PERKEMBANGAN
KONOMI
AKRO
21
orang, dan jumlah penumpang yang berangkat tercatat sebanyak 72.925 orang grafik 1.16 yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 5,92 dan 5,43 y.o.y. Kondisi
tersebut didorong oleh semakin tingginya mobilitas masyarakat Sulaw esi Tenggara khususnya pada liburan sekolah, serta aktivitas kunjungan baik dari pemerintah dan sw asta.
Grafik 1.19 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo Kendari
- 10,000
20,000 30,000
40,000 50,000
60,000 70,000
80,000
Q1 Q2 Q3
Q4 Q1
Q2 Q3
Q4 Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
2007 2008
2009 2010
TIBA BERANGKAT
1.3.7 Sektor Keuangan
Sektor keuangan pada triw ulan II-2010 tumbuh sebesar 24,33 y.o.y.
mengalami perlambatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,10
y.o.y. Kontribusi sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi Sulaw esi Tengg ara tercatat sebesar 1,31 .
Grafik 1.20 NTB Perbankan Di Sulaw esi Tenggara M ilyar Rp
- 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60 1.80
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
2008 2009
2010 Sumber:Data LBU Bank Umum diolah
Sumber: Bandara Haluoleo Kendari
PERKEMBANGAN
KONOMI
AKRO
22
Pertumbuhan sektor keuangan juga tercermin pada peningkatan NTB perbankan Sulaw esi Tenggara yang tercatat sebesar Rp880.598 juta atau meningkat dibandingkan
triw ulan II-2009 yang tercatat sebesar Rp693.150 juta grafik 1.17. Selain itu, perkembangan sektor keuangan juga tercermin dari pertumbuhan
penyaluran kredit yang pada triw ulan II-2010 tercatat 26,50 y.o.y atau menjadi sebesar Rp5.248,03 miliar. Hasil SKDU Bank Indonesia juga menunjukkan optimisme pelaku usaha
akan realisasi pada sektor Keuangan yang tercermin dari nilai SBT sebesar 1,52 .
1.3.8 Sektor Lainnya
Perkembangan sektor listrik, gas air bersih LGA serta sektor jasa-jasa pada triw ulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan yang positif masing masing sebesar
10,65 y.o.y dan 1,18 y.o.y dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
masing-masing sebesar 0,08 dan 0,16 . Kinerja sektor LGA pada periode laporan antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya
konsumsi listrik masyarakat seiring dengan adanya event olah raga di tingkat internasional yang berlangsung pada bulan Juni – Juli 2010. Selain itu,
PERKEMBANGAN
KONOMI
AKRO
23
Boks I Dampak Perdagangan Bebas ASEAN
–
China ACFTA Terhadap Kinerja Sektor Unggulan Daerah :
Implikasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja;
Dampak perdagangan bebas ASEAN
–
China ACFTA terhadap kinerja sektor unggulan di Sulaw esi Tenggara belum menunjukkan dampak yang signifikan terutama
untuk
sektor perdagangan. Hal ini terlihat dari hasil survei terhadap tiga pedagang di
kota Kendari yang memiliki beraneka ragam komoditas dagangan antara lain sembako, perlengkapan rumah tangga, pakaian jadi dan sepatu yang memiliki omset yang berkisar
antara Rp25 Juta
–
Rp200 Juta per bulan menyatakan bahw a pengimplementasian ACFTA belum memberikan dampak bagi kinerja usaha mereka. Hal ini juga terkonfirmasi dari
kondisi keuangan yang belum mengalami perubahan setelah pemberlakuan ACFTA. Sementara itu dari sisi tenaga kerja seluruh responden menyatakan tidak melakukan
pengurangan tenaga kerja, dan memiliki rencana untuk menambah tenaga kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahw a pada sektor perdagangan, pemberlakuan ACFTA
belum memberikan dampak yang berarti bagi pelaku usaha perdagangan. Kondisi tersebut
diperkirakan disebabkan oleh komoditas perdagangan di Sulaw esi Tenggara yang lebih banyak didatangkan dari luar khususnya komoditas bahan pokok serta belum masuknya
komoditas perdagangan yang didatangkan dari Cina. Sementara itu, seluruh responden
masih belum dapat memberikan gambaran tentang ekspektasi mereka terhadap ACFTA karena belum terlalu paham akan mekanisme ACFTA serta komoditas yang sudah
mengalami pembebasan t arif. Sementara pada
sektor industri pengolahan komoditas pengolahan kayu yang
terdiri dari dua responden yang masing -masing memiliki omset sebesar Rp25 Juta
–
Rp200 per bulan dan daerah pemasaran hingga ke luar provinsi menyatakan bahw a belum
merasakan dampak
ACFTA terhadap
perkembangan usaha mereka.
