78
asuransi, namun jika hal ini diterapkan dengan sistem asuransi wajib, maka mau tidak mau mayarakat wajib mengasuransikan harta atau bangunan yang di milikinya. Jadi
dengan sistem risk sharing yang ditawarkan perusahaan asuransi syariah. Maka diharapkan penyebaran risiko dapat diberlakukan, dapat terciptanya suatu mekanisme
tolong-menolong diantara masyarakat.
D. Peluang dan Tantangan
Peluang Asuransi Syariah dalam menerapkan konsep penanggulangan bencana alam, antara lain yaitu:
a. Indonesia merupakan termasuk Negara yang rawan dari bencana, sehingga
terdapat kebutuhan akan perlindungan terhadap risiko tersebut. b.
Jumlah pemilik tempat tinggal di Indonesia sangat besar, sehingga ini menjadi potensi bisnis bagi industri perasuransian, mengingat asuransi ini nantinya
merupakan asuransi wajib bagi pemilik tempat tinggal. c.
Konsep syariah sangat memungkinkan untuk digunakan pada produk asuransi bencana, mengingat konsep asuransi syariah dapat menguntungkan baik bagi
peserta, pengelola maupun pemerintah. Sementara tantangan yang dihadapi asuransi syariah dalam penanggulangan
bencana alam terletak pada beberapa aspek, yakni:
79
a. Aspek Regulasi; Siapa pihak pengelola asuransi bencana ini. Apakah dari
Pemerintah Negara ataupun dari Asuransi Milik Negara Swasta. b.
Sosialisasi; pihak pengelola harus memaksimalkan bentuk sosialisasi tentang pentingnya asuransi bencana ini, sehingga masyarakat merasa program ini
menjadi sebuah kebutuhan bukan sekedar kewajiban dan sekaligus kebersamaan untuk membantu pihak yang mengalami musibah bencana alam.
c. Peraturan pengumpulaan kontribusi premi bagi setiap pemilik tempat tinggal;
apakah harus melalui Undang-undang atau cukup dengan peraturan pemerintah saja. Peraturan tersebut sangat dibutuhkan karena asuransi ini merupakan asuransi
wajib, apabila tidak merupakan asuransi wajib sukarela maka akan kemungkinan terjadi seleksi risiko
52
.
E. Sinergi Asuransi Syariah dengan Badan dan Lembaga Sosial Amil Zakat Dalam Penanggulangan Bencana Alam.
Sistem asuransi pada umumnya hanya berlaku bagi kalangan orang-orang yang mampu membayar premi yang ditentukan. Sementara untuk kalangan yang tidak
mampu, Islam menjamin asuransi mereka dengan sistem sebagai berikut; Zakat, Wakaf, Shadaqah Jariyah, Denda Kafarat atau Nadzar, Kerja atau Bakti Sosial.
53
52
Wawancara pribadi dengan Wulan Setyorini, Jakarta, 10 November 2010
53
Husaian Husaian Syahatah, Asuransi Dalam Perspektif Syariah, Ibid., h.100
80
Peran Zakat Dalam Memberikan Jaminan dan Asuransi
Salah satu target zakat adalah mewujudkan jaminan dan asuransi sosial ditengah ancaman marabahaya, musibah dan bencana yang selalu membayangi
kehidupan manusia dan menyebabkan ketakutan serta kepanikan. Islam telah menjamin sebuah mekanisme asuransi sosial yang hakiki bagi mereka, yaitu dengan
mengalokasikan bagian tertentu dari hasil zakat untuk mereka dalam kapasitas mereka sebagai
“gharimin” orang-orang yang pailit.
54
Sebagian kalangan ahli fiqh bahkan berpendapat bahwa jaminan dan asuransi sosial masuk dalam lingkup kalangan yang berhak menerima zakat sebagai berikut :
fakir miskin, orang-orang yang berutang pailit, budak, ibnu sabil musafir yang kehabisan ongkos dan bekal perjalanan, juga para tawanan dan tahanan dijalan
Allah. a.
Contoh-contoh Terkini Model Pemanfaatan Zakat untuk Jaminan dan Asuransi
Kelompok orang-orang yang berutang gharimin merupakan salah satu kelompok penerima zakat yang memiliki hubungan langsung dengan realisasi
solidaritas dan kesetiakawanan sosial. Lahan penerapannya pun perlu diperluas sehingga bisa mencakup hal-hal berikut.
54
Husaian Husaian Syahatah, Asuransi Dalam Perspektif Syariah, Ibid., h.82
81
1 Orang-orang pailit yang dililit utang tanpa mampu membayarnya, dan utang
tersebut tidak digunakan untuk huru-hara, pemborosan maupun untuk aksi sia- sia.
2 Orang-orang yang dililit utang untuk melayani masyarakat, misalnya barutang
untuk mendamaikan kedua kelompok yang berseteru. 3
Orang-orang yang tertimpa musibah atau bencana.
4 Orang-orang yang menderita kerugian yang besar akibat kelesuan ekonomi
atau kebakaran, banjir bandang, gempa bumi dan sejenisnya. 5
Orang yang menderita sakit kronis yang membutuhkan pengobatan rutin selama-lamanya sementara ia tidak menanggung biayanya.
b. Peran Institusional Zakat dalam Mewujudkan Jaminan dan Asuransi.
Sudah banyak organisasi dan lembaga pengurusan zakat yang didirikan di berbagai negara Arab dan Islam, seperti Kuwait Bait az-Zakat, Qatar, Bahraian,
Indonesia BAZIS,LAZIS dan lain-lain dan masih banyak lagi. Lembaga-lembaga ini memiliki peran yang penting sekali dalam proyek-proyek bantuan kemanusian dan
mewujudkan jaminan sosial.
55
Kalangan ahli fiqih telah membolehkan orang-orang kaya untuk memberikan zakat mal zakat kekayaan mereka, juga sedekah, hibah, uang denda nadzar, dan
55
Husaian Husaian Syahatah, Asuransi Dalam Perspektif Syariah, Ibid., h.83
82
kafarat, kepada yayasan atau lembaga ini untuk bertindak sebagai wakil mereka dalam memberikan zakat tersebut kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Dengan adanya institusi zakat dan lembaga sosial tersebut, hal ini bisa digunakan untuk mendirikan takaful semacam badan yang membantu masyarakat
yang kesulitan dan tidak mampu membayar kontribusi asuransi bencana ini. Hal ini juga bisa digunakan untuk memecahkan permasalahan ekonomi pengangguran,
musibah sakit, meninggal dunia, cacat, adanya krisis ekonomi ataupun bencana alam dan lain-lain yang kadang-kadang sulit diprediksikan membuat masyarakat akan
merasakan perasaan was-was juga rasa takut jika permasalahan tersebut tiba-tiba datang.
56
Oleh karena itu, institusi zakat dan lembaga sosial tersebut akan membayarkan sejumlah premi untuk para mustahik, agar orang-orang tersebut dapat
dilindungi secara finansial dari risiko bencana alam yang mungkin akan terjadi.
56
Yani Mulyaningsih, Mencari Alternatif Jaminan Sosial di Indonesia; Kajian Tethadap Zakat, h.143.di akses 24 November 2010 dari http:www.irfi.orgarticlessosial_security_in_islam.htm
83
Adapun Konsepnya dapat dilihat sebagai berikut:
Asuransi Bencana Syariah ini akan memiliki beberapa sumber dana, di antaranya dari Individu, Asuransi Syariah, Lembaga Sosial, dll. Dari unsur tersebut
dikelola oleh pihak Asuransi Bencana untuk mencover risiko akibat dari bencana alam. Salah satu bentuk recovery asuransi bencana ini adalah tempat tinggal,
kendaraan, dan lain-lain. Oleh karena itu, mayarakat baik peserta asuransi bencana maupun para
mustahik tidak lagi perlu merasa perasaan was-was jika musibah tersebut tiba-tiba datang. Sehingga masyarkat dapat dilindungi dari kerugian finansial akibat musibah
bencana alam yang terjadi, dengan adanya skema asuransi bencana syariah tersebut.
Asuransi Syariah Individu
Asuransi Bencana
Syariah
Korban Bencana Alam
Lembaga Sosial NGO GO
Recovery : -
Tempat Tingal -
Kendaraan -
dll
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan