sejumlah wisatawan yang berkunjung semakin berkurang. Secara statistik, jumlah kunjungan wisatawan nusantara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.6 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan Nusantara
Tahun Wisatawan
Nusantara Wisatawan
Mancanegara Jumlah
Total Kunjungan
Wisatawan
2005 218,963
8,365 227,328
295,526 2006
374,233 4,665
378,898 492,567
2007 395,923
6,242 402,165
522,815 2008
405,875 6,483
412,358 536,065
2009 434,614
6,491 441,132
573,472 2010
402,102 5,796
407,898 530,267
2011 406,245
5,500 411,745
535,269 Total kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo dihitung dari jumlah
kunjungan wisatawan yang memasuki objek wisata ditambah dengan jumlah wisatawan yang tidak memasuki objek wisata diperkirakan 30 dari kunjungan
wisatawan Sumber: Dinas Kepariwisataan Kabupaten Karo, 2012
Salah satu kendala dalam pengembangan kepariwisataan pada saat ini adalah kurangnya daya tarik objek itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena keaslian
alam atau kealamian objek wisata itu hampir hilang. Disamping itu kurangnya perhatian pemerintah dan ketidakpedulian masyarakat setempat sehingga banyak
objek wisata di Kabupaten Karo yang tidak terawat dan hampir rusak total. Http:www.sinabungjaya.com?p=8216
Adapun beberapa kendala lain, adalah sebagai berikut:
a. Infrastruktur
Infrastruktur jalan Medan-Berastagi belakangan ini terus menjadi sorotan banyak pihak, terutama masyarakat pengguna jalan tersebut. Satu-satunya jalan
utama paling dekat yang menghubungkan Medan dengan Berastagi itu kondisinya sangat memprihatinkan.
Di beberapa ruas jalan, masih terdapat jalan yang rusak serta tidak rata. Sehingga bisa beresiko membahayakan pengguna jalan. Bahkan, ada bagian jalan
yang ambruk akibat longsor hingga memakan setengah badan jalan. Belum lagi banyak badan jalan terus terkikis erosi akibat banjir.
Jalannya sempit juga seringkali menyebabkan kemacetan arus lalu lintas, baik dari Medan maupun yang dari Berastagi. Pada hari-hari libur atau musim
liburan sekolah, kemacetan yang terjadi bahkan bisa berkilo-kilometer dan terpaksa harus menunggu berjam-jam jika mengendarai mobil, akibatnya banyak
pengendara sepeda motor yang mengambil jalan di sisi kanan jalan hingga memasuki bagian jalan yang berlawanan arah. Selain beresiko tinggi terhadap
pengendaranya karena bisa saja menyebabkan kecelakaan, hal ini juga semakin menambah kemacetan yang terjadi.
b. Masalah Kebersihan
Ternyata tidak hanya infrastruktur jalan yang menjadi persoalan, masalah kebersihan juga menjadi sorotan. Lokasi yang jorok dan minimnya fasilitas umum
di lokasi objek wisata itu sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah, banyak wisatawan yang mengeluhkan hal tersebut. Dimana-mana di sekitar lokasi Bukit
Gundaling dan kawasan Pasar Buah yang berada di jantung Kota Berastagi, kotoran kuda yang dijadikan angkutan wisata di daerah tersebut berserakan.
Aromanya pun menusuk hidung. Belum lagi sampah yang tiba-tiba merusak pemandangan, teronggok di salah satu sudut taman di Bukit Gundaling. Begitu
pun kondisi toilet umumnya jangan ditanya lagi, betapa tidak terurusnya. Padahal, pengunjung sudah membayar retribusi untuk masuk ke lokasi wisata, dan
membayar uang kebersihan kamar mandi.
Jika dibandingkan dengan provinsi tetangga, seperti di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, kondisinya sangat jauh berbeda. Padahal di kota wisata yang
berada di Ranah Minang itu juga terdapat angkutan wisata kuda delman, sama seperti di Berastagi. Namun, pemerintah daerahnya melarang keras adanya
kotoran kuda yang berserakan. Selain itu, juga banyak fasilitas umum lainnya di kawasan taman Bukit Gundaling yang kumuh dan sudah rusak. Terutama
beberapa tempat bersantai yang dibangun di tengah-tengah taman yang sudah tak layak lagi di sebuah lokasi wisata. Begitu juga dengan lokasi parkir yang tidak
tertata dengan rapi. Maka tak heran jika wisatawan yang berkunjung ke Berastagi terus menurun setiap tahun. Bahkan, jika Anda datang ke kota ini, sudah tak
banyak lagi turis asing yang bisa dijumpai. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, turis-turis yang berjalan kaki di pusat kota Berastagi sudah menjadi hal yang
biasa.
c. Perhatian Bersama