SESMEN
NFLASI
49
perimbangan. Angka realisasi DAU dan DAK tersebut sama dengan anggaran tahun 2009. Sementara itu, realisasi dana bagi hasil sumber daya alam pada tahun 2009 tercatat sebesar
Rp5,64 milyar atau 0,74 . Relatif kecilnya dana bagi hasil sumber daya alam untuk Provinsi Sulaw esi Tenggara tersebut antara lain dipengaruhi oleh harga biji nikel di tingkat
internasional yang belum baik pada tahun 2009.
4.2. Realisasi Belanja
Belanja Daerah didefinisikan sebagai semua kew ajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Realisasi
belanja daerah Provinsi Sulaw esi Tenggara pada tahun 2009 tercatat sebesar Rp1.119,70 milyar atau 82,30 dari pagu anggaran belanja Provinsi Sulaw esi Tenggara tahun 2009.
Proporsi terbesar atau 61,26 dari total realisasi belanja daerah adalah belanja operasional terutama pengeluaran untuk belanja pegaw ai serta belanja barang dan jasa masing-masing
sebesar Rp397,82 milyar dan Rp260,37 milyar sehingga proporsi dari total belanja tersebut mencapai 95,96 dari total realisasi belanja operasional Provinsi Sulaw esi Tenggara. Belanja
Pegaw ai merupakan belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat
negara, Pegaw ai Negeri Sipil PNS, dan pegaw ai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Sementara itu, belanja barang adalah pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja
perjalanan grafik 4.2. Sementara, realisasi belanja modal Provinsi Sulaw esi Tenggara pada tahun 2009
tercatat sebesar Rp301,76 milyar atau hanya 26,95 dari realisasi anggaran belanja modal tahun 2009. Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Relatif kecilnya proporsi realisasi belanja modal terhadap total realisasi belanja tersebut
antara lain dipengaruhi juga oleh relatif kecilnya alokasi belanja modal yang berkisar 30 dari total
pendapat an. Lebih lanjut, realisasi belanja modal tersebut hanya 80,92 dari anggaran belanja modal APBD-P tahun 2009. Belum optimalnya realisasi tersebut
antara lain dipengaruhi oleh pola realisasi anggaran yang cenderung mulai realisasi pada semester II dan
akan cenderung tinggi pada akhir tahun. Relatif kecilnya alokasi pendapatan untuk belanja
SESMEN
NFLASI
50
727 373
5 256
686 302
1 131
100 200
300 400
500 600
700 800
Belanja Operasional
Belanja M odal Belanja Tak
Terduga Transfer
M il
y a
r R
p
Anggaran Realisasi
modal serta pola realisasi anggaran tersebut dikhaw atirkan berpotensi menghambat upaya untuk penyediaan sarana infrastruktur yang memadai dimana kondisi tersebut pada akhirnya
dapat menjadi disinsetif bagi iklim investasi di Sulaw esi Tenggara.
Grafik 4.2 Realisasi Belanja Tahun 2009
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulaw esi Tenggara
Realisasi dana transfer tahun 2009 tercatat sebesar Rp130,90 milyar atau 11,69 dari total realisasi belanja. Selanjutnya, realisasi dana transfer tersebut juga belum optimal atau
sebesar 51,21 dari anggaran transfer tahun 2009. Belum optimalnya dana transfer tersebut antara lain dipengaruhi oleh belum optimalnya realisasi dana blockgrand tahun 2009 yang
tercatat sebesar Rp63,97 milyar atau 33,38 dari anggaran dana blockgrand tahun 2009.
BAB V
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Salah satu tugas pokok Bank Indonesia sebagaimana yang diamanatkan oleh undang- undang No.23 tahun 2009 sebagaimana telah diubah oleh undang-undang No.3 Tahun 2004
tentang Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelacaran sistem pembayaran, baik melalui sistem pembayaran tunai maupun non tunai.
Seiring dengan perkembangan perekonomian Sulaw esi Tenggara, pada triw ulan II-2010 secara tahunan tumbuh 8,98
1
, kegiatan transaksi pembayaran tunai maupun non tunai yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Kendari juga terus menunjukkan peningkatan.
Peningkatan transaksi non tunai tercermin pada meningkatnya kegiatan kliring melalui Sistim Kliring Nasional Bank Indonesia SKNBI maupun melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI-
RTGS. Sementara peningkatan transaksi tunai tercermin pada meningkatnya aliran uang ke luar out flow baik berupa uang kertas maupun uang logam.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang rupiah baik dalam jumlah maupun nominal yang dibutuhkan serta dalam kondisi yang layak edar, khususnya kepada
masyarakat yang domisilinya jauh dari lokasi bank, Bank Indonesia secara periodik melakukan kegiatan kas kelililing.
