Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana Syariah

62 diprioritaskan ke dalam dana cadangan tabarru, guna untuk menutupi jumlah klaim yang mungkin akan terjadi pada tahun-tahun berikutnya.

B. Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana Syariah

Simulasi kinerja produk asuransi bencana ini berdasarkan dari data Risk and loss profile PT Maipark Indonesia pada tahun 2005 sampai dengan 2007, dan juga berdasarkan dari beberapa asumsi. Simulasi ini sangat penting, mengingat kita akan dapat mengetahui kinerja produk asuransi bencana pada perusahaan asuransi syariah selama 3 tahun belakangan ini. Tabel 4.4 Data Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana Syariah Tahun 2005-2007 No Keterangan 2005 2006 2007 1 Produksi 1.907.208.492.555 2.147.855.523.977 1.520.546.531.996 2 Ujrah 572.162.547.767 644.356.657.193 456.163.959.599 3 Biaya Akuisisi 95.360.424.628 107.392.776.199 76.027.326.600 4 B. Operasional 286.081.273.883 322.178.328.596 228.081.979.799 5 Ujrah RA 66.752.297.239 75.174.943.939 53.219.128.620 6 Margin Ujrah 128.968.252.016 139.610.609.058 98.835.524.580 7 Tabarru 1.335.045.944.789 1.503.498.866.783 1.064.382.572.397 8 Investasi 400.513.783.437 451.049.660.035 319.314.771.719 9 Hasil Investasi 32.041.102.675 36.083.972.803 25.545.181.738 10 Tabarru RA 667.522.972.394 751.749.433.392 532.191.286.199 11 Klaim 217.944.362.928 115.422.286.014 208.158.816.758 12 Cad. Teknis 267.009.188.958 300.699.773.357 212.876.514.479 13 Surplus 198.589.971.846 620.678.549.380 424.628.319.187 Sumber : Data yang diolah 63 B.1 Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana tahun 2005 Berdasarkan simulasi dari tabel 4.4, maka dapat dikatakan jumlah produksi atau premi yang dihasilkan oleh suatu perusahaan asuransi syariah yang terjadi pada tahun 2005 sebesar Rp 1.907.208.492.555. Pengertian dari premi itu sendiri adalah bayaran asuransi atau harga sebagai jaminan penanggung auransi untuk bertanggung jawab. Hal itu tidak perlu dibayar lebih dahulu karena biasanya oleh penanggung asuransi dijadikan sebagai satu isyarat yaitu perjanjian akan berlaku hanya setelah premi dibayar. 48 Kontribusi premi yang dibayar peserta, dimasukkan ke dalam kumpulan uang peserta insurance fund yang berfungsi sebagai investasi dan sumbangan tabarru’ untuk menutupi klaim apabila terjadi musibah pada peserta asuransi. 49 Dari jumlah produksi atau premi peserta asuransi syariah yang terkumpul tersebut akan dikelola oleh suatu perusahaan asuransi syariah dengan memisahkan jumlah produksi yang terkumpul menjadi 2 bagian, yaitu ke dalam dana pengelola ujrah dan dana tabarru’. Ujrah yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi syariah pada tahun 2005 sebesar Rp 572.162.547.767. Ujrah ini dihasilkan dari perbandingan dengan tabarru’, yaitu 70:30 asumsi dari nilai Produksi. 48 Muhammad Muslehuddin, Asuransi dalam Islam Jakarta: Bumi Aksara 2005 hal 32 49 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia Jakarta: Kencana 2005 Ed.1, Cet 2. hal 212 64 Alokasi Ujrah meliputi biaya akuisisi, biaya operasional, ujrah RA dan dari itu semua akan diketahui margin ujrahnya mengalami surplus atau defisit. 1. Biaya Akuisisi pada tahun 2005 sebesar Rp 95.360.424.628. Jumlah tersebut dihasilkan dari Jumlah produksi yakni 5. Penetapan biaya biaya akuisisi tidak terlalu besar, karena produk asuransi bencana ini merupakan asuransi wajib yang harus didukung oleh undang-undang. Mengingat alokasi biaya akuisisi untuk biaya agen asuransi syariah, diskon, hadiah dan lain-lain, maka oleh karena itu biaya akuisisi tidak terlalu diperlukan. 2. Biaya operasional pada tahun 2005 sebesar Rp 286.081.273.883. Biaya operasional ini adalah biaya untuk administrasi, biaya pemasaran dan lain-lain. Penetapan biaya operasional sebesar 15 dari jumlah produksi. 