Sistematika Penulisan Pengertian Asuransi Syariah

16 5. Teknik Penulisan Adapun sistem penulisan skripsi ini mengacu kepada ”Pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi yag berjudul ”Konsep Asuransi Syariah Dalam Penanggulangan Bencana Alam”, dipergunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, yang masing-masing tersusun sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan atau manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori; Asuransi Bencana dan Gambaran Umum Gempa Bumi Dalam bab ini dibahas antara lain: Konsep asuransi bencana, penanganan asuransi untuk bencana, skema asuransi bencana Maipark, gambaran umum gempa bumi; pengertian, sejarah pemantauan gempa dan ancaman gempa bumi di Indonesia. Bab III : Gambaran Umum Asuransi Syariah Dalam Penanggulangan Bencana Alam Dalam bab ini dibahas antara lain: Pengertian asuransi syariah, jaminan keamanan dalam perspektif al- Qur’an dan Sunnah, sistem operasional asuransi syariah, konsep asuransi kolektif islam, mekanisme pengelolaan dana 17 asuransi kerugian syariah, serta penilaian kontribusi untuk bencana alam pada asuransi syariah. Bab IV : Analisis Konsep Asuransi Syariah Dalam Penanggulangan Bencana Alam Dalam bab ini dibahas risk and loss profile asuransi bencana, simulasi kinerja produk asuransi bencana syariah, solusi asuransi syariah dalam penanggulangan bencana alam, peluang dan tantangan implementasinya di Indonesia serta kolaborasi asuransi syariah dengan badan dan lembaga amil zakat dalam penanggulangan bencana alam. Bab V : Penutup Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penelitian yang dilakukan oleh penulis. 18 BAB II LANDASAN TEORI; ASURANSI BENCANA ALAM DAN GAMBARAN UMUM GEMPA BUMI

A. Asuransi Bencana 1. Konsep Asuransi Bencana

Asuransi Gempa masuk dalam asuransi katastrop bersama letusan gunung berapi, tsunami, dan tanah longsor. Asuransi gempa dan bencana lainnya merupakan perluasan dari polis standar asuransi properti. Namun, setelah gempa melanda Padang, banyak perusahaan asuransi lebih selektif dalam mengcover proteksi bencana alam. Bahkan ada yang menarik diri memberikan proteksi bencana alam seperti gempa dan sejenisnya. 14 Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia AAUI Kornelius Simanjuntak mengatakan, hal itu bisa disebabkan berkurangnya dukungan pihak reasuransi terhadap perusahaan asuransi. Saat ini perusahaan asuransi umum juga sedang meninjau perpanjangan renewal treaty asuransi sampai akhir tahun ini. Perusahaan asuransi tidak ada yang bisa memanage risiko ini sendiri. Industri asuransi harus kerjasama dengan pemerintah untuk membentuk kemitraan. 14 Amir Imam Poero, Asuransi di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 1998 h.2 18 19 Dilihat dari segi masyarakat yang mengalami musibah bencana alam, maka dapat dikatakan bahwa dengan diasuransikannya harta benda mereka terhadap resiko bencana alam, maka mereka sedikit banyak telah tertolong. Memang, bagaimanapun asuransi tidak mungkin bisa memulihkan keadaan sepenuhnya seperti sedia kala, apalagi terhadap korban jiwa manusia. Tetapi paling tidak, asuransi dapat mengganti kerugian yang bersifat finansial, bila harta benda yang dimiliki masyarakat diasuransikan terhadap risiko bencana alam. 15 Akan tetapi dilihat dari segi penanggung, maka terjadinya bencana alam dimana di lokasi itu banyak ditutup asuransi terhadap risiko bencana alam, hal itu adalah malapetaka besar. Dan inilah yang telah dialami beberapa perusahaan asuransi dan reasuransi internasional selama lima tahun terakhir, sehingga diberitahukan baru-baru ini banyak perusahaan asuransi dan reasuransi yang gulung tikar. AAUI mendesak kepada pemerintah perlunya asuransi wajib bencana alam. Jika asuransi itu terealisasi, gotong-royong yang diharapkan regulator kalau yang tidak terkena musibah membantu yang terkena bencana akan terwujud pula. Harga premi asuransi gempa dan banjir juga dapat stabil dan sangat murah. Dilihat dari segi frekuensi, bencana gempa bumi termasuk berfrekuensi rendah, akan tetapi dampak kerugiannya yang tinggi high severity. Penentuan 15 Amir Imam Poero, Asuransi di Indonesia, Ibid., h.4 20 besarnya premi tergantung jenis bangunan, lantai bangunan, dan zona gempa sebuah daerah.

2. Penanganan Asuransi untuk Bencana Alam

Penanganan Asuransi atas risiko gempa di Indonesia harus dimotori oleh suatu skim nasional berdasarkan Undang-undang atau regulasi pemerintah dalam mana peran serta pemerintah mutlak diperlukan. Skim ini dapat sepenuhnya merupakan skim pemerintah seperti di Selandia Baru, California dan Taiwan atau semi pemerintah seperti di Jepang dan Turki. TKARBA Tim Kerja Asuransi Risiko Bencana Alam merekomendasikan pembentukan pool reasuransi gempa seperti yang dijalankan Negara lain termasuk Turki dan Taiwan. Rekomendasi ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu: 16 1. Tidak diperlukan waktu yang lama sejak pembentukan hingga pool reasuransi dapat mulai operasional. 2. Pool reasuransi merupakan sebuah lembaga kerjasama yang melibatkan semua perusahaan asuransi umum dan reasuransi di Indonesia, hal mana 16 S. Edi Santosa, Media Asuransi, Desember 2009, h.15 21 sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1999. 3. Malalui partisipasi semua perusahaan asuransi umum dan reasuransi di Indonesia tercapai pooling of expertise dan penggabungan kapsitas akseptasi. 4. Melalui kerjasama pool reasuransi, langkah-langkah standarisasi polis dan klausul dapat lebih mudah dicapai. 5. Pool reasuransi adalah salah satu alat yang sangat efektif untuk membentuk database yang diperlukan sebagai dasar perhitungan premi risiko yang proper. 6. Pool reasuransi dapat menjalankan fungsi kajian dan analisis mengenai risiko gempa dan hal-hal yang bertalian dengannya.

3. Skema Asuransi Bencana Maipark

Asosiasi Asuransi Umum Indonesia AAUI mendirikan perusahaan asuransi Maipark, yang embrionya adalah PT Maskapai Asuransi Indonesia MAI dan Perusahaan Asuransi Khusus PARK. Salah satu yang dilakukan Maipark adalah menyusun harga referensi untuk premi asuransi gempa. Diharapkan harga referensi yang sedemikian itu akan menjadi benchmark Indonesia dan digunakan sebagai rujukan oleh kalangan reasuransi internasional. Selain itu, salah satu tonggak sejarah yang ditancapkan 22 Maipark adalah keberhasilan memproduksi CAT Modelling Khusus untuk Indonesia. 17 Keberadaan Maipark berhasil meningkatkan kesadaran perusahaan asuransi mengenai perlunya penerapan premi yang layak untuk jaminan asuransi gempa bumi. Jika sebelumnya nihil, atau gratis, kini sebagian besar perusahaan asuransi telah menerapkan premi gempa untuk asuransi properti asuransi kebakaran. Selain itu, rangkaian program edukasi yang dijalankan selama ini juga meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai perlunya perlindungan asuransi gempa bumi. Kombinasi kedua hal ini, dalam tingkat yang ekstrim, dibeberapa perusahaan bahkan membalik apa yang terjadi beberapa tahun lalu. Saat ini sudah banyak perusahaan asuransi yang menetapkan premi layak untuk jaminan gempa, dan justru memberikan jaminan gratis untuk perlindungan lainnya. Kebalikan beberapa tahun silam, saat jaminan asuransi gempa justru digratiskan. Dari sisi premi, penentuan besarnya tarif tergantung jenis bangunan, bahan kontruksi bangunan, lantai bangunan dan zona gempa sebuah daerah. Semakin tinggi lantai bangunan dan lokasinya di zona gempa lebih tinggi, preminya juga akan makin besar. Premi bangunan dari baja juga lebih mahal dibanding bangunan beton. Hal lain juga menunjukkan bahwa lokasi merupakan faktor terpenting 17 S. Edi Santosa, Media Asuransi, Desember 2009, h.16 23 dalam untuk dipertimbangkan sebelum memberikan jaminan asuransi pada bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami. Peta risiko bencana alam biasanya dapat diperoleh dari perusahaan asuransi profesional dan berpengalaman atau dari lembaga yang terkait dengan masalah gempa bumi. Salah satu yang sudah terkenal adalah yang diproduksi oleh CRESTA Catastrophone Risk Evaluation and Standardizing Target Accumulation. CRESTA didirikan oleh industri asuransi pada tahun 1977 sebagai lembaga independen untuk penanggungan secara teknis risiko bencana alam. 18 CRESTA bertjuan membentuk sistem yang seragam diseluruh dunia untuk pengendalian akumulasi risiko bencana alam, terutama gempa bumi, badai dan banjir. Dewasa ini standarisasinya sudah diterima secara luas dan diterapkan di industri asuransi internasional. Berikut tabel yang menunjukan tarif gempa bumi berdasarkan keputusan Rapat Umum Anggota AAUI pada tanggal 16 Februari 2010. 18 Iqbal, Muhaimin, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik; Upaya Menghilangkan Gharar, Maisir dan Riba Jakarta : Gema Insani Press 2005 Cet.1, hal 62 24 Tabel 2.1 Data Tarif Gempa Bumi tahun 2010 Commercial and Industrial Non Dwelling House Contruction Class Zone I Zone II Zone III Zone IV Zone V Steel, Wood and RC ≤ 9 0.90 0.95 1.25 1.50 1.90 Storeys Frame 9 1.35 1.45 1.55 1.60 2.00 Storeys Others 1.00 1.10 1.55 3.00 4.70 Non Dwelling House - Occupation Contruction Class Zone I Zone II Zone III Zone IV Zone V Steel, Wood and RC Frame 0.85 0.95 1.15 1.35 1.00 Others 0.90 1.00 1.55 2.75 4.50 Tarif in ‰ mil Definisi :

a. Commercial and Industrial : obyek selain okupasi dwelling house kode okupasi

selain 2976 1 Steel Frame : struktur bangunan yang menggunakan baja sebagai rangkanya 2 Wood : struktur bangunan yang menggunakan kayu sebagai rangkanya 3 RC : struktur bangunan yang menggunakan beton sebagai rangkanya 4 Others : struktur bangunan selain konstruksi baja, beton atau rangka kayu; termasuk bangunan yang terbuat dari susunan batu tanpa rangka 25

b. Dwelling House

: obyek dengan kode okupasi 2976 1 Stell, wood n RC : struktur bangunan rumag tinggal dengan kontruksi baja, beton atau rangka kayu 5 Others : struktur bangunan selain konstruksi baja, beton atau rangka kayu; termasuk bangunan yang terbuat dari susunan batu tanpa rangka Terlihat peningkatan yang signifikan premi asuransi gempa bumi secara nasional setiap tahun. Hal ini tergambar pada pendapatan premi Maipark, karena semua perusahaan asuransi umum di Indonesia mensesikan cession seluruh asuransi gempa yang di covernya ke Asuransi Maipark. lihat tabel dibawah Tabel 2.2 Perkembangan Premi dan Klaim Asuransi Maipark Perkembangan Premi Klaim Maipark dalam Miliar rupah No. Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008 1. Premi Bruto 27,46 37,33 46,09 54,79 62,93 2. Premi Netto 11,85 15,02 18,19 29,51 38,04 3. Klaim Netto 6,29 1,21 6,33 11,01 1,27 Ket: Sumber dari laporan keuangan terpublikasi, diolah Lembaga Riset Asuransi 26

