Hukuman zina bagi orang yang telah bernikah

kali pendapat ini dipegang oleh mazhab Hanafi, Maliki Hanbali. Menurut pendapat Syafi‟i empat puluh kali cambuk. 50

BAB IV IJMA’ DALAM MENURUT KITAB MAJMU’ HAD ZINA

A. Hukuman zina bagi orang yang telah bernikah

Membincangkan tentang hukuman zina bagi orang yang muhsan atau penzina yang telah nikah yaitu: seorang yang baligh, berakal, merdeka dan telah melakukan persetubuhan dalam satu ikatan pernikahan yang sah. Hukuman bagi mereka ialah rajam dengan batu hingga mati. Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak halal darah seorang mukmin kecuali dalam tiga keadaan, salah satu darinya adalah penzina yang telah nikah. Kenyataan ini dikuatkan lagi dengan petikan yang diambil dari kitab. Jarimah al- „Itishob fi Dhau‟ al-Syariah al-Islamiah wal Qanun al-Wad‟i karangan Dr. Naha Khotorji yang menyatakan bahwa ajma‟al ulama‟ atau ulama‟ bersepakat tentang hukuman rajam dengan batu hingga mati penzina muhsan. ْ أ إ ْ ْ ْ ء ْ ّ ْ ْ ْ ْ ْ ْ 51 ْ : Artinya: “Maka telah bersepakat fuqaha‟ tentang hukuman rajam dan tidak ada perselisihan kecuali ulama‟ khawarij karena mereka bersabda: hukuman cambuk bagi gadis dan orang yang sudah bernikah”, dan firman Allah: 50 Ibid, h. 465. 51 Naha al-Khotorji. 2003. Jarimah al- „Itishob fi Dhau‟ al-Syariah al-Islamiah wal Qanun al- Wad‟i. Cet. 1. Birut: Muassah al-Jamiah lil Dirasat wa al-Nasru wa al-Tauzi‟, h. 56.                              Artinya: “Perempuan Yang berzina dan lelaki Yang berzina, hendaklah kamu sebat tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali sebat; dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan belas kasihan terhadap keduanya Dalam menjalankan hukum ugama Allah, jika benar kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat; dan hendaklah disaksikan hukuman seksa Yang dikenakan kepada mereka itu oleh sekumpulan dari orang- orang Yang beriman”. Surat An-Nur: 2 Di dalam Surat an-Nur, 24, ayat 2, dinyatakan bahwa pelaksanaan hukuman terhadap pelaku perbuatan zina hendaklah disaksikan oleh sekelompok orang-orang beriman. Dengan disaksikan oleh orang banyak berarti si pelaku perbuatan zina dipermalukan di depan orang ramai karena dengan terjadinya perbuata zina rasa malu si pelaku perbuatan zina sudah luntur. Oleh sebab itu rasa malu ini perlu ditumbuhkan kembali dan juga dipermalukan ini mempunyai nilai preventif terhadap si pelaku agar tidak mengulangi kembali perbuatan zina tersebut dan juga bernilai preventif bagi orang lain yang berniat melakukan perbuatan zina. 52 Kemudian penulis mengambil kata-kata Ahmad al-Mahshori dalam kitab karangan beliau al-Syiasah al- Jaza‟iah al-Hudud wa isrobah fi fiqh Islami yang menggunakan lafaz ajma‟a al-Shohabah di mana sahabat bersepakat bahwa rajam merupakan hukuman bagi penzina muhshan. 52 Muhammad Abduh Malik, Perilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHP, Jakarta: PT Bulan Bintang, h. 104. ، صْ ْ ْ ْش ص ْ ّ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ء ْ ْ أك . 53 Artinya: “Maka bersepakat sahabat dalam pensyariatan rejam keatas penzina yang telah bernikah, begitu juga dengan Umar dan Ali seperti persepakatan ulama ‟ muslim yang berpegang dengan persepakatan mereka”. Hadits ini diriwayatkan oleh Abi Hurairah yang menyatakan tentang hukuman cambuk sebagai salah satu hukuman bagi mereka yang berzina, dan hadits ini disepakati berdasarkan lafaz muttafaq „alaih. ْ ّ ثْ ّ : ْ ْف ْ ك ّ ْ إ هيلع قفت ف . 54 Artinya: “Hadits daripada Abi Hurairah: Apabila berzina salah seorang di kalangan kamu, maka cambuk sebagai hukuman. Maka bersepakat ke atasnya”. Lafaz ijmā‟ dalam kalimat ini merujuk kepada persepakatan jumhur yaitu al-Jumhur muttafaqun. Jumhur bersepakat untuk mengambil hukuman rajam berdasarkan kepada hadits-hadits yang lain tetapi dalam hal pengasingan atau buang negeri Hanafi tidak bersetuju. ْخ ثْ ْ ْ ْ ْ خ ْ أ ْ ْ قفَتم رْ ْ جْلا ْ ْغ ْ ْ ش . 55 Artinya: “Dan diwajibkan kepada mereka untuk mengambil hukum rejam daripada hadits-hadits yang lain, dan jumhur bersepakat kecuali Hanafi dalam hukuman pengasingan.” Hukuman rajam di dalam fiqh Islami diketahui daripada taurat, dan diketahui sehingga sekarang. Tidak ditentang oleh kitab injil, maka taurat ketika itu dijadikan 53 Ahmad al-Mahshori.1993. al-Syiasah al- Jaza‟iah al-Hudud wa isrobah fi fiqh Islami. Jil. 2, Cet. 3. Dar al-Jil. h. 88. 54 Ibn Majah,Sunan,Kitab Hudud,Bab: ء إ إ. No 2566; Imam Abu Zakaria Muhyiddin bin al-Sharif al-Nawawi, Kitab Majmu‟, h. 28. 55 Imam Abu Zakaria Muhyiddin bin al-Sharif al-Nawawi, Kitab Majmu‟, h. 33. hujah ke atas orang Nasrani dan mereka tidak menolak kitab taurat ini. Lafaz yu kholifaha menunjukkan perselisihan, yaitu kitab injil yang menjadi perselisihan mereka dibanding taurat pada ketika itu. ْ ْ ْ ف ْ ّ ْ ْ ْ ْ ك ك ك ْ ْإ ْ ْ ف ْ ْ إ ص ا فلاخي . 56 Artinya: “Dan demikian adalah wajib kepada mereka dengan satu hukum sebagian yang ada pada zaman yang lepas yaitu taurat yang digunakan sebagai perdebatan bagi orang nasrani apabila tidak terdapat pada zaman yang baru yaitu injil yang menjadi perselisihan mereka.” Sebagian sahabat mengatakan hamba tidak termasuk dalam kategori muhshan dan kanak-kanak dikategorikan sebagai muhshan karena jika penzina itu kecil tetapi melakukan zina, dia tetap di kira sebagai muhshan. Dan setengah mereka mengatakan kanak-kanak tidak dianggap sebagai muhshan karena mereka bukan mukalaf, ini adalah pendapat jumhur. An-Nawawi dalam kitab karangannya iaitu Jarimah al- „Itishob fi Dhau‟ al- Syariah al-Islamiah wal Qanun al- Wad‟i mengatakan bahwa Hanafi tidak menganggap kanak-kanak, orang gila, hamba dan orang kafir sebagai muhshan. Ini karena Hanafi melihat kepada keahlian seorang penzina itu. ف ْ أ ْ : ، ف ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْص صْ إ ف ْ ْ ْ ، ْ خ ْ ْ ْ ، ْ صْ إ ص ْ خ ْ ْ . 57 56 Ibid. h. 41. 57 Dr.Naha al-Kotorji. Op.cit. hlm. 57. Menurut mazhab Hanafi: bahwa tidak dianggap sebagai penzina muhshan bagi kanak-kanak, orang yang gila, hamba, orang kafir, tidak pada kawin yang batal, dan yang belum disetubuhi. Maka semua ini tidak dikira sebagai muhshan. Dari Ibn Umar bahwa nabi telah merajam dua orang yahudi bersandarkan taurat sebagai sumber hukum. Lafaz mukholifun dalam ayat ini menunjukan mereka berselisihan antara syariat yang dinyatakan dalam taurat dengan hukum yang berlaku ada di kalangan mereka. ْ ْ ْ ف ْ ْ ْ ّ ْ ْ ْ ْ إ ْ ْ ش ْ ك ْ ْ فلاخم ْ ْ . 58 “Dan kembali kepada taurat untuk mengetahui hukum yang terkandung di dalam taurat bersama hukum yang ada pada mereka, dan mereka meninggalkan syariat yang membuatkan mereka berselisihan dalam hukum sesama mereka.”

B. Hukuman zina bagi yang belum bernikah