46
diberikan secara sukarela dan senang hati untuk menyantuni orang yang tertimpa musibah kerugian. Dan disini setiap orang bisa bergabung kapan
saja. 4
Penginvestasian Premi; Sebagian dana premi diinvestasikan dalam bidang investasi yang diperbolehkan syariat Islam, sehingga bersih dari syubhat riba.
E. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Kerugian Syariah
Perusahaan asuransi kerugian umum adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
36
Dalam polis asuransi dan perjanjian reasuransi dengan prinsip syariah wajib mengandung akad
tabarru’ dan akad tijarah.
37
Akad yang menjadi fokus utama dalam business process Asuransi Umum Syariah adalah akad tabarru dan akad wakalah bil Ujrah. Adapun mengenai akad
mudharabah, mudharabah musytarakah merupakan akad yang diimplementasikan dalam kegiatan investasi saja. Lain halnya dengan perusahaan asuransi jiwa yang
memang dalam produk asuransinya ada yang mengandung unsur saving dan ada yang tidak.
36
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992, Tentang Perasuransian, Pasal 1 Ayat 5.
37
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18PMK.0102010, Tentang Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah, Pasal 7.
47
1. Akad Tabarru’ Pada Asuransi Umum Syariah
Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a, yatabarra’u, tabarru’an artinya sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberi sumbangan
disebut mutabarri’ dermawan. Niat tabarru’ dana kebajikanhibah dalam akad
asuransi syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara dalam melepaskan diri dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah Swt. Dalam
konteks akad pada asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan dana
kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara peserta jika ada yang mendapat musibah, dan dana tersebut ditempatkan secara terpisah pada
rekening sekaligus pencatatannya dari dana pengelola perusahaan asuransi syariah.
38
Jadi, dana tabarru merupakan dana kolektif di antara peserta yang hanya boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru
’ dan reasuransi syariah. Dana
tabarru’ ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan sebagai pihak pengelola, dan jika terdapat surplus dari investasi dana tabarru ini
akan dimasukkan ke rekening dana tabarru peserta dan pihak pengelola mendapatkan upah bagi hasil sesuai dengan akad yang disepakati wakalah bil
ujrah, mudharabah, atau mudaharabah musytarakah.
39
Selain itu, jika terdapat
38
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah, Ibid., h.35-36.
39
Fatwa DSN-MUI No. 53DSN-MUIIII2006 tentang Tabarru Pada Asuransi Syariah
48
surplus dari dana tabarru ’, penetapan besaran pembagiannya tergantung kepada
peserta kolektif, regulator atau kebijakan manajemen :
40
1 seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru,
2 sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, dan sebagian lainnya didistribusikan
kepada peserta; atau, 3
sebagian sebagai cadangan tabarru’, sebagian didistribusikan kepada peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas pengelola.
2. Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Umum Syariah
Dalam konteks asuransi syariah akad wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan
atau melakukan kegiatan lain seperti, administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting pengelolaan portofolio risiko, pemasaran, dan investasi,
dimana perusahaan mendapatkan imbalan dalam bentuk ujrahfee karena jasanya tersebut.
41
Alur dari akad wakalah bil ujrah ini diawali dari kontribusi peserta yang diterima oleh perusahaan asuransi syariah, lalu dipisah menjadi 2, yaitu ke dana
peserta tabarru’ dan dana pengelola sebagai ujrah. Dana tabarru yang terkumpul
selanjutkan digunakan untuk hal-hal seperti yang telah disebutkan pada
40
Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 108 tentang Transaksi Asuransi Syariah
41
Fatwa DSN-MUI No. 52DSN-MUIIII2006 tentang Wakalah bil Ujrah Pada Asuransi Syariah
49
pembahasan akad tabarru ’ diatas. Jika terdapat defisit pada dana tabarru’, maka
perusahaan memberikan pinjaman dari dana pengelola dengan akad qardh. Dalam hal ini, akad wakalah adalah bersifat amanah yad amanah sehingga perusahaan
sebagai wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan mengurangi fee yang telah diterimanya kecuali karena kecerobohannya atau
wanprestasi. lihat kembali Fatwa DSN-MUI No. 52DSN-MUIiii2006. Untuk lebih jelasnya mengenai alur business process pada asuransi syariah lihatlah
ilustrasi 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Syariah Business Process
Sumber : PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Kontribusi Premi
x of Premi
Dana Ujrah
Bagian Pendapatan Operator Perusahaan
Investasi Hasil
x of DanaTabarru
Mudharabah 1-x of HI
Beban Surplus
Alokasi of Surplus
Alokasi of Surplus
Bagian
+ +
- Biaya Operasional, Marketing, Gaji Karyawan, dsb
- Klaim - Tabarru RA
+ Alokasi Waad RA - Penyisihan Teknis
1-x of Premi
SYARIAH BUSINESS PROCESS
Mudharabah x of HI
Alokasi of Surplus
Cad. Dana Tabarru
50
F. Penilaian Kontribusi Untuk Bencana Alam Pada Asuransi Syariah