Cara Penyelesaian Bila Terjadi Wanprestasi

B. Cara Penyelesaian Bila Terjadi Wanprestasi

Wanprestasi atau tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu : 1. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhinya kewajiban maupun karena kelalaian, 2. Karena keadaan memaksa overmacht, force majeure, jadi di luar kemampuan debitur, dalam arti bahwa debitur di sini dianggap tidak bersalah. Adanya kesalahan harus dipenuhi syarat-syarat : a. Perbuatan yang dilakukan harus dapat dihindarkan. b. Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan kepada pembuat, yaitu bahwa orang tersebut dapat menduga tentang akibatnya. Apakah suatu akibat itu dapat diduga atau tidak, akan tetapi harus diukur secara objektif dan subjektif. Objektif yaitu apabila menurut manusia yang normal akibat tersebut dapat diduga dan subjektif jika akibat tersebut menurut keahlian seseorang dapat diduga. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kesalahan mempunyai pengertian yaitu dalam arti luas yang meliputi kesengajaan dan kelalaian, dan dalam arti sempit yang hanya meliputi kelalaian saja. 1. Kesengajaan Kesengajaan adalah perbuatan yang dilakukan dengan diketahui dan dikehendaki. Terjadinya kesengajaan tidak diperlukan adanya maksud untuk menimbulkan kerugian kepada orang lain. Cukup kiranya jika si pembuat walaupun mengetahui akan akibatnya akan tetap melakukan perbuatan. Sedangkan kelalaian adalah perbuatan dimana si pembuatnya mengetahui akan kemungkinan terjadinya akibat yang merugikan orang lain. Pelaksanakan suatu perikatan seseorang juga bertanggung jawab untuk perbuatan-perbuatan dari orang yang di bawah tanggungannya. Jadi dalam hal ini diperbolehkan untuk membuat persetujuan yang meniadakan tanggungjawab yang terjadi akibat kesengajaan atau kelalaian dari orang yang di bawah perintahnya, untuk mengetahui sejak kapan debitur dalam keadaan wanprestasi, undang-undang memberikan upaya hukum dengan suatu pernyataan lalai ingebrekestelling, sommasi. Pernyataan lalai adalah pesan pemberitahuan dari kreditur kepada debitur dengan mana kreditur memberitahukan pada saat kapankah selambat- lambatnya kreditur mengharapkan pemenuhan prestasi, dengan pesan ini kreditur menentukan dengan pasti pada saat manakah debitur dalam kesalahan dalam arti luas dalam arti sempit. 2. Kelalaian Kelalaian keadaan ingkar janji, manakala seseorang tidak memenuhi prestasinya, sejak saat itu pulalah debitur harus menanggung akibat-akibat yang merugikan yang disebabkan tidak dipenuhinya prestasi. Jadi dalam hal ini fungsi penetapan lalai adalah merupakan upaya hukum untuk menentukan kapan saat terjadinya ingkar janji. Ada tiga bentuk wanprestasi yaitu : a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali b. Terlambat memenuhi prestasi. c. Memenuhi prestasi secara tidak baik. Mengingat adanya bentuk wanprestasi maka penetapan lalai ada yang diperlukan dan ada yang tidak dibutuhkan : a. Apabila debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali maka pernyataan lalai tidak diperlukan, kreditur langsung minta ganti kerugian. b. Hal debitur terlambat memenuhi prestasi maka pernyataan lalai diperlukan karena debitur dianggap masih dapat berprestasi. c. Jika debitur keliru dalam memenuhi prestasi, Hoge Raad berpendapat pernyataan lalai perlu, tetapi Meijers berpendapat lain, apabila karena kekeliruan debitur kemudian terjadi pemutusan perjanjian yang positif, pernyataan lalai tidak perlu. Pemutusan perjanjian yang positif adalah dengan prestasi debitur yang keliru itu menyebabkan kerugian kepada milik lainya dari kreditur, misalnya investor memesan saham PT. A tapi emiten beli saham dari PT. B dan saham dari PT. B harganya tidak bagus, sehingga yang harusnya untung menjadi rugi, sedangkan pemutusan perjanjian yang negatif adalah dengan prestasi debitur yang keliru tidak menimbulkan kerugian pada milik laiin kreditur, dalam hal ini maka pernyataan lalai diperlukan. Wanprestasi diperlukan lebih dahulu suatu proses, seperti Pernyataan lalai inmorastelling, negligent of expression, inter pellatio, ingeberkestelling. Hal ini sebagaimana