Selain itu sebagai dampak semakin terbukanya w ilayah Sulaw esi Tenggara berbagai upaya dilakukan oleh Bank Indonesia dalam melindungi masyarakat dari kemungkinan beredarnya uang
Rupiah palsu. Upaya tersebut antara lain dilakukan melalui kegiatan edukasi berupa sosialisasi ciri- ciri keaslian uang Rupiah kepada seluruh ekternal stakeholder.
Sebagaimana pada tahun sebelumnya, terkait dengan datangnya bula suci ramadhan yang diikuti dengan perayaan hari raya lebaran yang jatuh pada bulan September 2010,
permintaan uang kartal oleh masyarakat akan mengalami peningkatan, hal ini tentunya sudah diantisipasi oleh Bank Indonesia Kendari, sehingga kebutuhan masyarakat akan uang kartal untuk
kebutuhan lebaran akan terpenuhi.
1
BPS Prov. Sultra
52 5.1. Perkembangan Pembayaran Tunai
1. Uang Kartal Yang di Edarakan
UYD Out Flow .
Dalam upaya
memenuhi permintaan masyarakat terhadap uang
kartal baik dalam jumlah maupun nominal yang
dibutuhkan untuk
kebutuhan bertransaksi transaction motive,
KBI Kendari telah mengedarkan uang
kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di w ilayah Sulaw esi Tenggara pada triw ulan II-
2010 tercatat sebesar Rp489 miliar, meningkat sebesar Rp406 miliar dibandingkan triw ulan I-2010 yang hanya sebesar Rp83 miliar.
M eningkatnya jumlah uang kartal yang diedarkan pada triw ulan II-2010 antara lain didorong oleh mulai bergeraknya kegiatan proyek pemerintah, adanya panen pada subsektor
perkebunan terutama perkebunan cokelat di beberapa sentra seperti di Kolaka, serta adanya faktor musiman berupa tahun ajaran baru, dimana untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah
para pedagang mendatangkan dari luar daerah. Transaksi pembayaran yang dilakukan dalam kegiatan tersebut umumya masih dilakukan
melalui pembayaran tunai. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi masih berpendapat bahw a transaksi tunai lebih fleksibel dan cepat dibandingkan dengan dengan non tunai seperti cek dan
transfer meskipun dari sisi keamanan relatif lebih terjamin. Selain faktor tersebut, tingginya penggunaan alat pembayaran tunai disebabkan oleh masih banyaknya masyarakat khususnya
petani yang belum memiliki rekening di bank karena masih terbatasnya jaringan kantor bank.
2. Aliran Uang M asuk In Flow
Dalam upaya memenuhi pelaksanaan kebijakan clean money policy dimana Bank Indonesia w ajib menyediakan uang kartal dalam kondisi yang layak edar dan kebijakan diskresi, KBI Kendari
telah menerima penukaran uang dan atau setoran yang dilakukan oleh masyarakat dan perbankan yang ada di Sulaw esi Tenggara. Setelah pada triw ulan I-2010 aliran uang masuk mengalami net
inflow sebagai akibat arus balik uang keluar yang terjadi pada triw ulan sebelumnya,
pada triw ulan
Grafik 5.1. Aliran Uang Keluar Out Flow
Tahun 2010
1.000.000 800.000
600.000 400.000
200.000 -
200.000 400.000
600.000 800.000
1.000.000
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
Trw. I
Trw. II
Trw. III
Trw. IV
Trw. I
Trw. II
2007 2008
2009 2010
Ju ta
R p
.
Inflow Outflow
Ne t inout flow
Sumber: Bank Indonesia
53 II-2010
KBI Kendari
menerima penukaran uang yang tidak layak edar
dan setoran bank sebesar Rp19,83 miliar sehingga terjadi net out flow
sebesar Rp469,56 miliar.
Aliran uang masuk ke KBI Kendari dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah posisi likuiditas perbankan di Sulaw esi Tenggara. Aturan mengenai
setoran dan bayaran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia mengharuskan bank-
bank hanya dapat menyetorkan Uang Tidak Layak Edar UTLE saja, sedangkan uang yang masih layak edar ULE yang ada di Perbankan diw ajibkan untuk diedarkan kembali kepada masyarakat
luas. Likuiditas Bank yang berlebihan atau pada posisi long saja yang memungkinkan perbankan dapat menyetorkan uang layak edar ULE kepada Bank Indonesia atas dasar kebijakan diskresi yang
diberikan oleh Bank Indonesia.
