Kriteria yang ketiga adalah tingkat penerimaan acceptability dan keluwesannya flexibility. Fiat money untuk dua hal ini menunjukkan
keunggulannya. Fiat money jauh lebih fleksibel ketimbang uang koin. Fiat money membuat para penggunanya merasa nyaman. Bisa dibawa dalam jumlah relatif
besar kemana-mana, mudah disimpan dan tidak memberatkan. Keistimewaan ini tidak ditemukan dalam uang koin emas atau perak.
Dan akhirnya, mengingat situasi bisnis dunia yang terus berubah, sebuah mata uang ideal semestinya juga melindungi dirinya sendiri dari kemungkinan risiko
eksternal. Para trader pengguna fiat money, misalnya, perlu melakukan hedging untuk melindungi mata uangnya dari risiko perubahan kurs. Sementara bila emas
yang digunakan untuk alat pembayaran transaksi, upaya hedging yang tentu membutuhkan biaya tak sedikit, tidak diperlukan. Meera 2004 menandaskan
berbeda dengan fiat money, emas memiliki nilai intrinsik yang menjadi garansi dan perlindungan dari kemungkinan gencetan situasi eksternal yang tak
diinginkan. Karena emas menjadi bernilai bukan karena dekrit atau diundangkan oleh suatu negara sebagaimana fiat money, tetapi karena kandungan logam
mulianya yang diakui semua orang.
5. Keandalan Dinar sebagai Alat Pembayaran
Keandalan emas di kancah sejarah tak terbantahkan. Walau emas telah dihentikan fungsinya sebagai uang pada tahun 1914, tetap saja komoditi satu ini
diterima sebagai alat pembayaran perdagangan internasional, karena nilainya.
Logam mulia memiliki nilai jual, yang tidak dimiliki uang kertas. Berbeda dengan fiat money
, emas sulit mengalami inflasi karena pemerintah tak mungkin mencetak koin emas atau uang kertas yang sepenuhnya didukung emas secara
tidak terbatas unlimited, karena pencetakan itu sangat tergantung pada tersedianya logam emas itu sendiri yang sifatnya langka scare dan terbatas
limited. Begitupun, emas tidak bisa didevaluasi melalui sebuah dekrit oleh pemerintahan tertentu, karena emas akan mengikuti harga pasar yang berlaku.
21
Sebagai komoditi, emas menunjukkan kinerjanya yang andal, khususnya dari aspek stabilitas sepanjang sejarah. Grafik memperlihatkan kepada kita betapa dari
tahun 1792 sampai 1972, harga emas hanya berubah secara signifikan empat kali. Pada tahun 1792 harga emas mencapai 19,75 dolar AS. Kemudian berturut-turut
harga emas merangkak naik pada tahun 1834, 1934 dan 1972 menjadi masing- masing 21, 35 dan 38 dolar AS. Setelah sistem Bretton Woods kolaps, harga emas
kemudian berfluktuasi hingga sekarang. Stabilitas emas, apakah itu dipakai sebagai medium alat tukar uang ataupun
sebagai komoditi diyakini sebagai faktor kuat yang bisa menjaga perekonomian berada dalam jalurnya. Bahkan, Greenspan 1996, sebelum menjadi gubernur
The Fed, meyakini dan menegaskan peran emas dalam ikut menstabilkan perekonomian. Dia menulis kira-kira diterjemahkan sebagai berikut: “.........emas
dan kebebasan ekonomi tidak bisa dipisahkan satu sama lain, bahwa gold
21
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2007, Cet. Pertama, h. 84.
satndar telah menjadi instrumen bagi berjalannya prinsip laissez-faire “. Lebih
lanjut dia menuturkan betapa di bawah gold standar stabilitas dan pertumbuhan ekonomi terlindungi.
Peranan emas dalam ekonomi pun menjelma menjadi semacam alat pembayaran universal universal money. Disebut uang universal karena ia bisa
digunakan dimanapun, diterima sebagai alat pembayaran dan media penyimpan kekayaan dalam tempo waktu yang sangat panjang. Bahwa akhirnya peranan
emas sebagai alat tukar kemudian dihentikan oleh Amerika yang kemudian diikuti oleh hampir semua negara, tetap saja komoditi satu ini dipakai dalam
penyelesaian sengketa settlement imbalance antara bank sentral dunia.
BAB IV PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN
PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM MONETER INDONESIA
A. Peluang Dinar dalam Perdagangan Internasional
1. Strategi Konsep Dinar dalam Perdagangan Internasional
Ide penerapan gold dinar dalam perdagangan internasional diakui memerlukan keputusan politik yang tidak sederhana. Lantaran itu, perlu kesabaran luar biasa
untuk terus meyakinkan berbagai pihak, khususnya negara-negara muslim untuk akhirnya bisa mencapai kesepakatan yang dimaksud.
22
Agar konsep dinar dapat menjadi mata uang internasional antara negara muslim, maka perlu beberapa strategi yang harus disiapkan, antara lain dapat
ditempuh melalui beberapa tahap, yaitu: Tahap pertama
, negara-negara yang tergabung dalam anggota OKI harus membuat kesepakatankompetensi atau peraturan tentang pembayaran transaksi
perdagangan internasionalnya baik perdagangan secara bilateral maupun multilateral dengan menggunakan mata uang dinar. Hal ini agar mendorong
akselerasi penerapan dinar dalam perdagangan internasional. Karena undang- undang atau peraturan merupakan payung hukum dan instrumen utama demi
22
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007, Cet. Ke-1, hal. 157.