B. Gambaran Umum Gempa Bumi 1. Pengertian Gempa Bumi

Gempa bumi adalah gerakan tiba-tiba dikerak mantel bumi bagian atas. Gerakan tiba-tiba ini bisa diartikan semacam cara bumi berelaksasi menuju keadaan normal setelah mengalami dorongan, desakan, tumbukan, geseran atau gesekan antar lempeng. Selama proses relaksasi inilah energi akan disebar dalam bentuk gelombang yang merambat ke sejumlah penjuru dan dirasakan sebagai gempa. Setidaknya ada 3 penyebab gempa, yakni oleh sebab tumbukan benda raksasa dari ruang angkasa, pergeseran dan pergesekan lempeng dikerak bumi biasa disebut gempa tektonik, dan bisa juga oleh aktifitas gunung api biasa disebut gempa vulkanik. Khusus gempa tektonik, gempa bisa terjadi karena lempeng-lempeng penyusun permukaan bumi masih terus bergerak dan berdesakan satu sama lain. Pergerakan ini disebabkan oleh beberapa sisi lempeng, sementara luas permukaan bumi sendiri cenderung tetap. Pertumbuhan ini akan mendorong sisi yang lain dan bisa membuatnya menunjam kebawah sisi lempeng yang didesaknya. Gambaran seperti inilah yang memungkinkan gempa-gempa di sepanjang busur terluar Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara. 19 19 Winardi A, Gempa Jogja, Indonesia dan Dunia Jakarta: PT Gremedia Majalah, sebagai by Product majalah Angkasa 2006, h 46 27

2. Sejarah Pemantauan Gempa di Indonesia

Sejarah Pemantauan Gempa di Indonesia sudah dimulai sejak 1898. Kala itu pemerintah Hindia Belanda mengawalinya dengan Seismograf mekanik ewing. Pada tahun 1908, Belanda menambahnya dengan seismograf wiechert komponen horizontal, dan 20 tahun kemudian dilengkapi dengan seismograf wiechert komponen vertical. Seismograf model awal ini dipasang di Jakarta, Medan, Bengkulu dan Ambon. Delapan tahun setelah Indonesia merdeka, jaringan pemantau gempa ini ditambah dengan seismograf elektromagnetik sprengnether. Secara bertahap seismograf tipe ini dipasang di Ambon. Inilah seismograf pertama di tanah air. Sesuai dengan kebutuhan zaman, peralatan dan jaringan tersebut masih terus menerus disempurnakan. Salah satu perkembangan yang cukup menarik terjadi pada tahun 1974, yakni ketika UNDP-UNESCO turut serta dalam pengembangan seismologi. Proyek ini meliputi standarisasi seismograf, proses pengolahan data, dan pengembangan jaringan pemantau. Perkembangan yang sangat signifikan itu ditandai dengan pemasangan seismograf periode pendek komponen Z di 27 stasiun pemantau di Indonesia. Lima belas tahun kemudian BMG menyempurnakannya dengan sistem telematri di 28 stasiun pemantau. Ke dua puluh delapan ini selanjutnya dikelompokkan ke dalam lima wilayah, yang masing-masing memilki pusat gempa bumi regional regional seismological center. Dengan sistem pemantauan secara 28 real time yang dipusatkan di Jakarta sebagai pusat gempa bumi nasional national seismological center. Jaringan inilah yang masih beroperasi sampai saat ini. Dalam perjalanannya, jaringan dan peralatan itu pun masih terus menjalani penyempurnaan. Antara 1997-2001, misalnya Jepang melengkapinya dengan seismograf jenis broadband di 23 stasiun. Dan antara 2001-2006, mereka melanjutkan pemasangan peralatan yang sama di 22 stasiun. Perkembangan juga ditandai dengan didirikannya sistem pemantauan seismik nasional, 3 pusat seismik regional mini di Padang Panjang, Kepahyang, Palu dan pemasangan 15 digital strong-motion eccelerograph.

3. Ancaman Gempa Bumi

Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng pasifik di bagian timur. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Euro-Asia. Penunjaman lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dengan lempeng Euro-Asia yang bergerak ke selatan menimbulkan jalur gempa bumi dan rangkaian gunung api aktif sepanjang pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, belok ke utara ke Maluku dan Sulawesi Utara, sejajar dengan jalur penunjaman kedua lempeng. 29 Daerah rawan gempa bumi di Indonesia tersebar pada daerah yang terletak pada zona penunjaman maupun sesar aktif. Daerah yang terletah dengan zona penunjaman adalah pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali dan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, Maluku Utara, pantai utara dan timur Sulawesi dan pantai utara Papua. Sedangkan daerah di Indonesia yang terletak dekat dengan zona sesar aktif adalah daerah sepanjang Bukit Barisan di pulau Sumatera, provinsi Jawa Barat, Jawa Tengan, Daerah Istimewa Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, pulau Sulawesi, kepulauan Maluku, dan pulau Papua. Beberapa sesar aktif yang telah dikenal di Indonesia antara lain adalah sesar Sumatera, Cimandiri, Lembang, Baribis, Opak, Busur Belakang Flores, Palu-Koro, Sorong, Ransiki, sesar aktif di daerah Banten, Bali, Nusa Tenggara, kepulaun Maluku dan sistem sesar aktif lainnya yang belum terungkap. Tabel berikut manyajikan data beberapa kejadian gempa bumi di Indonesia dengan jumlah korban jiwa besar. 30 Tabel 2.3 Data Jumlah Korban Gempa Bumi di Indonesia No. Tahun Magnitudo Mw MMI Korban Jiwa org Daerah 1 1892 - VIII 250 Pulau Timur 2 1926 7,8 IX 354 Sumatera Barat 3 1943 - IX 213 Yogyakarta, Jawa Tengah 4 1994 7 IX 1207 Liwa, Lampung 5 2000 7,9 X 100 Bengkulu 6 2005 8,7 VIII 1000 Pulau Nias 7 2006 6,2 VIII 5.700 Yogyakarta, Jawa Tengah Sumber: Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi PVMBG, 2008 31 BAB III GAMBARAN UMUM ASURANSI SYARIAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM Penggalian tata nilai keislaman merupakan sebuah aktivitas yang didasari oleh pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam. Islam sebagai tata nilai yang telah sempurna, penuh dengan aturan dan norma dalam membina dan mengatur kehidupan manusia. Termasuk didalamnya bidang asuransi. Maka dari itu sebuah kewajaran jika umat Islam menyusun sebuah format asuransi yang betul-betul digarap atas ajaran Islam. 20 Asuransi sebagai lembaga keuangan modern yang bergerak dalam bidang pertanggungan, merupakan hasil temuan dari dunia barat yang ditransformasikan kedalam dunia timur Islam dalam suasana kehidupan ekonomi. Tentu saja yang menjadi dasar semangat operasionalnya adalah berorientasi pada pengumpulan modal untuk keperluan pribadi atau golongan tertentu. 21 20 AM Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam; Suatu Tinjauan Analisis, Historis, Teoritis Praktis Jakarta: Prenada Media 2004 Ed.ke 1, h.10 21 Ibid., h.55 31 32

A. Pengertian Asuransi Syariah

Istilah asuransi merupakan terjemahan insurance atau assurantie, yang dalam hukum Belanda disebut verzekering yang artinya pertanggungan. 22 Sedangkan asuransi dalam bahasa Arab disebut at- Ta’min yang berasal dari kata “amana” yang berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari rasa takut. Dalam pandangan Islam, konsep asuransi at- Ta’min yang sesuai dengan tujuan-tujuan umum syariah adalah pertanggungan yang dibentuk atas dasar saling tolong-menolong. Seperti dikutip Muhammad Syakir Sula dari buku Hukmu asy- Syari’ah al-Islamiyyah Fii „Uquudi at-Ta’miin karya Husain Hamid Hisan yang mengatakan bahwa “asuransi adalah sikap ta’awun tolong-menolong yang telah diatur dengan sistem yang rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian dari mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian derma yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan demikian derma tersebut, mereka dalam menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimp a musibah”. 23 Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI tentang pedoman umum asuransi syariah No. 21DSN-MUIIX2001 mendefinisikan 22 Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Bandung: Penerbit Alumni 1997 cet.ke 1, h 1 23 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah, Ibid., h. 29 33 asuransi syariah sebagai usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah. Dari definisi diatas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong- menolong yang disebut dengan “ta’awun”. Yaitu prinsip hidup saling melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwah islamiyah antara sesama anggota peserta asuransi syariah dalam menghadapi malapetaka risiko 24 . Oleh sebab itu, premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta yang terdiri dari Dana Tabungan dan Tabarru’. Dana Tabungan adalah dana titipan dari peserta asuransi syariah life insurance dan akan mendapat alokasi bagi hasil dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan mengajukan klaim nilai tunai maupun klaim manfaat asuransi. Sedangkan, Tabarru’ adalah derma atau dana kebajikan yang diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi life maupun general insurance. 24 Huzaemah T, Yanggo, Asuransi Hukum dan Permasalahannya, Jurnal AAMAI Tahun VII No 12-2003, h23 34

B. Jaminan Keamanan Dalam Perspektif Al- Qur’an Dan Sunah