PERKEMBANGAN
ERBANKAN
43
program revitalisasi tersebut nampaknya belum berjalan optimal karena masih menghadapi berbagai kendala. Di provinsi Sulaw esi Tenggara bank pelaksana program tersebut adalah
PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank M andiri. Dengan meningkatnya laju pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan DPK, telah mendorong peningkatan Loan
to Deposit Ratio
LDR, yang merupakan cerminan pelaksanaan fungsi intermediasi dari 90,77 pada triw ulan IV-
2009 menjadi 94,62 pada triw ulan II-2010. M eskipun kredit
yang disalurkan terus menunjukkan peningkatan, namun risiko kredit credit risk tetap terjaga. Hal ini terlihat pada rasio non performing loan NPLs gross
yang cukup rendah yang tercatat sebesar 2,04 . Guna memitigasi risiko kerugian yang muncul, bank telah membentuk cadangan berupa penyisihan penghapusaan aktiva produktif
PPAP yang cukup sebagimana terlihat pada NPLs net yang hanya sebesar 0,76
.
Berdasarkan penggunaannya,
NPLs terbesar khususnya pada bank umum terjadi pada kredit investasi dengan NPLs sebesar 5,05 , diikuti kredit modal kerja dan
konsumsi masing masing sebesar 3,08 dan 0,85 . Rendahnya NPLs pada kredit
konsumsi karena keterjaminan pengembalian kredit tersebut relatif tinggi, karena umumnya berupa kredit kepada pegaw ai Tabel 3.4.
Selain itu, rendahnya rasio NPLs mencerminkan bahw a tingkat kepatuhan dan kemampuan debitur di Sulaw esi Tenggara untuk mengembalikan kew ajibannya repayment
capacity kepada bank atas pinjaman yang diterimanya cukup tinggi. Selain itu bank juga
telah menerapkan
prinsip kehati-hatian
prudential banking
dalam menyalurkan
kreditpembiayaannya. Tabel 3.4. : NPLs Kredit Bank Umum Berdasarkan Penggunaan
Tw I Tw II
Tw III Tw IV
Tw I Tw II
Rasio NPLs 3.2 9
3.46 3.40
2 .3 6 2.43
1.99
M odal Ker ja 5.20
5.36 5.56
3.97 3.79
3.08 In vest asi
9.52 9.63
7.92 6.80
4.17 5.05
Konsumsi 0.92
1.13 1.21
0.63 0.95
0.85
2010 2009
Tujua n Pengg unaan
Sumber: LBU BU
3.5. Perolehan Laba
Seiring dengan meningkatnya penyaluran kredit dan efisiensi usaha, perolehan laba usaha yang berhasil dibukukan oleh perbankan Sulaw esi Tenggara juga menujukkan
peningkatan.
Pada II-2010 laba perbankan Sulaw esi Tenggara tercatat sebesar sebesar
PE
ERKEMBANGAN
ERBANKAN
44 Rp269 miliar, tumbuh 34,08 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009
yang sebesar Rp201 miliar.
Laba usaha bank sebagian besar bersumber dari pendapatan operasional yakni sebesar Rp518 miliar, yang terdiri dari pendapatan bunga kredit Rp469 miliar 90,65 ,
Provisi dan Komisi Rp37 miliar 7,15 dan pendapatan lainnya Rp11 miliar 2,15 , sedangkan biaya bunga tercatat sebesar Rp116 miliar, sehingga pendapatan bunga bersih
net interest incomeNII tercatat sebesar Rp 353 miliar Tabel 3.5. M elihat tingginya pertumbuhan laba bank yang bersumber dari tingginya bunga
kredit di tengah stabilnya kondisi perekenomian nasional, rendahnya BI rate serta rendahnya biaya dana, maka dalam
jangka panjang kondisi ini tentunya kurang kondusif bagi perkembangan dunia usaha. Untuk it u momentum ini seharusnya disikapi perbankan untuk
lebih meningkatkan fungsi agen of development di daerah dengan menurunkan bunga kreditnya. Bunga kredit yang rendah akan lebih mendorong minat masyarakat untuk
berusaha dengan memanfaatkan sumber dana perbankan. Rendahnya tingkat bunga kredit diharapkan dapat menjadi stimulus dalam mendorong pertumbuhan sektor riil yang pada
gilirannya akan meningkatkan perekonomian daerah. Tabel 3.5. : Perkembangan Pendapatan Bunga Bank
Tw II Tw III
Tw IV Tw I
Tw II Tw III
Tw IV
Tw I Tw II
Pendapat an Bunga 291,319
461,211 634,755
176,044 368,460
566,789 784,474
226,508 469,390
Beban Bunga 81,340
121,803 167,897
44,366 95,270
140,470 189,515
60,168 116,183
NII 209,979
339,408 466,858
131,678 273,190
426,319 594,959
166,340 353,207
Rasio beban t hd pendapat an 27.92
26. 41 26.45
25.20 25.86
24.78 24. 16
26.56 24.75
Indikator 2008
2010
2009
Sumber: LBU BU
3.6. Perkembangan Kredit UM KM dan KUR