Bentuk Hubungan Hukum AKIBAT HUKUM TERJADI WANPRESTASI BAGI PIHAK TRANSAKSI

BAB III AKIBAT HUKUM TERJADI WANPRESTASI BAGI PIHAK TRANSAKSI

DI PASAR MODAL DALAM SISTEM JATS

A. Bentuk Hubungan Hukum

Hubungan hukum rectsveihouding sangatlah terkait dengan hukum. Kalau hukum, meminjam pengertian L.J Van Apeldorn, adalah kekuasaan yang mengatur dan memaksa, maka hubungan-hubungan yang diatur hukum disebut hubungan hukum. Istilah hubungan hukum juga sering disebut dengan hukum subjektif. Hal itu karena hukum kaidahperaturan tersebut dihubungkan dengan sesorang tertentuobjeknya tertentu. 44 Adapun subjek hukum adalah segala sesuatu yang memperoleh hak dan kewajiban. Kaidah-kaidah hukum yang berisi perintah, larangan, perkenaan itu ditujukan pada anggota masyarakat. Hukum mengatur hubungan hubungan antara anggota masyarakat, antara subjek hukum. 45 44 L.J. Van Apeldoorn, Pengantar ilmu hukum, Jakarta: Pradnya pramita, 2001 hal.141. 45 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberti, 1999 hal. 67. Mengenai subjek hukum ini, Marwan Mas memberikan paparan definisi yang serupa, namun terdapat sedikit penjelasan yang dirasa dapat lebih mudah di mengerti. Dalam bukunya, Pengantar Ilmu Hukum, Marwan Mas menambahkan bahwa subjek hukum ini, dalm kamus ilmu hukum, disebut juga “orang” atau “pendukung hak dan kewajiban”. Dengan demikian, subjek hukum memiliki kewenangan untuk bertindak menurut tata cara yang ditemtukan atau dibenarkan hukum. Jadi hubungan hukum antara subjek hukum akan berimplikasi pada timbulnya : 46 Mengenai unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya hubungan hukum, setidaknya dibutuhkan tiga unsur yakni : 1 Kewenangan bevoegdheid, yang disebut hak dan, 2 Kewajiban Plicht, adalah segi pasif daripada hubungan hukum. Hak dan kewajiban ini kedua-duanya timbul dari satu peristiwa hukum misalnya jual-beli dari satu pasal hukum objektif pasal 1474 KUH Perdata. Pun lenyapnya hak dan kewajiban secara bersamaan. Contoh ; Pasal 1763 KUH Perdata : Seorang kreditur “berhak”menagih debitur sejumlah uang yang dipinjamkan, sedangkan si debitur “wajib”melunasi jumlah utangnya itu, makla wewenang kreditur dan kewajiban debitur di atas secara bersamaan menjadi lenyap. 47 46 Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum Jakarta: Sinar Grafika, 2007 hal. 207. 47 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000 hal. 40. , 1 Subjek hukum, yaitu pihak-pihak yang melakukan hukum. Disinilah hak dan kewajiban saling berhadapan sebagai konsekwensi dari peristiwa hukum. Contoh : Eko menjual rumahnya kepada Parto 2 Objek hukum, yakni sasaran dari jalannya hukum atau adanya objek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban. Dalam contoh di atas, objeknya adalah rumah. 3 Hubungan pihak-pihak yang melakukan hukum, atau dengan kata lain, hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban. Contoh : A dan B mengadakan hubungan sewa- menyewa rumah. A dan B sebagai pemegang hak dan pengemban kewajiban. Rumah adalah objek yang bersangkutan. Di samping itu, hubungan hukum harus memiliki 2 persyaratan utama yaitu : 1 Adanya alasan hukum, yakni peraturan hukum yang mengatur hubungan tersebut. 2 Adanya peristiwa hukum atau kejadian yang telah diatur oleh hukum dan membawa akibat tertentu dari peristiwa tersebut. Contoh : A dan B mengadakan perjanjian jual beli rumah. Dasar hukumnya pasal 1474 dan pasal 1513 KUH Perdata yang masing- masing menetapkan bahwasanya penjual mempunyai kewajiban menyerahkan barang pasal 1474 KUH Perdata dan sebaliknya si pembeli berkewajiban membayar harga pembelian pasal 1513 KUH Perdata. Karena adanya perjanjian jual beli, maka timbul peristiwa hukum jual- beli, suatu perbuatan hukum yang akibatnya diatur oleh hukum. Dalam sisi praktisi, ada 3 macam jenis hubungan hukum 48 48 Op.cit hal.272. : a. Hubungan hukum yang bersegi satu eenzijdige rechtsbetrekkingen hubungan hukum ini, hanya satu pihak yang berwenang, sementara pihak lain hanya menanggung kewajiban. Jadi, dalam hubungan hukum yang bersegi satu ini hanya ada satu pihak saja yang berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu 1234 KUH Perdata. Contoh : Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, diatur dalam pasal 1239 sampai 1242 KUH Perdata. Pasal 1239 KUH Perdata berbunyi :“Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si penghutang sculdeenaar tidak memenuhi kewajibannya kepada penagih hutang aculdeiser, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban penggantian biaya, rugi dan bunga”. b. Hubungan hukum bersegi dua tweezijdige rechtsbetrekkingen. Dalam hubungan ini, di kedua belah pihak terdapat hak dan kewajiban sekaligus. Misalnya dalam peristiwa jual beli. Pembeli berhak menuntut penyerahan barang dan