Akibat Hukum Wanprestasi di Pasar Modal

selayaknya dapat dianggap sebagai akibat dari perbuatan itu disamping itu teori inilah yang paling mendekati keadilan.

C. Akibat Hukum Wanprestasi di Pasar Modal

Pada dasarnya kecil kemungkinan wanprestasi di pasar modal adalah karena secara umum dalam industri efek, bisnis di pasar modal adalah bisnis kepercayaan. Semua pihak yang terlibat dalam bisnis ini harus menjunjung tinggi asas ini. Dalam dunia pasar modal ada premis: my word is my bond kata-kataku adalah jaminanku. Oleh karena itu hendaknya setiap transaksi dilandasi dengan itikad baik. Jika terjadi wanprestasi yang berkaitan dengan transaksi efek, maka penyelesaian pertama yang dapat dilakukan adalah mengadukan hal itu kepada BAPEPAM sebagai pengawas pasar modal. Selanjutnya BAPEPAM yang akan menyelesaikan wanprestasi tersebut. Namun demikian tidak menutup kemungkinan ditempuh cara penyelesaian melalui lembaga peradilan. Akan tetapi cara ini biasanya dihindari para pelaku pasar modal karena selain tidak praktis karena waktunya tidak bisa diperkirakan, dampak yang lebih jauh adalah adanya kesan yang kurang baik terhadap corporage image yang telah dibangun sejak lama. Adapun akibat hukum apabila terdapat pihak-pihak yang melakukan wanprestasi adalah pihak yang menimbulkan kerugian wajib mengganti kerugian tersebut sesuai dengan kaidah Hukum Perdata. Secara etika pasar modal, maka akibat bagi pihak yang melakukan wanprestasi adalah pihak tersebut tidak akan diterima lagi dalam kegiatan dunia pasar modal. Hal ini merupakan hukuman yang lebih berat daripada sekedar mengganti kerugian bagi pihak yang dirugikannya. Menurut hukum perdata, ganti rugi yang harus ditanggung oleh pihak yang melakukan wanprestasi dapat hanya sebesar kerugian nyata yang diderita oleh pihak yang dirugikan, dapat pula ganti kerugian sebesar kerugian nyata ditambah dengan potensi keuntungan yang gagal diraih oleh pihak yang dirugikan tersebut. Sebagai contoh, akibat wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan menderita kerugian sebesar Rp 1 milyar. Kerugian tersebut terjadi karena pihak yang dirugikan tidak menerima uang yang seharusnya diterima akibat adanya wanprestasi oleh pihak lawan. Hal ini disebut kerugian nyata yang diderita oleh pihak yang dirugikan. Akan tetapi ternyata uang Rp 1 milyar tersebut sebenarnya akan dibelikan saham perusahaan yang pada saat itu apabila jadi dibeli, maka pihak yang dirugikan tersebut akan mendapat keuntungan sebesar Rp 2 milyar. Akan tetapi karena adanya wanprestasi, maka pihak yang dirugikan tersebut tidak jadi mendapat keuntungan tersebut. Berdasarkan kenyataan ini, maka ganti rugi yang dapat dituntut oleh pihak yang dirugikan berupa kerugian nyata sebesar Rp 1 milyar ditambah dengan potensi keuntungan yang seharusnya diperoleh sebesar Rp 2 milyar, sehingga jumlah totalnya adalah Rp 3 milyar. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam hal ganti kerugian ini hukum perdata tetap berlaku untuk para pelaku pasar modal. Jika perbuatan yang dimaksud termasuk juga pelanggaran hukum pidana, misalnya adanya perbuatan penggelapan, maka pihak yang dirugikan dapat melakukan penuntutan gabungan, baik secara perdata maupun secara pidana. Dalam hal terjadi demikian, maka hukuman yang dapat diterima oleh pihak yang melakukan wanprestasi dapat berupa hukuman penjara dan hukuman ganti rugi sebesar yang dituntut. BAB IV PELAKSANAAN ITIKAD BAIK DALAM PRAKTEK SISTEM PERDAGANGAN EFEK A. Perlindungan Hukum Yang Dapat Diberikan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Investor jika Emiten Melakukan Wanprestasi Dalam Perdagangan Saham pada Jakarta Automatic Trading System JATS Pasar modal Indonesia menyediakan alternatif investasi bagi investor terutama investasi jangka panjang, karena instrumen pasar modal mempunyai sifat likuiditas yang tinggi. Pasar modal Indonesia merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang terbit, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. 52 Kontrak penyelesaian transaksi efek dimaksudkan untuk menjamin kelancaran transaksi efek secara umum di Bursa Efek. Terjadinya kontrak antara nasabah dengan dan Perusahaan Efek jika terjadi pelanggaran hukum maka hukum bisa hadir untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Kontrak tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak, dengan demikian para pihak memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan dan hak yang terjamin. Namun 52 Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: UPP AMP YPKN, 2006 hal. 7 demikian perselisihan dan wanprestasi adalah hal yang tidak dapat dihindarkan sama sekali. Penegakkan hukum di pasar modal menjadi alat terpenting untuk melindungi kepentingan investor dan publik dari praktik yang merugikan baik yang dilakukan oleh emiten maupun konsultan hukum pasar modal. Untuk penyelesaian wanprestasi tentunya akan selalu berkaitan dengan isi perjanjian. Sesuai asas dalam Hukum Perdata; “barangsiapa mendalilkan sesuatu ia harus membuktikannya”. Untuk mendakwa pihak lain telah melakukan wanprestasi, pihak yang menuduh harus membuktikan bahwa pihak yang dituduhnya telah melakukan unsur-unsur perbuatan yang digolongkan sebagai wanprestasi. Adapun ketentuan perdata tentang wanprestasi antara lain meliputi: 1. Terlambat melaksanakan perjanjian. 2. Melaksanakan perjanjian tetapi tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. 3. Sama sekali tidak melaksanakan perjanjian. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dari sasaran pembentukannya, maka ada beberapa hal yang ingin dicapai dalam pelaksanaannya, yaitu : 1. Menciptakan kerangka hukum yang kokoh. 2. Meningkatkan transparansi dan menjamin perlindungan terhadap masyarakat pemodal. 3. Meningkatkan profesionalisme pelaku pasar modal sehingga dapat meningkatkan objektifitas, kewajaran dan efisiensi serta keterbukaan di pasar modal. 4. Menciptakan sistem perdagangan yang aman, efisien dan likuid. 5. Penegakan hukum dengan memberikan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran rambu – rambu hukum di bidang pasar modal yang dilakukan oleh para pelaku pasar modal terkait, baik berupa sanksi administratif, perdata maupun pidana yang berkualifikasi pelanggaran atau kejahatan. 6. Penyediaan kesempatan berinvestasi bagi pemodal kecil. Visi pasar modal Indonesia adalah untuk mewujudkan “ Pasar modal Indonesia sebagai penggerak ekonomi Nasional yang tangguh dan berdaya saing global” dalam visi ini mengambarkan kondisi ideal yang di inginkan semua pelaku para pihak di pasar modal. Bapepam merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari terhadap pasar modal bila terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam bursa efek. Peran Bapepam sebagai Badan Pengawas Pasar Modal mengatur untuk melakukan pembinaan dan pengaturan dan pengawasan sehari-hari pasar modal dengan tujuan mewujudkan tujan dan terciptanya kegiatan pasar yang efisien, dan serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal. 53 Badan Pengawas Pasar Modal yaitu Bapepam berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan selain pengawas Bapepam juga bertujuanr untuk mencegah kerugian, di dalam masyarakat sebagai akibat dari pelanggaran 53 Rusdin, Pasar Modal, Bandung: Alfabeta, 2008 hal. 10. atas ketentuan di bidang pasar modal, baik itu dalam Saham, Obligasi, Waran, Opsi, Reksadana, dan saham-saham lain yang ada di pasar modal. Adanya Bapepam sebagai badan pengawas agar tidak terjadi adanya suatu pelanggaran seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam, atau terjadinya penggelapan. Sehingga adanya kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap investor menyimpan sarana investasi atau menanamkan investasi di pasar modal aman. Pada dasarnya UUPM telah meletakkan landasan bagi penegakkan hukum untuk setiap pelanggaran terhadap kegiatan pasar modal. Perlindungan hukum juga diberikan oleh UUPM Terhadap Investor, jika Emiten Melakukan Wanprestasi Dalam Perdagangan Saham Pada sisitem JATS. Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal memberikan perlindungan hukum terhadap investor yang mengalami kerugian. Bapepam akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang pasar modal, yang antara lain : a. Untuk mencegah investor mengalami kerugian, pemerintah mewajibkan setiap calon emiten untuk mengungkapkan risiko usahanya. b. Investor harus melakukan evaluasi terhadap saham yang akan dibeli. c. Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 yang merupakan landasan hukum bagi pasar modal di Indonesia telah memberikan jaminan kepastian hukum bagi para pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal serta perlindungan bagi investor. d. Konsekuensi perlindungan hukum bagi investor adalah dengan diterapkannya prinsip keterbukaan full and fair disclosure. Selain Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, prinsip keterbukaan tersebut juga di dukung oleh pemanfaatan teknologi secara benar yang tercantum pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tentang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain itu UUPM telah meletakkan landasan bagi penegakkan hukum untuk setiap pelanggaran terhadap kegiatan pasar modal yakni: 1. Sanksi adminsitratif pasal 102 UUPM Sanksi administratif atas pelanggaran-pelanggaran dalam pasar modal, dapat berupa : a. Peringatan tertulis; b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. Pembatasan kegiatan usaha; d. Pembekuan kegiatan usaha; e. Pencabutan izin usaha; f. Pembatalan persetujuan;dan g. Pembatalan pendaftaran. 2. Sanksi Pidana Pasal 103 – Pasal 109 UUPM Menurut penulis UUPM juga telah mengatur secara tegas mengenai perlindungan hukum jika melakukan wanprestasi di dalam perdagangan saham yang jelas pengaturannya dalam Pasal 107 “ Setiap pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan, mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 lima miliar rupiah” 3. Tuntutan ganti rugi secara perdata Pasal 111 UUPM.

B. Penyelesaian Wanprestasi di Pasar Modal Dalam Sistem JATS 1. Alternatif penyelesaian sengketa