Tanggung jawab mutlak Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa dalam Undang-Undang Nomor 8

terbatas. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi tangan, yang biasanya dibawa dan diawasi oleh penumpang konsumen adalah tanggung jawab dari penumpang sendiri. Dalam hal ini pengangkut pelaku usaha tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya. Pihak yang dibebankan untuk membuktikan kesalahan itu ada pada konsumen.

4. Tanggung jawab mutlak

Prinsip tanggung jawab mutlak strict liability. Secara absolut dari prinsip ini memiliki arti bahwa pelaku usaha harus bertanggung jawab secara langsung tanpa memperhatikan ada tidaknya unsur kesalahan, yang dilihat adalah kerugian yang ditimbulkan liability based on risk. Jadi merupakan kewajiban pelaku usaha untuk mengganti rugi. Dalam hal memberikan ganti rugi memang harus ada unsur kesalahan terlebih dahulu, tetapi karena untuk membuktikannya terlalu sulit maka pelaku usaha langsung melakukan ganti rugi. Ada pendapat yang menyatakan, strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya pada keadaan force majeure. Sebaliknya absolute liability adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya. 57 Menurut E. Suherman, strict liability disamakan dengan absolute liability, dalam prinsip ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri dari tanggung 57 Suherman, Op.Cit., hlm. 23. Universitas Sumatera Utara jawab, kecuali apabila kerugian yang timbul disebabkan oleh kesalahan pihak yang dirugikan sendiri. Tanggung jawab tersebut adalah mutlak. 5. Tanggung jawab dengan pembatasan Prinsip dengan Pembatasan limitation of liability principle ini merupakan prinsip yang disenangi pelaku usaha. Dengan adanya klausula eksonerasi perjanjian baku dalam perjanjian standar yang dibuat oleh pelaku usaha secara sepihak yang sudah ditentukan pembatasan ganti ruginya. Misalnya pada jasa cuci celana dan baju laundry telah ditentukan bila baju dan celana yang akan dicuci hilang atau rusak, maka konsumen akan dibatasi ganti rugi sebesar sepuluh kali harga cuci baju dan celana ditempat itu. Sengketa konsumen timbul karena ada tanggung jawab dari pelaku usaha yang tidak dipenuhi sehingga mengakibatkan kerugian pada hak konsumen. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sudah mengatur juga secara eksplisit dan rinci tanggung jawab pelaku usaha dari Pasal 19 sampai dengan Pasal 28. Dalam Pasal 19 UUPK diatur bahwa; 1. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan; 2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi; Universitas Sumatera Utara 4. Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan; 5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen. Pasal 20 UUPK menyatakan bahwa pelaku usaha periklanan diwajibkan untuk bertanggung jawab apabila iklan yang diproduksi tersebut menimbulkan akibat yang merugikan konsumen. Misalnya melakukan produksi iklan yang bersifat mengintimidasi ataupun menjatuhkan produk milik orang lain. Pasal 21 UUPK menyatakan bahwa importir barang wajib bertanggung jawab selaku pembuat barang yang diimpor apabila importasi barang tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan dari produsen luar negeri. Importir jasa asing juga bertanggung jawab sebagai penyedia jasa apabila penyediaan jasa asing tersebut tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan dari penyedia jasa asing. Pasal 22 UUPK menyatakan bahwa pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 angka 4, Pasal 20, dan Pasal 21 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan pembuktian. Pasal 23 UUPK menyatakan bahwa pelaku usaha yang menolak danatau tidak memberi tanggapan danatau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 angka 1, angka 2, angka 3, dan angka 4 dapat digugat melalui badan penyelesaian sengketa konsumen atau mengajukan gugatan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen. Universitas Sumatera Utara Pasal 24 UUPK menyatakan bahwa; 1. Pelaku usaha yang menjual barang danatau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen apabila: a. Pelaku usaha lain menjual kepada konsumen tanpa melakukan perubahan apapun atas barang danatau jasa tersebut; b. Pelaku usaha lain, di dalam transaksi jual beli tidak mengetahui adanya perubahan barang danatau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh, mutu, dan komposisi. 2. Pelaku usaha sebagaimana dimaksud pada angka 1 dibebaskan dari tanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen apabila pelaku usaha lain yang membeli barang danatau jasa menjual kembali kepada konsumen dengan melakukan perubahan atas barang danatau jasa tersebut. Pasal 25 UUPK menyatakan bahwa pelaku usaha yang memproduksi barang yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam batas waktu sekurang- kurangnya 1 satu tahun wajib menyediakan suku cadang danatau fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan. Pelaku usaha juga harus bertanggung jawab atas tuntutan ganti rugi danatau gugatan konsumen apabila pelaku usaha tersebut: 1. Tidak menyediakan atau lalai menyediakan suku cadang danatau fasilitas perbaikan; 2. Tidak memenuhi atau gagal memenuhi jaminan atau garansi yang diperjanjikan. Universitas Sumatera Utara Pasal 26 UUPK menyatakan bahwa pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan danatau garansi yang disepakati danatau diperjanjikan sebelum menyepakati perjanjian dengan konsumen agar konsumen memiliki pegangan yang kuat dalam hubungan kerja dengan pelaku usaha. Pasal 27 UUPK merupakan pasal yang sangat membantu bagi pelaku usaha karena dapat melepaskannya dari tanggung jawab untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen, pada Pasal 27 UUPK dijelaskan bahwa pelaku usaha yang memproduksi barang dapat dibebaskan dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen apabila: 1. Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan untuk diedarkan; 2. Cacat barang timbul pada kemudian hari; 3. Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang; 4. Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen; 5. Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 empat tahun sejak barang dibeli atau lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan. Pasal 28 UUPK menyatakan bahwa pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha karena telah diatur dan menjadi kewajiban pelaku usaha untuk bertanggungjawab. Pasal 28 UUPK ini menentukan bahwa beban pembuktian berada di tangan pelaku usaha. Inilah prinsip pembuktian terbalik, jadi setiap produsen atau pelaku usaha yang dapat membuktikan bahwa kesalahan yang timbul dalam sengketa konsumen bukan merupakan kesalahannya, maka pelaku usaha tersebut Universitas Sumatera Utara dapat dibebaskan dari pertanggungjawaban untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen. Hal-hal yang harus dibuktikan oleh produsen atau pelaku usaha agar dapat bebas dari pertanggungjawaban atas kerugian yang diderita oleh konsumen ialah dengan membuktikan hal-hal yang telah disebut dalam Pasal 27 UUPK, yaitu karena faktor cacat yang timbul di kemudian hari, kesalahan konsumen, dan kadaluwarsa hak konsumen untuk menuntut. Pertanggungjawaban yang diberikan kepada pelaku usaha adalah konsep dari penerapan product liabitlity. Dalam sistem pertanggungjawaban secara konvensional, tanggung gugat produk didasarkan dengan adanya wanprestasi default dan perbuatan melawan hukum fault. Berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata, konsumen yang menderita kerugian akibat produk barangjasa yang cacat bisa menuntut pihak produsen pelaku usaha secara langsung. Dengan didampingi adanya penerapan konsep strict liability tanggung jawab mutlak, maka produsen seketika itu juga harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen tanpa mempersoalkan kesalahan dari pihak produsen. 58

B. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Jasa Kepada Konsumen Atas Kerugian

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggung Jawaban atas Pemblokiran Rekening Nasabah Bank (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.43 K/Pdt.Sus/2013)

0 0 17

PERTANGGUNG JAWABAN BANK ATAS PEMBLOKIRAN REKENING NASABAH BANK (STUDI TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.43 KPdt.Sus2013)

0 0 10