Peraturan Penguasa Militer Nomor PrtPM081957 Peraturan Penguasa Militer Nomor PrtPM0111957

memiliki kewenangan untuk mengadakan pengusutan terhadap tindak pidana korupsi.

b. Peraturan Penguasa Militer Nomor PrtPM081957

Berdasarkan Peraturan Penguasa Militer Kepala Staf Angkatan Darat selaku penguasa militer atas angkatan darat di seluruh wilayah Indonesia,penilikan dilakukan sebagaimanan diatur dalam Pasal 4 PPM PrtPM061957. Dengan demikian, kejaksaan juga memiliki kewenangan dalam penyidikan tindak pidana korupsi. Tindakan penguasa militer dalam hal harta benda, diberitahukan oleh penguasa militer kepada kepala kejaksaan untuk memperhatiakan kemungkinan- kemungkinan adanya suatu tindak pidana, sehingga kejaksaan berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi.

c. Peraturan Penguasa Militer Nomor PrtPM0111957

Dalam PPM Nomor PrtPM0111957 tertanggal 9 April 1957 dan PrtPM081957 tertanggal 27 Mei 1957 tidak ada ketentuan untuk menyita dan merampas harta benda yang diperoleh dengan melakukan perbuatan hukum sehingga dikeluarkan ketentuan KSAD selaku penguasa militer atas daerah angkatan darat seluruh Indonesia. Dalam Pasal 3 ditentuan bahwa : “Dalam mengambil tindakan tersebut dalam Pasal 2, penguasa militer mendengar petunjuk nasihat Jaksa Agung.” Yang kemudian diperjelas kembali dalam penjelasan pasal 3 yakni : Universitas Sumatera Utara “Tindakan koreksi yang dilakukan oleh Penguasa Militer pada dasarnya ialah mengembalikan kekayaan itu pada negara dan agar tindakan itu tidak disalahgunakan, selalu harus diminta petunjuk nasihat dari Jaksa Agung. Dalam hal pengambilan untuk dimiliki, maka hak milik harus segera berpindah kepadanya.” d. Peraturan Penguasa Perang Pusat Nomor PrtPeperpu0131958 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan Pembuatan Korupsi Pidana dan Penilikan Harta Benda Peraturan-peraturan yang selama mengatur mengenai perbuatan korupsi ialah Prt. Nomor 06, 08, 011. Menurut ketentuan Pasal 60 Undang-Undang Keadaan Berbahaya Nomor 74 Tahun 1957 tanggal 17 April 1958 tidak berlaku lagi dengan sendirinya menurut hukum. Dengan demikian, dikeluarkanlah Peraturan Penguasa Perang Pusat Angkatan Darat tentang Pengusutan, Penunntutan, dan Pemeriksaan Perbuatan Korupsi Pidana dan Penilikan Harta Benda Nomor PrtPM0131958, dan kepala kejaksaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 yang menyatakan bahwa : “Di tiap-tiap wilayah Pengadilan Tinggi diadakan suatu Badan Koordinasi Penilikan Harta Benda yang selanjutnya disebut Badan Koordinasi yang dipimpin oleh Pengawas Kepala Kejaksaan-Kejaksaan Pengadilan Negeri Provinsi setempat dan yang mempunyai hak mengadakan penilikan harta benda setiap orang dan setiap badan, jika ada petunjuk kuat, bahwa harta benda itu diperoleh dengan jalan yang diuraikan dalam Pasal 3” Universitas Sumatera Utara e. Undang-Undang Nomor 24 Prp. Tahun 1960 tentang Pengusutan Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi menjadi undang- undang berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 Dalam Pasal 2 ayat 1 disebutkan : “Aturan-aturan mengenai pengusutan dan penuntutan menurut peraturan biasa, berlaku bagi perkara korupsi, sekadar tidak ditentukan dalam peraturan lain.” Isi dari Pasal 2 di atas menjelaskan bahwa jaksa tetap sebagai penyidik dalam kasus korupsi. Sedangkan dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 8 menjelaskan mengenai kewenangan-kewenangan yang dimiliki jaksa dalam kaitannya dengan mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk kepentingan pengusutan dan penuntutan.

f. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi