Korupsi di Indonesia Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Partai Politik Pasca Munculnya Kasus Korupsi Di Indonesia (Studi Deskriptif di Kelurahan Asam Kumbang,Kecamatan Medan)

18 Senada dengan hal tersebut, Bismar Arianto dalam Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan yakni Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih Dalam Pemilu memaparkan bahwa salah satu hal yang mengakibatkan masyarakat bersikap acuh terhadap pemilihan umum atau pemilihan yang bersifat sejenisnya terkait dengan masalah kasus korupsi adalah faktor poitik. Ketidakpercayaan terhadap partai yang dianggap tidak membawa perubahan dan perbaikan mengakibatkan masyarakat tidak mau menggunakan hak pilihnya Arianto, 2011:8 dalam Jurnal Ilmu Politik Dan Ilmu Pemerintahan, 2011:58-59. Arianto menjabarkan bahwa masyarakat tidak lagi percaya dengan partai. Kandidat yang diberikan sebagai calon dianggap tidak memberikan perubahan. Stigma politik dilihat sebagai sesuatu yang kotor, jahat, menghalalkan segala cara dan lain sebagainya sehingga memperburuk kepercayaan masyarakat terhadap politik. Akibatnya masyarakat enggan untuk menggunakan hak pilih. Stigma ini terbentuk karena tabiat sebagian politisi yang masuk pada kategori politik instan. Politik di mana baru mendekati masyarakat ketika akan ada agenda politik seperti pemilu. Maka kondisi ini meruntuhkan kepercayaan masyarakat pada politisi Arianto, 2011:9.

