yang dilarang oleh Allah dan termasuk dosa besar. Bahkan wanita hamil di luar pernikahan mereka anggap itu peerbuatan yang biasa karena dilakukan suka sama suka, akan tetapi itu menentukan keabsahan seorang anak yang dikandungnya. Untuk menjaga keluarga bahkan masyarakat agar tetap utuh dan damai, salah satu larangan dalam Islam adalah larangan berbuat zina, Islam melarang zina dengan hukuman bagi pelanggarnya, karena zina dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan manusia, baik secara individu maupun masyarakat. Sebagaimana Allah SWT dengan tegas melarang zina dengan firman-Nya:           Artinya: “Dan janganlah kamu menghampiri zina, Sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan Yang keji dan satu jalan Yang jahat yang membawa kerosakan. ء ا : 32 Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina muhshan dan ghairu muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah memiliki pasangan sah menikah. Sedangkan pezina ghairu muhshan adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah. Di bawah hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama Islam, hubungan seksual oleh laki-laki atau perempuan yang telah menikah dengan laki-laki atau perempuan yang bukan suami atau istri sahnya, termasuk perzinaan. Hukum menurut agama Islam untuk para penzina adalah jika pelakunya muhshan, mukallaf sudah baligh dan berakal, suka rela tidak dipaksa, tidak diperkosa, maka dirajam sampai dengan batu sehingga mati. Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera dicambuk 100 kali, dan buang daerah atau diasingkan selama setahun. 6 Jika seorang hamba, laki-laki atau wanita berzina dan mereka telah disabitkan melakukan jenayah tersebut mereka akan dihukum. Hukuman zina bagi hamba wanita dan laki-laki separuh yaitu 50 kali cambuk dan dibuang negeri selama setengah tahun, tidak dikira sama ada mereka muhshan atau ghairu muhshan. Kedudukan hamba laki-laki boleh disamakan dengan hamba wanita karena mereka mempunyai status yang sama yaitu hamba. 7 Penulis mengkaji kitab ini adalah kitab al- Majmu‟ karya An-Nawawi merupakan referensi fikih terbesar yang penuh dengan pendapat-pendapat fikih keempat imam madzhab dan lain-lainnya, sekalipun fokus pembahasannya di tingkat pertama madzhab Asy-Syafii secara khusus dan fikih Islam, kitab al-Majmu juga merupakan khazanah terbesar bidang fikih Islam yang isinya menjelaskan konsep- konsep dasar dari hukum Islam yang membuat para ulama setelahnya kagum. Kitab Al-Majmu berbeda dari kitab-kitab fikih induk lainnya, dimana cakupan isinya memuat seluruh pendapat-pendapat madzhab berikut dalil-dalilnya disamping menyebutkan pentarjihan diantara pendapat-pendapat ini. 8 6 http:id.wikipedia.orgwikiZina. 7 Mustafa Al-Khin, Mustafa Al-Bugho, dkk, Kitab Fikah Mazhab Syafie, Kuala Lumpur: Prospecta Printers, h. 1978. 8 Imam An Nawawi, Al Majmu Syarah Al Muhadzdzab, Kuala Lumpur: Pustaka Azzam, jilid 1. Secara umum untuk mengetahui secara mendalam berkaitan dengan penggunaan ijmā‟ dalam kitab al-majmū‟ yang tertumpu dalam bab jināyah khususnya dalam bab zina. Secara umumnya, seperti yang diketahui ijmā‟ merupakan salah satu sumber undang-undang Islam yang tergolong di dalam sumber yang tidak bertentangan. Ijma‟ adalah sumber yang ketiga selepas al-Quran dan as-Sunnah. Oleh yang demikian, ijmā‟ diistilahkan sebagai salah satu kaedah hukum yang digunakan untuk menetapkan sesuatu hukum yang boleh disepakati jika berlaku perselisihan dan hukum tersebut tidak terdapat dalam al-Quran atau as-Sunnah. 9 Berdasarkan latar belakang dan uraian-uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang jinayah khususnya jarimah zina dalam sebuah skripsi dengan judul: “ IJMA’ DI BIDANG HUKUM PIDANA ISLAM KAJIAN TINDAK PIDANA ZINA DALAM KITAB Al- MAJMU’”

B. Pembatasan dan Perumusan masalah