3. Kas Keliling
Dalam rangka memenuhi kebutuhan uang kartal khusus bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, KBI Kendari secara kontinu melakukan kegiatan pengedaran Uang Layak Edar
ULE dan layanan penukaran uang pecahan kecil langsung kepada masyarakat melalui kas keliling dalam dan luar kota. Dalam kurun w aktu Januari s.d Juni 2010 telah dilaksanakan sebanyak 13 kali
kegiatan kas keliling dalam dan luar kota dengan total uang yang diedarkan sebesar Rp4,50 miliar. Kegiatan kas keliling tersebut dilaksanakan di luar kota Kendari atau di beberapa
kabupaten, diantaranya Kota Bau-bau, Kabupaten Bombana, Kolaka, M una, Konaw e Utara, Kolaka Utara, dan Wakatobi. Sedangkan kas keliling yang dilakukan di dalam kota Kendari dilakukan di
pusat keramaian seperti pasar tradisional, pameran, dan pusat perdagangan lainnya dan pada umumnya mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat, hal ini menunjukkan bahw a
disebabkan kebutuhan akan pecahan kecil di masyarakat pengguna rupiah sangat besar, terutama pecahan 1.000,00 dan 5.000,00.
4. Uang Palsu
Sebagaimana w ilayah lain di Indonesia, di Provinsi Sulaw esi Tenggara juga telah diketemukan kasus beredarnya uang palsu. Uang palsu yang ditemukan baik dalam proses
Grafik 5.2. Aliran Uang M asuk In Flow
Tahun 2010
20 -
20 40
60 80
100 120
140 160
100.000 -
100.000 200.000
300.000 400.000
500.000 600.000
700.000
T rw
. I T
rw .
II T
rw .
III T
rw .
IV T
rw . I
T rw
. II
T rw
. III
T rw
. IV
T rw
. I T
rw .
II T
rw .
III T
rw .
IV T
rw . I
T rw
. II
T rw
. III
T rw
. IV
T rw
. I T
rw .
II 2006
2007 2008
2009 2010
Ju ta
R p
.
Inflow PTTB
PTTBInflow
Sumber: Bank Indonesia
54
pengolahan uang atau melalui permohonan klarifikasi bank serta laporan masyarakat melalui loket penukaran di KBI Kendari pada periode Januari sampai Juni 2010 sebanyak 616 lembar, yang
terdiri dari 610 lembar 99,03 pecahan 50.000,00 TE.05, 1 lembar 0,16 pecahan 20.000,00 TE.98, dan 5 lembar 0,81 pecahan 10.000,00 TE.92. Dari fakta dan pengalaman sebelumnya
uang yang paling banyak dipalsukan oleh oknum pemalsu adalah pecahan 50.000,00. Hal tersebut terjadi karena pecahan tersebut memiliki nilai nominal yang lebih tinggi. Rasio
jumlah bilyet pemalsuan uang terhadap jumlah bilyet yang diedarkan di w ilayah kerja KBI Kendari selama tahun 2009 sangat rendah dan belum menghaw atirkan. Namun upaya minimalisasi
peredaran uang palsu melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian rupiah terus dilakukan secara kontinyu dan berkelanjutan kepada seluruh lapisan masyarakat.
5. Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah.
Dalam rangka meminimalisir peredaran uang rupiah palsu di masyarakat dan peningkatan pemahaman masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
sebagai alat pembayaran yang sah, Bank Indonesia Kendari secara aktif melakukan upaya preventif dalam meminimalisir tindak pidana pemalsuan uang rupiah. Selain selalu meningkatkan security
Features dalam setiap mengeluarkan uang rupiah Bank Indonesia juga aktif melakukan sosialisasi
kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah. Sepanjang tahun 2010 KBI Kendari telah melakukan sosialisasi sebanyak 4 kali kegiatan,
dengan berbagai audiens, antara lain pelajar, kasir sw alayan, aparat penegak hukum, sopir angkutan kota, pelaku usaha, dan masyarakat luas lainnya. Dengan sosialisasi yang dilakukan secara
kontinyu dan berkelanjutan diharapkan seluruh lapisan masyarakat dapat lebih memahami ciri-ciri keaslian uang rupiah yang digunakan dalam bertransaksi setiap hari agar terhindar dari korban
tindak pidana pemalsuan uang rupiah.
5.2. Perkembangan Pembayaran Non Tunai.