Terkait dengan pertimbangan hakim di atas, maka hakim memutuskan dalam perkara tersebut untuk menolak kasasi dari pemohon kasasi yaitu Rosman.
M serta menghukum pemohon kasasi untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi sebesar Rp. 500.000,- lima ratus ribu rupiah.
B. Kewenangan Bank Dalam Melakukan Pemblokiran Rekening Milik
Nasabah Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Bank selain melakukan tugas utama yaitu penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat, bank juga memberikan layanan jasa kepada masyarakat
sehingga bank dalam hal ini disebut sebagai pelaku usaha. Bank juga memiliki kewenangan dalam melakukan pemblokiran rekening milik nasabah dikarenakan
adanya perintah undang-undang dan perintah bank itu sendiri. Kewenangan bank dalam melakukan pemblokiran rekening milik nasabah
yang dilakukan berdasarkan perintah undang-undang diantaranya; Pasal 29 Ayat 4 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyatakan bahwa penyidik, penuntut umum atau hakim dapat meminta kepada bank untuk memblokir
rekening simpanan milik tersangka atau terdakwa yang diduda hasil dari korupsi. Pasal 71 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menyatakan bahwa penyidik, penuntut umum, atau hakim berwenang memerintahkan pihak
pelapor untuk melakukan pemblokiran harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Setiap orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik;
2. Tersangka; atau
3. Terdakwa.
Ditentukan dalam Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang disebutkan bahwa pihak pelapor diantaranya adalah meliputi bank. Pasal 98 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan menyatakan bahwa
sejak mulai pengangkatannya, kurator harus melaksanakan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang,
perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya dengan memberikan tanda terima. Berdasarkan pengaturan tersebut, seorang kurator dalam kepailitan harus
melakukan segala upaya untuk mengamankan harta pailit termasuk permohonan pemblokiran rekening kepada pengadilan. Misalnya karena khawatir debitor akan
mengalihkan harta pailit dalam rekening bank. Pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2000 menyebutkan bahwa penyitaan terhadap deposito
berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan dengan pemblokiran terlebih dahulu.
Sedangkan kewenangan bank dalam melakukan pemblokiran rekening milik nasabah yang dilakukan berdasarkan perintah bank itu sendiri diatur pada
Pasal 12 ayat 1 Peraturan Bank Indonesia
Nomor 219PBI2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah Atau Izin
Tertulis Membuka Rahasia Bank, yaitu pemblokiran dan atau penyitaan simpanan
Universitas Sumatera Utara
atas nama seorang nasabah penyimpan yang telah dinyatakan sebagai tersangka
atau terdakwa oleh polisi, jaksa, atau hakim dapat dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku tanpa memerlukan izin dari pimpinan Bank Indonesia.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas terlihat bagaimana kewenangan bank untuk melakukan pemblokiran rekening milik nasabah, dan pemblokiran
tersebut pun dikarenakan terdapat alasan tertentu. Adanya pemblokiran yang bukan diakibatkan karena peraturan di atas adalah suatu pemblokiran yang
dilakukan bank terhadap rekening milik nasabah karena adanya hubungan kontraktual. Di saat awal perjanjian yang dilaksanakan oleh bank dan nasabah,
terdapat klausula baku yang disepakati oleh pihak nasabah terlebih dahulu dan kesepakatan ini menjadi dasar bagi bank dalam melakukan hubungan kontraktual
dengan nasabah termasuk mengenai pemblokiran rekening tersebut. Apabila berdasarkan peraturan di atas sebelumnya pemblokiran dilaksanakan karena
adanya undang-undang atau peraturan, namun pemblokiran rekening nasabah berdasarkan putusan Mahkamah Agung No.43 KPdt.Sus2013 didasarkan dengan
adanya hubungan kontraktual. Pasal 7 huruf b UUPK menyebutkan bahwa, pelaku usaha wajib
memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan. Di awal pembukaan rekening, pihak bank menawarkan suatu klausula baku yang mencantumkan beberapa persyaratan terkait dengan
pembukaan rekening. Calon nasabah adalah pihak yang dalam hal ini harus diberikan informasi secara benar, jelas dan jujur mengenai kondisi jasa yang akan
Universitas Sumatera Utara
diberikan khususnya mengenai pembukaan rekening. Adanya akibat baik dan buruk atas pembukaan rekening adalah hal yang harus dibuka secara terang oleh
pihak bank termasuk ketentuan dari akan adanya pemblokiran yang dapat dilakukan oleh pihak bank. Di dalam putusan Mahkamah Agung No.43
KPdt.Sus2013, tidak diterangkan secara jelas mengenai syarat pemblokiran tersebut akan tetapi dari beberapa penjelasan termasuk pendapat beberapa ahli,
maka dapat diterangkan bahwa salah satu syarat pemblokiran rekening dari seorang nasabah adalah dengan adanya pemberitahuan kepada nasabah pemilik
rekening yang akan diblokir. Dengan kata lain, di dalam klausula baku antara bank dan nasabah juga mencantumkan hal yang sama.
Pemblokiran yang dilakukan bank atas rekening milik nasabah merupakan hak yang dimiliki oleh bank selaku pelaku usaha sesuai dengan Pasal 6 huruf e
UUPK yaitu hak-hak pelaku usaha yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Hak-hak ini dapat dilakukan sesuai dengan klausula
baku pada saat awal perjanjian pembukaan rekening, sehingga memang merupakan kewenangan bank dalam melakukan pemblokiran rekening milik
nasabah. Pemblokiran rekening yang terjadi dalam perkara ini dilakukan oleh pihak
bank yang dikarenakan adanya permintaan pembatalan transfer seseorang kepada pihak lain, dengan secara tidak langsung bank memblokir rekening tujuan transfer
tersebut, karena sebelumnya juga dijelaskan dalam putusan ini bahwa terdapat beberapa klausula baku terkait dengan pemblokiran namun tidak diterangkan
secara jelas. Kewenangan bank dalam melakukan pemblokiran rekening nasabah memang merupakan hak yang dimiliki oleh bank berdasarkan Pasal 6 huruf e
Universitas Sumatera Utara
UUPK yaitu hak-hak pelaku usaha yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Namun bank dalam hal ini juga melakukan
kesalahan bahwa di saat terjadinya pemblokiran, pihak bank tidak melakukan pemberitahuan atau memberi informasi kepada nasabah pemilik rekening yang
diblokir, hal ini telah dijelaskan dalam Pasal 7 huruf b UUPK dimana bank selaku pelaku usaha wajib memberikan informasi atas jasa yang diberikan.
C. Tanggung Jawab Bank Atas Kerugian yang Dialami Nasabah Akibat