Ketentuan-ketentuan Mengenai Akuisisi AKUISISI PERSEROAN TERBATAS BERDASARKAN

D. Ketentuan-ketentuan Mengenai Akuisisi

Pengambilalihan perseroan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih seluruh atau sebagian besar saham yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan terbatas. 86 Berdasarkan ketentuan tersebut, pada perbuatan pengambilalihan terdapat beberapa elemen atas aspek yuridis, antara lain sebagai berikut : 87 1. Pengambilalihan Merupakan Perbuatan Hukum Rechtshandeling, Legal Act Perbuatan hukum pengambilalihan termasuk bidang hukum kontrak atau hukum perjanjian verbintenisseurecht, contract law sebagaimana yang diatur dalam Buku Ketiga KUH Perdata. Khususnya Bab Kedua tentang perikatan- perikatan yang dilakukan dari kontrak atau persetujuan yang meliputi Bagian kesatu mengenai Ketentuan Umum Pasal 1313-1319. Bagian Kedua tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya persetujuan Pasal 1320-1341 dan Bagian Ketiga tentang akibat persetujuan Pasal 1338-1341. Dengan demikian dari segi yuridis pengambilalihan merupakan persetujuan antara pihak yang diambil alih dengan yang mengambil alih. 2. Yang Memiliki Kapasitas Membuat Kesepakatan Pengambilalihan Berdasarkan pengertian pengambilalihan yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perseroan Terbatas, dapat disimpulkan bahwa : 86 Widjaya, I. G. Rai, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas Khusus Pemahaman atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, Jakarta : Kesaint Blanc, 2003, hal.89. 87 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hal. 507. Universitas Sumatera Utara a. Cara Pengambilalihan 1 bisa badan melalui Direksi Perseroan atau 2 dapat juga melalui pemegang saham yang bersangkutan. b. Pihak yang mengambil alih : 1 bisa badan hukum Perseroan, dan badan hukum yang bukan Perseroan, seperti Koperasi atau Yayasan, atau 2 dapat juga orang perseorangan. Hal ini juga dipertegas dalam Pasal 125 ayat 2 bahwa Pengambilalihan dapat dilakukan oleh badan hukum rechtspersoon, legal entity atau orang perseorangan naturlijke person, natural person. Sedangkan yang dapat bertindak sebagai pihak yang diambil alih menurut Pasal 125 ayat 2 adalah Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham. 3. Subjek dan Kuantitas Pengambilalihan Mengenai subjek atau pokok persoalan tertentu bepaalde onderwerp atau “subject matter” pengambilalihan : a. subjeknya, kesepakatan pengambilalihan “saham” Perseroan. b. kuantitas saham Perseroan yang dapat diambil alih, bisa “seluruhnya” atau “sebagian besar” saham Perseroan yang bersangkutan. Versi yang membolehkan pengambilalihan baik seluruh maupun sebagian besar saham, dikemukakan pada Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1998. Sedangkan Pasal 1 angka 11 UUPT tidak mengklasifikasinya. Hanya mengatakan bahwa pengambilalihan “untuk mengambil alih saham Perseroan”. Berapa kuantitasnya tidak disebutkan. Akan tetapi, jika terjadi Universitas Sumatera Utara pengambilalihan secara keseluruhan, tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Pasal 7 ayat 1 jo. Ayat 5, yakni pemegang saham tidak boleh kurang dari 2 dua orang. 4. Akibat Hukum Pengambilalihan Akibat yang timbul ditinjau dari segi hukum korporasi maupun dari aspek bisnis, ‘beralihnya pengendalian” terhadap perseroan dari tangan yang diambil alih kepada pihak yang mengambil alih. Perbuatan hukum pengambilalihan tidak mengakibatkan perseroan yang diambil alih sahamnya, menjadi bubar atau berakhir. Perseroan tersebut tetap eksis dan valid seperti sedia kala. Hanya pemegang sahamnya yang beralih dari pemegang saham semula kepada yang mengambil alih. Akibat hukumnya, hanya sebatas terjadinya peralihan pengendalian perseroan kepada pihak yang mengambil alih. Selain dari pada itu, perlu diperhatikann apa yang dikemukakan Penjelasan Pasal 125 ayat 1 yang mengatakan, pengambilalihan tidak mengurangi ketentuan Pasal 7 terutama ayat 5. Dengan demikian pengambilalihan : a. Tidak boleh mengakibatkan pemegang saham perseroan kurang dari 2 dua orang, dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan, b. Apabila jangka waktu itu dilampaui pemegang saham tersebut bertanggung jawab secara pribadi personal liability atas segala perbuatan hukum perikatan dan kerugian perseroan. Kecuali yang mengambil alih itu perseroan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh negara atau perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring Universitas Sumatera Utara dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang-undang di bidang pasar modal, maka ketentuan Pasal 7 ayat 5 dan ayat 6 tidak berlaku. 