3. Ujrah RA pada tahun 2005 sebesar Rp 66.752.297.239. Penetapan biaya ujrah RA sebesar 10 dari tabarru RA. 4. Dari biaya akuisisi, biaya operasional dan ujrah RA, maka akan didapatkan margin ujrahnya, pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp 128.968.252.016. Dana tabarru’ merupakan dana kolektif di antara peserta yang hanya boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru’ dan reasuransi syariah. Dana tabarru’ ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan sebagai pihak pengelola, dan jika terdapat surplus dari investasi dana tabarru’ itu akan dimasukkan ke rekening dana tabarru peserta dan pihak pengelola mendapatkan upah 65 atau bagi hasil sesuai dengan akad yang disepakati. wakalah bil ujrah, mudharabah atau mudharabah musyarakah. 50 1. Investasi pada tahun 2005 sebesar Rp 400.513.783.437. Angka ini dihasilkan dari pengasumsian alokasi dana tabarru pada tahun tersebut untuk investasi sebesar 30. Dari investasi tersebut, maka perusahaan asuransi syariah akan mendapatkan hasil investasi dengan asumsi 8 yaitu sebesar Rp 32.041.102.675. Hasil investasi tersebut maka akan dibagi dua, yaitu untuk perusahaan dan untuk dana tabarru’. 2. Beban tabarru’ meliputi tabarru RA, pembayaran klaim, cadangan teknis dan juga pendapatan dari hasil investasi dan pencairan cadangan teknis. Dari hal itu itu semua, maka perusahaan asuransi syariah akan mengalami surplus atau defisit. a. Tabarru’ RA pada tahun 2005 sebesar Rp 667.522.972.394. Angka ini dihasilkan dari pengasumsian alokasi dana tabarru’ pada tahun tersebut untuk tabarru RA sebesar 50. b. Perusahaan asuransi syariah harus membayarkan klaim pada tahun 2005 sebesar Rp 217.944.362.928. Angka ini dihasilkan dari data asuransi Maipark pada tahun tersebut tabel 4.1. pengertian dari klaim tersebut adalah proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian tersebut. Oleh karena itu, penting bagi pengelola asuransi bencana syariah untuk 50 Fatwa DSN-MUI No.53DSN-MUIIII2006 tentang tabarru pada asuransi syariah 66 mengatasi klaim secara efisiensi walaupun risiko dari bencana alam ini sangat luas. c. Cadangan teknis pada tahun 2005 sebesar Rp 267.009.188.958. Angka ini dihasilkan dari pengasumsian alokasi dana tabarru’ setelah pembayaran kepada pihak reasuransi pada tahun tersebut sebesar 40. Cadangan teknis pada tahun 2005 akan di cairkan pada tahun 2006, dan begitu juga selanjutnya. 3. Surplus yang dihasilkan pada tahun 2005 sebesar Rp 198.589.971.846. Dengan surplus ini maka perusahaan asuransi syariah akan memilki cadangan dana tabarru untuk bencana alam sebesar Rp 148.942.478.884. Angka ini dihasilkan dari asumsi pengalokasian surplus sebesar 75. mengingat bencana alam merupakan risiko fundamental. B.2 Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana tahun 2006 Berdasarkan simulasi dari tabel 4.4, maka dapat dikatakan jumlah produksi atau premi yang dihasilkan oleh suatu perusahaan asuransi syariah yang terjadi pada tahun 2006 sebesar Rp 2.147.855.523.977. Jumlah produksi atau premi yang dibayar peserta, dimasukkan ke dalam kumpulan uang peserta insurance fund yang berfungsi sebagai investasi dan sumbangan tabarru’ untuk menutupi klaim apabila terjadi musibah pada peserta asuransi. 67 Dari jumlah produksi atau premi peserta asuransi syariah yang terkumpul tersebut akan dikelola oleh suatu perusahaan asuransi syariah dengan memisahkan jumlah produksi yang terkumpul menjadi 2 bagian, yaitu ke dalam dana pengelola ujrah dan dana tabarru’. Ujrah yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi syariah pada tahun 2006 sebesar Rp 644.356.657.193. Ujrah ini dihasilkan dari perbandingan dengan tabarru’, yaitu 70:30 asumsi dari nilai Produksi. Alokasi Ujrah meliputi biaya akuisisi, biaya operasional, ujrah RA dan dari itu semua akan diketahui margin ujrahnya mengalami surplus atau defisit. 1. Biaya Akuisisi pada tahun 2006 sebesar Rp 107.392.776.199. Angka tersebut dihasilkan dari Jumlah produksi yakni 5. Penetapan biaya biaya akuisisi tidak terlalu besar, karena produk asuransi bencana ini merupakan asuransi wajib yang harus didukung oleh undang-undang. Mengingat alokasi biaya akuisisi untuk biaya agen asuransi syariah, diskon, hadiah dan lain-lain, maka oleh karena itu biaya akuisisi tidak terlalu diperlukan. 2. Biaya operasional pada tahun 2006 sebesar Rp 322.178.328.596. Biaya operasional ini adalah biaya untuk administrasi, biaya pemasaran dan lain-lain. Penetapan biaya operasional sebesar 15 dari jumlah produksi. 3. Ujrah RA pada tahun 2006 sebesar Rp 75.174.943.939. Penetapan biaya ujrah RA sebesar 10 dari tabarru RA. 68 4. Dari biaya akuisisi, biaya operasional dan ujrah RA, maka akan didapatkan margin ujrahnya, pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 139.610.609.058. Disini terlihat bahwa di tahun 2006 ini ternyata margin ujrahnya mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dana tabarru’ merupakan dana kolektif di antara peserta yang hanya boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru’ dan reasuransi syariah. 1. Investasi pada tahun 2006 sebesar Rp 451.049.660.035. Angka ini dihasilkan dari pengasumsian alokasi dana tabarru pada tahun tersebut untuk investasi sebesar 30. Dari investasi tersebut, maka perusahaan asuransi syariah akan mendapatkan hasil investasi dengan asumsi 8 yaitu sebesar Rp 36.083.972.803. Hasil investasi tersebut maka akan dibagi dua, yaitu untuk perusahaan dan untuk dana tabarru’. 2. Beban tabarru’ meliputi tabarru RA, pembayaran klaim, cadangan teknis dan juga pendapatan dari hasil investasi dan pencairan cadangan teknis. Dari hal itu itu semua, maka perusahaan asuransi syariah akan mengalami surplus atau defisit. a. Tabarru’ RA pada tahun 2006 sebesar Rp 751.749.433.392. Angka ini dihasilkan dari pengasumsian alokasi dana tabarru’ pada tahun tersebut untuk tabarru RA sebesar 50. 69 b. Perusahaan asuransi syariah harus membayarkan klaim pada tahun 2006 sebesar Rp 115.422.286.014. Angka ini dihasilkan dari data asuransi Maipark pada tahun tersebut tabel 4.4. pengertian dari klaim tersebut adalah proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian tersebut. Oleh karena itu, penting bagi pengelola asuransi bencana syariah untuk mengatasi klaim secara efisiensi walaupun risiko dari bencana alam ini sangat luas. c. Cadangan teknis pada tahun 2006 sebesar Rp 300.699.773.357. Angka ini dihasilkan dari pengasumsian alokasi dana tabarru’ setelah pembayaran kepada pihak reasuransi pada tahun tersebut sebesar 40. Cadangan teknis pada tahun 2006 akan di cairkan pada tahun 2007, dan begitu juga selanjutnya. 3. Surplus yang dihasilkan pada tahun 2006 sebesar Rp 620.678.549.380. Dengan surplus ini maka perusahaan asuransi syariah akan memilki cadangan dana tabarru untuk bencana alam sebesar Rp 465.508.912.035. Angka ini dihasilkan dari asumsi pengalokasian surplus sebesar 75. mengingat bencana alam merupakan risiko fundamental. 70 B.3 Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana tahun 2007 Berdasarkan simulasi dari tabel 4.4, maka dapat dikatakan jumlah produksi atau premi yang dihasilkan oleh suatu perusahaan asuransi syariah yang terjadi pada tahun 2007 sebesar Rp 1.520.546.531.996. Jumlah produksi atau premi yang dibayar peserta, dimasukkan ke dalam kumpulan uang peserta insurance fund yang berfungsi sebagai investasi dan sumbangan tabarru’ untuk menutupi klaim apabila terjadi musibah pada peserta asuransi. Dari jumlah produksi atau premi peserta asuransi syariah yang terkumpul tersebut akan dikelola oleh suatu perusahaan asuransi syariah dengan memisahkan jumlah produksi yang terkumpul menjadi 2 bagian, yaitu ke dalam dana pengelola ujrah dan dana tabarru’. Ujrah yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi syariah pada tahun 2007 sebesar Rp 456.163.959.599. Ujrah ini dihasilkan dari perbandingan dengan tabarru’, yaitu 70:30 asumsi dari nilai Produksi. Alokasi Ujrah meliputi biaya akuisisi, biaya operasional, ujrah RA dan dari itu semua akan diketahui margin ujrahnya mengalami surplus atau defisit. 1. Biaya Akuisisi pada tahun 2007 sebesar Rp 76.027.326.600. Angka tersebut dihasilkan dari Jumlah produksi yakni 5. Penetapan biaya biaya akuisisi tidak terlalu besar, karena produk asuransi bencana ini merupakan asuransi wajib yang harus didukung oleh undang-undang. Mengingat alokasi biaya akuisisi untuk 71 biaya agen asuransi syariah, diskon, hadiah dan lain-lain, maka oleh karena itu biaya akuisisi tidak terlalu diperlukan. 2. Biaya operasional pada tahun 2007 sebesar Rp 228.081.979.799. Biaya operasional ini adalah biaya untuk administrasi, biaya pemasaran dan lain-lain. Penetapan biaya operasional sebesar 15 dari jumlah produksi. 3. Ujrah RA pada tahun 2007 sebesar Rp 53.219.128.620. Penetapan biaya ujrah RA sebesar 10 dari tabarru RA. 4. Dari biaya akuisisi, biaya operasional dan ujrah RA, maka akan didapatkan margin ujrahnya, pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 98.835.524.580. Disini terlihat bahwa di tahun 2007, ternyata margin ujrahnya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Dana tabarru’ merupakan dana kolektif di antara peserta yang hanya boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru’ dan reasuransi syariah. 1. Investasi pada tahun 2007 sebesar Rp 319.314.771.719. Angka ini dihasilkan dari pengasumsian alokasi dana tabarru pada tahun tersebut untuk investasi sebesar 30. Dari investasi tersebut, maka perusahaan asuransi syariah akan mendapatkan hasil investasi dengan asumsi 8 yaitu pada tahun 2007 sebesar Rp 25.545.181.738. Hasil investasi tersebut maka akan dibagi dua, yaitu untuk perusahaan dan untuk dana tabarru’. 72 2. Beban tabarru’ meliputi tabarru RA, pembayaran klaim, cadangan teknis dan juga pendapatan dari hasil investasi dan pencairan cadangan teknis. Dari hal itu itu semua, maka perusahaan asuransi syariah akan mengalami surplus atau defisit. a. Tabarru’ RA pada tahun 2007 sebesar Rp 532.191.286.199. Angka ini dihasilkan pengasumsian alokasi dana tabarru’ pada tahun tersebut untuk tabarru RA sebesar 50. b. Perusahaan asuransi syariah harus membayarkan klaim pada tahun 2007 sebesar Rp 208.158.816.758. Angka ini dihasilkan dari data asuransi Maipark pada tahun tersebut tabel 4.4. pengertian dari klaim tersebut adalah proses yang mana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian tersebut. Oleh karena itu, penting bagi pengelola asuransi bencana syariah untuk mengatasi klaim secara efisiensi walaupun risiko dari bencana alam ini sangat luas. c. Cadangan teknis pada tahun 2007 sebesar Rp 212.876.514.479. Angka ini dihasilkan dari pengasumsian alokasi dana tabarru’ setelah pembayaran kepada pihak reasuransi pada tahun tersebut sebesar 40. Cadangan teknis pada tahun 2007 akan di cairkan pada tahun 2008, dan begitu juga selanjutnya. 3. Surplus yang dihasilkan pada tahun 2007 sebesar Rp 424.628.319.187. Dengan surplus ini maka perusahaan asuransi syariah akan memilki cadangan dana 73 tabarru untuk bencana alam sebesar Rp 318.471.239.390. Angka ini dihasilkan dari asumsi pengalokasian surplus sebesar 75. mengingat bencana alam merupakan risiko fundamental.

C. Solusi Asuransi Syariah Dalam Penanggulangan Bencana Alam