berkewajiban membayar harga pembelian barang. Sedangkan penjual berhak menuntut pembayaran dan wajib menyerahkan barang dagangan pasal 1457 KUH Perdata. c. Hubungan antara “satu” subjek hukum dengan “semua” subjek hukum yang lainnya. Hubungan seperti ini terdapat dalam hal hak milik eigendomsrecht. Contoh : Menurut pasal 570 KUH Perdata, yang menjadi pemilik tanah berhakberwenang memungut segala kenikmatan genot dari tanah itu, asal saja pemungutan kenikmatan itu tidak dilakukan secara bertentangan dengan peraturan hukum atau bertentangan dengan kepentingan umum. Sebaliknya “semua” subjek hukum lainnya berkewajiban mengakui bahwa yang mempunyai tanah adalah pemiliknya dan berhak memanfaatkan segala kenikmatan dari tanah itu. Disamping tiga macam hubungan di atas, Dudu Duswara menjelaskan pula bahwa ada juga para ahli hukum yang membedakan hubungan hukum menjadi empat 49 WPPE Wakil Perantara Pedagang Efek merupakan wakil dari perusahaan efek yang diberi wewenang untuk mengoperasikan sistem otomatis perdagangan di lantai bursa. Sedangkan yang mengkoordinir dan mengawasi tugas WPPE : a. Hubungan hukum yang sederajat neben ein ander. Dalam lapangan hukum perdata, misalnya hubungan suami istri. b. Hubungan tidak sederajat nach ein ander. Dalam hukum tata Negara, misalnya hubungan penguasa dengan rakyatnya. c. Hubungan tumbal balik, yaitu para pihak sama-sama mempunyai hak dan kewajiban. Misalnya peristiwa jual beli. d. Hubungan yang timpang bukan sepihak, yaitu satu pihak hanya mempunyai hak saja, sedangkan pihak lain hanya mempunyai kewajiban saja. Misalnya pinjam meminjam. 49 Dudu Duswara, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2009 hal.50. adalah Firm Manager, oleh karena itu, sebagai pihak yang sama-sama mempunyai akses di lantai bursa untuk mengoperasikan sistem otomatis transaksi efek, maka antara WPPE dan Firm Manager harus menjalin hubungan satu sama lain, yaitu hubungan antara anggota kelompok WPPE dengan ketua kelompok Firm Manager yang didasarkan kepada Surat Persetujuan dari Anggota Bursa. Dengan kata lain, hubungan yang terbentuk antara WPPE dan Firm Manager adalah hubungan kerja sama untuk melakukan aktivitas perdagangan di lantai bursa dengan menggunakan system otomatis. 50 Hubungan hukum tersebut dapat terlihat antara perusahaan perdagangan efek dengan emiten atau investor, dimana wakil perusahaan efek tersebut WPPEFirm Manager yang mempertemukan order jual maupun order beli dari emiten ke investor atau sebaliknya. Sehingga baik emiten atau investor sebelum memberikan kepercayaan kepada WPPEFirm Manager untuk melaksanakan jual Baik WPPE maupun Firm Manager sama-sama menjadi wakil dari perusahaan efek, sehingga segala perbuatan yang dilakukan oleh mereka menjadi tanggung jawab dari perusahaan efeknya masing-masing. WPPE dan Firm Manager tidak akan dapat melakukan aktivitasnya kalau tidak ada perintah order jual maupun beli dari perusahaan efeknya. Sedangkan perusahaan efek itu sendiri baru dapat memeberi perintah kepada. WPPEFirm Manager nya jika ada order dari nasabahnya. Oleh karena itu, antara perusahaan efek harus pula menjalin hubungan hukum dengan pelaku bursa lainnya yang terlibat dalam kegiatan transaksi efek di bursa. 50 Iswi Hariyani dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta: Visimedia, 2010 hal. 87. beli efek, terlebih dahulu mengadakan kontrak sebagai landasan legalitas jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian pula dengan lembaga depositiry sebagai pihak yang melaksanakan kliring, penyimpanan, penitipan, dan penyelesaian efek, harus memiliki hubungan hukum dengan WPPE Firm Manager. Meskipun WPPEFirm Manager merupakan pihak yang diberi ijin untuk mengoperasikan sistem otomatis dalam pelaksanaan transaksi efek, tetapi harus diingat bahwa penyelesaian transaksi itu tetap dilakukan oleh lembaga depository dalam hal ini KDEI. Begitu juga dengan Biro Administrasi Efek, piak inilah yang mengadministrasikan efek dan aktivitas perdagangan efek di bursa, demikian pula dengan Wali Amanat sebagai pihak yang mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi, paling tidak harus memiliki hubungan hukum dengan WPPE Firm Manager. Hubungan hukum itu pula terlihat pada kewajiban WPPE Firm Manager sebelum melakukan kegiatan transaksi efek dengan sistem otomatis, harus mengirimkan specimen tanda tangannya kepada setiap Anggota Bursa, assosiasi Emiten, assosiasi BAE, Ikatan Pialang, assosiasi Kustodian, LKP dan LPP. Berdasarkan hal tersebut di atas, jelaslah bahwa antara satu pihak dengan pihak lainnya dalam kegiatan transaksi efek dengan sistem otomatis di bursa efek harus mempunyai hubungan koordinasi, agar tercipta mekanisme pasar yang fair dan credible.

B. Cara Penyelesaian Bila Terjadi Wanprestasi