dimaksud Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu atau jika ternyata dalam perjanjian tersebut terdapat klausul yang mengatakan debitur langsung dianggap lalai tanpa memerlukan somasi summon atau peringatan. Hal ini diperkuat yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor. 186 KSip1959 tanggal 1 Juli 1959 yang menyatakan: “apabila perjanjian secara tegas menentukan kapan pemenuhan perjanjian, menurut hukum, debitur belum dapat dikatakan alpa memenuhi kewajiban sebelum hal itu dinyatakan kepadanya secara tertulis oleh pihak kreditur”. Perbuatan melawan hukum, hak menuntut dapat dilakukan tanpa diperlukan somasi. Sekali timbul perbuatan melawan hukum, saat itu juga pihak yang dirugikan langsung dapat menuntutnya action, claim, rechtvordering. Perbuatan melawan hukum lahir karena undang-undang, bahwa perbuatan melawan hukum bukan karena perjanjian yang berdasarkan persetujuan dan perbuatan melawan hukum merupakan akibat perbuatan manusia yang ditentukan sendiri oleh undang-undang. Ada 2 kriteria perbuatan melawan hukum yang merupakan akibat perbuatan manusia, yakni perbuatan manusia yang sesuai dengan hukum rechtmagitg, lawfull atau yang tidak sesuai dengan hukum onrechtmatig, unlawfull. Dari 2 kriteria tersebut, maka akan dapat menentukan apakah bentuk perbuatan melawan hukum tersebut berupa pelanggaran pidana factum delictum, kesalahan perdata law of tort atau betindih sekaligus delik pidana dengan kesalahan perdata. Dalam hal terdapat kedua kesalahan delik pidana sekaligus kesalahan perdata maka sekaligus pula dapat dituntut hukuman pidana dan pertanggung jawaban perdata civil liability 51 1. Mengganti kerugian. . Wanprestasi membawa akibat yang merugikan bagi debitur karena sejak saat itu debitur harus : 2. Benda yang dijadikan objek dari perikatan sejak saat tidak dipenuhinya kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur. 3. Jika perikatan itu timbul dari perjanjian yang timbal balik, kreditur dapat meminta pembatalan pemutusan perjanjian. Jika debitur melakukan wanprestasi maka kreditur dapat menuntut salah satu dari lima kemungkinan sebagai berikut : 1. Dapat menuntut pembatalan atau pemutusan perjanjian. 2. Dapat menuntut pemenuhan perjanjian. 3. Dapat menuntut penggantian kerugian. 4. Dapat menuntut pembatalan dan penggantian kerugian. 5. Dapat menuntut pemenuhan dan pengganti kerugian. Kerugian yang bisa dimintakan penggantikan itu tidak hanya biaya-biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan kosten, atau kerugian yang sungguh- sungguh menimpa benda si berpiutang schaden, tetapi juga berupa kehilangan 51 Wahyu kuncoro, Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum, http:advokatku.blogspot.com200901wanprestasi-dan-perbuatan-melawan-hukum.html diakses pada tanggal 25 Maret 2012. keuntungan interessen, yaitu keuntungan yang didapat seandainya siberhutang tidak lalai winstderving. Ganti rugi sering diperinci meliputi tinga unsur, yakni: a. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak; b. Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibat oleh kelalaian si debitur; c. Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung oleh kreditur. Kerugian yang harus diganti meliputi kerugian yang dapat diduga dan merupakan akibat langsung dari wanprestasi, artinya ada hubungan sebab-akibat antara wanprestasi dengan kerugian yang diderita. Berkaitan dengan hal ini ada dua sarjana yang mengemukakan teori tentang sebab-akibat yaitu: 1 Conditio Sine qua Non Von Buri Menyatakan bahwa suatu peristiwa A adalah sebab dari peristiwa B peristiwa lain dan peristiwa B tidak akan terjadi jika tidak ada pristiwa A 2 Adequated Veroorzaking Von Kries Menyatakan bahwa suatu peristiwa A adalah sebab dari peristiwa B peristiwa lain. Bila peristiwa A menurut pengalaman manusia yang normal diduga mampu menimbulkan akibat peristiwa B. Dari kedua teori diatas maka yang lazim dianut adalah teori Adequated Veroorzaking karena pelaku hanya bertanggung jawab atas kerugian yang selayaknya dapat dianggap sebagai akibat dari perbuatan itu disamping itu teori inilah yang paling mendekati keadilan.

C. Akibat Hukum Wanprestasi di Pasar Modal