5. Syarat Pengambilalihan Mengenai syarat pengambilalihan, sama dan persis dengan syarat penggabungsan dan peleburan. Sama-sama merujuk kepada ketentuan-ketentuan Pasal 126 ayat 1 UUPU 2007 dan Pasal 4 ayat 1 PP. No. 27 Tahun 1998. Berdasarkan Pasal 126 ayat 1, perbuatan hukum pengambilalihan wajib memperhatikan kepentingan : a. Perseroan, pemegang saham minoritas, dan karyawan perseroan b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari perseroan, dan c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha. Pada prinsipnya menurut Penjelasan Pasal 126 ayat 1, pengambilalihan : d. Tidak dapat dilakukan apabila akan merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu, e. Pengambilalihan harus juga “dicegah” dari kemungkinan terjadinya “monopoli” atau “monopsoni” dalam berbagai bentuk yang merugikan masyarakat. 6. Saham yang dapat diambil alih dan cara pengambilalihannya Menurut Pasal 125 ayat 1, pengambilalihan saham dapat dilakukan terhadap ; a. Saham yang telah dikeluarkan, danatau b. Saham yang akan dikeluarkan. Universitas Sumatera Utara Hal ini berarti bahwa saham perseroan yang dapat diambil alih adalah saham yang telah ditempatkan dan disetor geplaats en gestort aandeel, subscribed and paid-up share. Akan tetapi dapat juga terhadap saham yang belum dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan aandelen in portefeulle atau saham portefel portopolio. Cara pengambilalihan saham perseroan menurut Pasal 125 ayat 1, dapat dilakukan : a. Melalui Direksi Perseroan, atau b. Dapat langsung dari pemegang saham. Tidak mutlak mesti melalui Direksi Perseroan atau melalui pemegang saham. Bebas dipilih salah satu diantaranya. Mungkin ada yang berpendapat lebih efisien langsung dengan pemegang saham apalagi jika saham yang hendak diambil alih jumlahnya tidak signifikan. Sebaliknya ada yang berpendapat lebih efektif dan efisien melalui Direksi Perseroan. Sedang yang dapat mengambil alih sudah dijelaskan di atas : a. Dapat dilakukan badan hukum, atau b. Dapat juga oleh orang perseorangan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Pasal 125 ayat 2 menegaskan, Pengambilalihan dapat dilakukan badan hukum atau orang perseorangan. Jika ternyata badan hukum yang mengambil alih saham tersebut berbentuk perseroan dan bukan berbentuk Koperasi atau Yayasan, harus memenuhi syarat sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Pengambilalihan harus berdasarkan keputusan RUPS Berdasarkan Pasal 125 ayat 4, sebelum Direksi Perseroan tersebut melakukan perbuatan hukum pengambilalihan, harus berdasarkan keputusan RUPS. Tanpa keputusan RUPS, pengambilalihan yang dilakukan Direksi cacat hukum dan dikategorikan perbuatan ultra vires. b. Kuorum kehadiran dan persyaratan pengambilan keputusan RUPS berdasarkan Pasal 89 UUPT Syarat kedua, keputusan RUPS mengenai pengambilalihan yang akan dilakukan harus sesuai dengan ketentuan Pasal 89 : 1 Kuorum kehadiran paling sedikit ¾ tiga perempat bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, hadir atau diwakili dalam RUPS, 2 Sedang keputusan RUPS baru sah apabila disetujui paling sedikit ¾ tiga perempat bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. Dalam hal ini pun dapat dilakukan RUPS kedua dengan kuorum kehadiran dan pengambilan keputusan yang ditetapkan Pasal 89 ayat 3 apabila kuorum kehadiran RUPS pertama tidak tercapai. Bahkan dapat dilakukan RUPS ketiga berdasarkan Pasal 89 ayat 4 dengan kuorum yang ditetapkan Ketua Pengadilan Negeri sesuai dengan ketentuan Pasal 86 ayat 5. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PELAKSANAAN DUE DILIGENCE DALAM AKUISISI

Dokumen yang terkait

Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

6 141 96

Penerapan Sifat Kolegialitas Dewan Komisaris Perseroan Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

1 63 72

Tinjauan Yuridis Pembubaran Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

1 54 141

Tinjauan Yuridis Atas Akuisisi Perusahaan Setelah Berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

3 101 142

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 25 16

AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

1 40 16

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas Dalam Akuisisi Suatu Perusahaan Yang Merugikan Pemegang Saham Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

0 0 1

1. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Batang Tubuh)

0 0 59

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN KEPAILITAN A. Perseroan Terbatas - Penerapan Sifat Kolegialitas Dewan Komisaris Perseroan Dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang NO. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

0 0 23