2.4 Korupsi di Indonesia

Korupsi merupakan fenomena yang telah menyejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia, bahkan bangsa-bangsa di dunia. Hingga kini korupsi di Indonesia bukannya surut, tetapi justru semakin berkembang tak terkendali dengan modus operandi yang semakin canggih. Dalam berbagai kesempatan dan 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 19 kegiatan korupsi mudah dilihat dan dikenali. Bahkan oleh orang awam sekalipun, mudah dimengerti, karena mereka sering melakukan atau mengalaminya. Banyak pihak yang melihat merajalelanya korupsi di Indonesia adalah refleksi sebuah budaya juga pendapat yang menyatakan bahwa korupsi itu lebih merupakan sebuah penyakit ganas dan bukan sebuah cacat bawaan dari suatu masyarakat. Seperti kanker yang lebih banyak muncul atau terjadi karena suatu proses perilaku korban yang buruk karena melanggar prinsip dan aturan hidup sehat. Memang ada kanker yang merupakan cacat bawaan keturunan, namun keberadaannya lebih mudah diatasi atau diantisipasi. Dalam konteks budaya yang dapat disalahgunakan dan mendorong terjadinya korupsi itu juga ada di mana- mana dan masih eksis hingga sekarang. Adapun korupsi terjadi disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: a Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi yang mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi. b Kelemahan pengajaran-pengajaran agama dan etika. c Kolonialisme. Suatu pemerintah asing tidaklah menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi. d Kurangnya pendidikan. e Kemiskinan. f Tiadanya tindak hukuman yang keras. g Kelangkaan lingkungan yang subur untuk prilaku anti korupsi. h Struktur pemerintahan yang berbelit-belit dan tidak kondusif. i Perubahan radikal. Tatkala suatu sistem nilai mengalami perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit tansisional. j Keadaan masyarakat. Korupsi dalam dalam suatu birokrasi bisa memberikan cerminan keadaan masyarakat keseluruhan. Alatas, 1986: 46-47. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 20 Menurut Sudjana ada 4 empat hal utama yang memicu korupsi kian menjadi-jadi, yaitu: 1. Sistem pemerintahan negara yang memungkinkan dan memberi peluang untuk korupsi; 2. Semakin menurunnya moralitas, akhlak, dan kesadaran masyarakat; 3. Pandangan hidup yang materialistik, sekuler, kapitalis, komunis, dan melupakan keberadaan Tuhan dalam kehidupan, serta; 4. Kurang aktifnya masyarakat dalam mengontrol Sudjana, 2008:28. Setelah Indonesia merdeka, budaya korupsi juga terus berlanjut. Tak ketinggalan dalam penelitiannya Sirait juga memaparkan bahwa terdapat beberapa jenis korupsi Beveniste dalam Sirait, 2011:16-18, antara lain: 1. Discretionery corupption, yakni tindak korupsi yang dilakukan karena adanya kebebasan dalam menentukan kebijakan, sekalipun nampaknya bersifat sah, bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima oleh para anggota organisasi. Contoh: seorang pelayan perizinan Tenaga Kerja Asing, memberikan pelayanan yang lebih cepat kepada ”calo”, atau orang yang bersedia membayar lebih, ketimbang para pemohon yang biasa-biasa saja. Alasannya karena calo adalah orang yang bisa memberi pendapatan tambahan. 2. Illegal corupption, yakni tindakan yang bermaksud mengacaukan bahasa atau maksud-maksud hukum, peraturan dan regulasi hukum. Contoh: di dalam peraturan lelang dinyatakan bahwa untuk pengadaan barang jenis tertentu harus melalui proses pelengan atau tender. Tetapi 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 21 karena waktunya mendesak karena turunnya anggaran terlambat, maka proses itu tidak dimungkinkan. Untuk pemimpin proyek mencari dasar hukum mana yang bisa mendukung atau memperkuat pelaksanaan sehingga tidak disalahkan oleh inspektur. Dicarilah pasal- pasal dalam peraturan yang memungkinkan untuk bisa digunakan sebagai dasar hukum guna memperkuat sahnya pelaksanaan tender. Dalam pelaksanaan proyek seperti kasus ini, sebenarnya sah atau tidak sah, bergantung pada bagaimana para pihak menafsirkan peraturan yang berlaku. Bahkan dalam beberapa kasus, letak illegal corupption berada pada kecanggihan memainkan kata-kata; buka substansinya. 3. Mercenery corruption, ialah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi, melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. Contoh: dalam sebuah persaingan tender, seorang panitia lelang mempunyai kewenangan untuk meluluskan peserta tender. Untuk itu secara terselubung atau terang-terangan ia mengatakan untuk memenangkan tender, peserta harus bersedia memberikan uang ”sogok” atau ”semir” dalam jumlah tertentu. 4. Ideologi corruption, ialah enis korupsi ilegal maupun discretionery yang dimaksudkan untuk mengejat tujuan kelompok. Contoh: kasus skandal Watergate adalah contoh ideological corruption, di mana sejumlah individu memberikan komitmen mereka terhadap presiden Nixon ketimbang kepada undang-undang atau hukum. Penjualan aset- aset BUMN untuk mendukung pemenangan pemilihan umum. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 22 Belum lama ini kita mendengar serangkaian kasus korupsi yang semakin menghangatkan suhu politik menjelang Pemilihan Umum Pemilu 2014. Pertama-tama, Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Luthfi Hasan Ishaq dinyatakan sebagai tersangka korupsi kasus impor daging sapi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Tak lama sesudahnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, yang dinyatakan sebagai tersangka korupsi oleh KPK dalam kasus proyek Hambalang. Tentu saja, dari sudut pandang normatif, ini merupakan suatu pertanda buruk dalam konsolidasi demokrasi di Indonesia. Korupsi seakan-akan sudah menjadi persoalan klasik dan fitur utama dalam politik di tanah air. Ironisnya, para politisi, pejabat publik, dan tokoh masyarakat yang tersangkut kasus korupsi juga memiliki latar belakang yang sempat digadang-gadang memiliki potensi memperjuangkan proses politik yang lebih bersih Anugrah, Iqra. 2013. Harian Indoprogress: http:indoprogress.com201302korupsi- sebuah-pembelajaran-akan-pentingnya-analisa-struktural. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah