telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo. Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK.
29
3. Tugas dan Kewenangan Kejaksaan
Jaksa sebagai penuntut umum dalam perkara pidana harus mengetahui secara jelas pekerjaan yang dilakukan penyidik dari permulaan hingga terakhir yang seluruh
pekerjaan yang dilakukan berdasarkan hukum. Jaksa akan mempertanggung jawabkan semua perlakuan terhadap terdakwa yang dimulai dari tersangka disidik, kemudian
diperiksa perkaranya lalu ditahan dan yang terakhir apakah tuntutan yang dilakukan oleh jaksa telah sah dan benar atau tidak menurut hukum dan keadilan yang dirasakan
oleh masyarakat dipenuhi. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan dalam Pasal 30,
Pasal 35 mengatur mengenai tugas dan kewenangan Jaksa dan Jaksa Agung. Dalam Pasal 30 UU No. 16 Tahun 2004 menyebutkan :
1 Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :
a. Melakukan penuntutan ;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap ; c.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat ;
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang ;
29
Yudi Kristiana, Independensi Kejaksaan Dalam Penyidikan Korupsi, Penerbit P.T.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal 85-89
Universitas Sumatera Utara
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasi dengan penyidik.
2 Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
3 Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan : a.
Peningkatan kesadaran hukum masyarakat ; b.
Pengamanan kebijakan penegak hukum ; c.
Pengawasan peredaran barang cetakan ; d.
Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara ;
e. Pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama ;
f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
Pasal 35 UU No. 16 Tahun 2004 menyebutkan : Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang :
a. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan keadilan
dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan ; b.
Mengefektifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh undang-undang ; c.
Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum ; d.
Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata dan tata usaha negara ;
Universitas Sumatera Utara
e. Dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada Mahkamah Agung
dalam pemeriksaan kasasi perkara pidana ; f.
Mencegah atau menangkal orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia karena keterlibatannya dalam perkara
pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, kewenangan kejaksaan dalam penyidikan tindak pidana
korupsi berdasarkan Undang-Undang Kejaksaan telah semakin jelas eksistensinya.
B.
PERANAN KEJAKSAAN
Berdasarkan ketentuan Pasal 284 ayat 2 KUHAP jo. Pasal 17 PP No. 27 Tahun 1983 jo. Pasal 26 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 44 ayat 4 serta Pasal 50 ayat 1,2, 3 dan 4 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 30 huruf d Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Kejaksaan adalah salah satu
institusi penegak hukum yang masih diberi wewenang melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Disamping itu, Kepolisian Negara RI
berdasarkan Pasal 6 ayat 1 huruf a KUHAP jo. Pasal 14 ayat 1 huruf g Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
Komisi Pemberantasan Tindak Tahun 2002 tentang KPK, bahkan KPK tidak saja diberi wewenang melakukan penyidikan, tetapi juga dapat melakukan penuntutan
sendiri terhadap tindak pidana korupsi. Kejaksaan di dalam melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan
dan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh undang-undang tersebut, sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
ketentuan Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang dilaksanakan secara merdeka, artinya sesuai dengan penjelasan pasal tersebut, terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Sebagai landasan pijak Kejaksaan dalam melaksanakan tugas dan
kewenagannya melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi mengacu kepada Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai hukum pidana materiil dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
KUHAP sebagai hukum pidana formil.
30
1. Semua penyidikan perkara-perkara korupsi yang masih ada di seluruh Kejati
dan Kejari agar dituntaskan dalam waktu 3 tiga bulan; Di dalam praktik, meskipun secara fungsional kejaksaan melaksanakan tugas
penegakan hukum bebas dari pengaruh kekuasaan pihak manapun dan dilaksanakan secara merdeka terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan
lainnya, tetapi secara struktural kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan harus sejalan dengan politik kriminal yang digariskan oleh pemerintah, mengingat Kejaksaan adalah
lembaga pemerintahan sebagaimana ditentukan oleh Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004.
Selaku Jaksa Agung, MA Rachman, dalam upaya lebih memacu kinerja
jajaran Kejaksaan dalam pemberantasan korupsi, di awal masa jabatannya telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor : SE-007AJ.A112004 tanggal 26 Nopember
2004 tentang Peningkatan Penanganan Perkara-Perkara Tindak Pidana Korupsi se- Indonesia, yang pada pokoknya menginstruksikan:
30
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadilah, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, P.T. Refika, Jakarta, 2008, hal 18-19
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk perkara korupsi yang pentingmenarik perhatian masyarakat
menyangkut pejabat negara, legislatifeksekutif atau tokoh masyarakat bisnis agar diutamakan penyelesaiannya, dan dalam waktu 1 satu bulan ini segera
melaporkan perkembangannya kepada Kejaksaan Agung; dan Kajati serta Kajari bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyidikan, penuntutan, dan
eksekusi, perkara-perkara pidana khusus, antara lain pemberkasan perkara, penyusunan surat-surat dakwaan, requisitoir, memori banding, kasasi dan
kontra memorinya, serta eksekusi putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap in kracht van gewijsde dalam waktu secepatnya.
3. Terhadap seseorang yang ditetapkan sebagai tersangka atau terdakwa dalam
perkara tindak pidana korupsi, sesegera mungkin dilakukan pencekalan, agar tidak dapat melarikan diri ke luar negeri;
4. Untuk memberikan efek jera deterrent effect dan daya tangkal prevancy
effect, telah diinstruksikan kepada Kejati dan Kejari agar tidak ragu-ragu menuntut dengan ancaman hukuman yang tinggi kepada pelaku korupsi,
bahkan bila perlu secara kasuistis dituntut hukuman mati, bilamana perbuatannya memenuhi kriteria Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No. 31
Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana dinyatakan dalam penjelesannya, bahwa
“apabila tindak pidana korupsi itu dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang berlaku, pada waktu
terjadinya bencana alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau pada waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi dan moneter”.
Universitas Sumatera Utara
Dengan berbagai kebijakan tersebut perkara-perkara tindak pidana korupsi yang digulirkan ke pengadilan meningkat tajam. Sebagai ilustrasi, dari bulan Oktober
2004 s.d. Agustus 2005, telah diselesaikan penyidikan tindak pidana korupsi di seluruh Indonesia sebanyak lebih dari 280 perkara dengan perkiraan jumlah kerugian negara
lebih dari Rp. 4.6 triliun, dibandingkan periode tahun lalu yang hanya 230 perkara. Meskipun demikian, nampaknya upaya tersebut masih belum juga mampu
menekan laju peningkatan kasus-kasus korupsi, selain itu masih ada saja tersangka atau terdakwa tindak pidana korupsi yang berhasil melarikan diri ke luar negeri.
Dalam hal menetapkan strategi yang tepat, BPKP melalui Lokakarya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi di Indonesia sebagaimana telah diuraikan
pada bab terdahulu telah merumuskan tiga bentuk strategi pemberantasan korupsi secara nasional, yaitui strategi persuasif, ii strategi detektif, dan iii strategi
represif. Jika ingin mengacu kepada ketiga strategi tersebut, maka pemberantasan
korupsi harus dilakukan secara simultan dan terintegarasi, tidak hanya semata-mata menggunakan strategi represif saja, yaitu instrumen pidana; mengingat instrumen
pidana tersebut hanya bersifat simptomatik. Jadi, agar pemberantasan korupsi dapat berhasil dengan baik, diharapkan seluruh komponen bangsa dilibatkan, di samping
menanggulangi juga faktor-faktor yang menstimulasinya, seperti kesejahteraan, keimananintegritas moral, sikap hidup yang konsumtif dan meningkatkan pengawasan
secara efektif dan efisien.
31
31
Ibid, hal 19-20
Universitas Sumatera Utara
KENDALA DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI.
Penegakan hukum atas tindak pidana korupsi tidaklah dapat berjalan seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Penegakan hukum adalah suatu proses sesuai
dengan sistem hukum yang berlaku. Dengan demikian harus mengikuti kaedah-kaedah hukum acara yang berlaku.
Hal ini tentu saja akan dirasakan sebagai suatu kendala apalagi dalam situasi masyarakat dalam era reformasi yang menuntut perubahan dengan cepat, maka proses
hukum dapat dianggap lamban sebagai upaya penyelesaian masalah. Selain hal tersebut penanganan terhadap tindak pidana korupsi juga tidak seperti menangani tindak pidana
pada umumnya. Hal tersebut terjadi demikian oleh karena pelaku tindak pidana korupsi umumnya memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, menguasai permasalahan pada
sektor dimana ia melakukan korupsi, mengetahui celah-celah dari peraturan yang berkaitan dengan sasaran yang akan dikorupsi sehingga dengan cerdiknya ia
memanfaatkan celah-celah dari peraturan tersebut untuk mengeluarkan dan memanfaatkan keuangan negara untuk kepentingannya sendiri dan atau untuk
kepentingan teman-temannya atau orang lain. Ia telah memiliki wawasan atau pengalaman pada bidang sasaran yang dikorupsi sehingga ia telah merencanakan
perbuatan yang akan dilakukan dan merencanakan dengan cara bagaimana berkelit dari jeratan hukum.
Dalam praktek, sesungguhnya kendala yang dihadapi dalam penegakan hukum disebabkan oleh hal-hal yang bersifat teknis hukum dan ada yang diluar teknis hukum.
Universitas Sumatera Utara
1. Kendala Teknis Yuridis