Nilai Rupiah dalam Negeri

berbentuk simpanan rupiah dan valuta asing masyarakat yang sementara kehilangan fungsinya sebagai alat tukar. 36

b. Nilai Rupiah dalam Negeri

Menggunakan dinar sebagai penopang rupiah adalah sama dengan sistem moneter pada masa nilai tukar emas tahun 1925 - 1931 dan masa Bretton Woods System pada tahun 1946 - 1971. Pada masa tersebut, setiap negara menggunakan emas sebagai standar alat tukarnya. Sistem moneter yang dihasilkan oleh kedua masa tersebut adalah sistem moneter dengan nilai tukar yang lebih kuat dan stabil. Dari perdagangan dengan kawasan OKI, Indonesia memperoleh surplus perdagangan sebesar 57,85 juta dinar atau sekitar 7,81 milyar dolar. Uang sejumlah 57,85 juta dinar tersebut selain menjadi pemasukan bagi keuangan pemerintah, juga bisa digunakan untuk menopang rupiah dalam negeri. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan rupiah yang lebih kuat dan stabil. Menjadikan dinar sebagai penopang rupiah, akan membatasi pemerintah untuk mencetak rupiah dalam jumlah yang berlebih. Karena mencetak rupiah akan mengikuti jumlah cadangan emas yang dimiliki pemerintah. Emas adalah logam mulia yang bernilai stabil, sekalipun emas bisa berfluktuasi, tetapi tingkat fluktuasinya lebih kecil dibandingkan dengan fluktuasi uang fiat saat ini. Dengan kestabilan nilai emas tersebut, maka rupiah akan ikut menjadi stabil pula. Jika rupiah mengikuti nilai mata uang asing yang ada di 36 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002, h. 285-286. pasar, maka tingkat fluktuasinya akan mngikuti dari fluktuasi mata uang asing tersebut. Menggunakan cadangan dinar untuk menopang rupiah, memang bukan suatu cara yang ideal untuk menghindari dampak dari sistem moneter uang fiat saat ini. Karena kemungkinan terjadinya inflasi, spekulasi dan permasalahan uang fiat lainnya terhadap rupiah masih terbuka lebar. Tetapi satu hal yang mejadi catatan disini adalah bahwa menopang rupiah dengan sejumlah dinar akan memberikan pengaruh yang lebih baik jika dibandingkan dengan rupiah tidak ditopang dengan nilai apapun. Walaupun menopang rupiah dengan cadangan dinar sama dengan sistem standar nilai tukar dan sistem Bretton Wood yang dinilai gagal karena tidak bertahan lama, tetapi sejarah membuktikan bahwa kedua sistem tersebut telah memberikan kestabilan sistem moneter semasa kedua sistem tersebut digunakan. Kegagalan dan berakhirnya sistem tersebut disebabkan oleh beberapa negara yang mencetak uangnya melebihi cadangan emas yang mereka miliki yang membawa mereka kepada kebangkrutan ekonomi. Selain itu, runtuhnya sistem moneter standar emas juga disebabkan banyaknya negara yang melanggar ketetapan yang telah disepakati untuk mewujudkan stabilitas sistem moneter global. Seperti yang dilakukan Amerika dengan mencetak dolar untuk menutupi defisit eksternal yang disebabkan oleh defisit perdagangan dan biaya perang. 37

3. Pengaruh terhadap Industri Perbankan