Hal ini
juga terkonfirmasi dengan kondisi keuangan yang semakin membaik setelah pemberlakuan
ACFTA meski bukan merupakan dampak dari ACFTA. Sementara dari sisi tenaga kerja, seluruh responden menyatakan tidak mengurangi tenaga kerja dan memiliki rencana untuk
menambah tenaga kerja. Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh sebagian besar bahan baku berasal dari Sulaw esi Tenggara. Sementara itu, seluruh responden menyatakan
PERKEMBANGAN
KONOMI
AKRO
24
bahw a dengan pemberlakuan ACFTA merupakan sebuah kesempatan bagi mereka untuk memperluas pasar mereka.
Pada
sektor industri pengolahan komoditas pengolahan makanan yang terdiri
dari dua responden menunjukkan bahw a pemberlakuan ACFTA belum memberikan dampak pada kedua responden tersebut . Kondisi keuangan pelaku usaha tersebut juga
tidak menunjukan pengetatan dengan semakin membaiknya kondisi usaha mereka. Hal ini diperkirakan karena komoditas makanan yang berasal dari Cina belum memasuki pasar
Kendari sehingga pelaku usaha belum merasakan adanya penurunan permintaan. Selain itu bahan baku yang seluruhnya berasal dari kota Kendari juga turut menjadi alasan belum
dirasakannya dampak ACFTA bagi perkembangan usaha mereka. Sementara itu dari sisi tenaga kerja, kedua pelaku usaha juga belum melakukan pengurangan tenaga kerja
sebagai dampak dari ACFTA dan merencanakan untuk menambah jumlah tenaga kerja. Sementara
itu, kedua
pelaku usaha
belum memiliki
ekspektasi tertentu
dengan pemberlakuan ACFTA karena belum jelasnya mekanisme pelaksanaan ACFTA serta
komoditas yang sudah bebas tarif.
Sektor industri pengolahan komoditas ikan merupakan salah satu sektor usaha
yang merasakan dampak dari ACFTA dengan
mengalami pengurangan penjualan. Hal
ini terjadi karena pada daerah pemasaran mereka sudah dikuasai dengan penjualan ikan dari Cina. Penurunan penjualan tersebut
berdasarkan informasi dari pelaku usaha disebabkan oleh
kualitas ikan dari Cina yang lebih bagus karena proses pendinginan
yang lebih baik. Sementara kualitas ikan dari Sulaw esi Tenggara relatif kurang bagus karena minimnya teknologi pendinginan yang digunakan sehingga mengurangi kesegaran
ikan. Kondisi ini telah mendorong
penurunan usaha mereka hingga mencapai 10 .
Selain itu pelaku usaha sektor perikanan juga mengeluhkan adanya kekurangan pelayanan dari perbankan sehingga timbul keengganan untuk melakukan pinjaman dari perbankan,
suku bunga yang relatif tinggi juga menjadi kendala pelaku usaha dalam meningkatkan investasi yang pendanaannya bersumber dari perbankan.
M asukan yang diberikan oleh responden untuk pemerintah antara lain : 1. M empermudah akses terhadap kredit perbankan
2. Kepastian kontinuitas pasokan energi listrik dan gas 3. Pengurangan pungutan-pungutan liar
4.
Kepedulian terhadap berlakunya usaha
-3.0 -2.0
-1.0 0.0
1.0 2.0
3.0 4.0
5.0 6.0
7.0
2007 2008
2009 2010
Inf lasi Nasional M t M Inf lasi Kendari M t M
BAB II
ASESM EN IN FLASI
2.1 Kondisi Umum