Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor Pulp di negara eksportir dan importir utama dunia
DUNIA
DEWI KURAESIN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(2)
(3)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor dan Impor Pulp di Negara Eksportir dan Importir Utama Dunia adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada pengguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Dewi Kuraesin NIM H44100042
(4)
(5)
ABSTRAK
DEWI KURAESIN. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor dan Impor Pulp di Negara Eksportir dan Importir Utama Dunia. Dibimbing oleh NOVINDRA.
Pulp merupakan bahan baku utama yang sangat penting untuk industri kertas. Produksi dan konsumsi pulp di dunia mengalami fluktuasi. Hal ini mengakibatkan jumlah ekspor dan impor pulp dunia juga mengalami fluktuasi. Jumlah ekspor dan impor yang berfluktuasi juga disebabkan oleh tingginya permintaan kertas dunia, adanya penetapan ekolabeling, dan terjadinya krisis ekonomi yang melanda Amerika dan Eropa pada tahun 2009. Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis perkembangan ekspor pulp di Negara Kanada, Brazil, dan Indonesia sebagai salah satu negara eksportir terbesar di dunia dan perkembangan impor pulp di Negara Cina, Amerika Serikat, dan Indonesia sebagai salah satu negara importir terbesar di dunia; (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pulp di Negara Kanada, Brazil, dan Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi impor pulp di Negara Cina, Amerika Serikat, dan Indonesia. Penelitian ini menggunakan data time series tahun 1990-2012. Model ekspor dan impor pulp negara utama merupakan model regresi linear berganda yang diestimasi menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS). Penetapan ekolabeling menyebabkan ekspor dan impor pulp di negara utama mengalami penurunan. Ekspor pulp di negara utama dipengaruhi oleh harga ekspor pulp, jumlah produksi pulp, dan kurs rill . Impor pulp di negara utama dipengaruhi oleh harga impor pulp, jumlah konsumsi pulp, dan produk domestik bruto.
(6)
ABSTRACT
Dewi Kuraesin. Analysis of Affecting Factors in Pulp Export and Import of
World’s Main Exportir and Iimportir Countries. Supervised by NOVINDRA. Pulp is the most important raw material for paper industry. Production and consumption of the world's was pulp fluctuated. It caused the fluctuation of
world’s pulp export and import. Total export and import were fluctuated due to high world’s demand for paper, the establishment of ecolabeling, and economic crisis afflicting the US and Europe in 2009. The purposes of this research are: (1)
to analyze the development of Canada’s, Brazil’s, and Indonesia’s pulp export and to analyze the development of China’s, United State of America’s, and Indonesia’s pulp import after the establishment ecolabeling; (2) to analyze the
affecting factors of Canada’s, Brazil’s, and Indonesia’s pulp export and to analyze the affecting factors of China’s, United State of America’s, and Indonesia’s pulp import. This research is using time series data from 1990-2012.
The world’s pulp export and import model was estimated by the doubled linear
regresion with Ordinary Least Square (OLS) estimation method. Formulations
exports were divided into 3 single formulations, which are Canada’s pulp export,
Brazil’s pulp export, and Indonesia’s pulp export. Formulations import were
divided into 3 single formulations, are another single formulations of China’s
pulp import United State of America’s import and Indonesia’s pulp import. Result
of this research the establishment of Ecolabeling caused exports and imports of pulp in the main countries has decreased. Exports of pulp in the main countries are influenced by the export price of pulp, pulp production, and the real exchange rate. Imports of pulp in the main countries are influenced by the price of imported pulp, pulp consumption, and gross domestic product.
Key words: ecolabeling, export, import, Ordinary Least Square (OLS) Method,
(7)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR DAN IMPOR PULP DI NEGARA EKSPORTIR
DAN IMPORTIR UTAMA DUNIA
DEWI KURAESIN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(8)
(9)
(10)
(11)
PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Agustus 2014 adalah perdagangan pertanian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor dan Impor Pulp di Negara Eksportir dan Importir Utama Dunia”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orangtua saya Bapak H. Endang Abdurrahman dan Ibu Hj. Titi Asiah, serta kakak-kakak tercinta Iis, Dewi, Dadang, Ei, Zen, Ilyas , dan Yusif, serta ponakanku Felina , Aria, Rajindra, dan Keysa atas segala doa, cinta dan dukungannya baik moril dan materil.
2. Orangtua kedua saya Bapak Ir. S. Negoro yang senantiasa mengarahkan dan membimbing saya dan memberikan dukungan baik moril maupun materil. 3. Bapak Novindra SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing
akademik yang telah menyediakan waktu, tenaga, perhatian dan pikirannya untuk mengarahkan dan membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini dan selama menjadi mahasiswa.
4. Bapak Rizal Bachtiar, sebagai dosen pembimbing akademik, atas bimbingan dan perhatiannya selama penulis menjalani perkuliahan.
5. Dosen dan staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah membantu selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
6. Teman-teman satu bimbingan Anggi, Astari, Debbie, Satria, Dian, Miranti, dan Neng atas segala semangat dan perhatiannya; serta kepada teman-teman ESL 47 atas kebersamaannya selama ini.
7. Sahabat-sahabatku: Asri, Atika, Dian, Dita, Dyah, Elin, Emma, Esya, Fibri, Hanif, Kak Lan, Lia, Mami Alfi, Mentari, Putri, Rana, Rizka, Rola, Shella, Suci, Vany, dan Yani.
8. Semua pihak yang telah mendukung dan memotivasi penulis bahwa skripsi harus dikerjakan agar bisa menyandang gelar sarjana.
Bogor, Januari 2015 Dewi Kuraesin
(12)
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 12
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1. Proses Pembuatan Pulp ... 14
2.2. Ekolabeling…….. ... 16
2.3. Kebijakan Pemerintah Indonesia mengenai Ekolabeling ... 17
2.4. Produksi Pulp Dunia ... 18
2.5. Konsumsi Pulp Dunia ... 18
2.6. Ekspor Pulp Dunia ... 19
2.7. Impor Pulp Dunia ... 20
2.8. Penelitian Terdahulu ... 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 25
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25
3.1.1. Teori Perdagangan Internasional ... 25
3.1.2. Teori Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor ... 26
3.1.3. Model Regresi Linier Berganda ... 28
3.2. Kerangka Operasional ... 31
IV. METODE PENELITIAN ... 34
4.1. Jenis dan Sumber Data ... 34
4.2. Metode Analisis Data ... 34 4.2.1. Analisis Perkembangan Ekspor Pulp Kanada, Brazil dan
(14)
dan Indonesia Permintaan Pulp ... 34
4.2.2. Analisis Faktor-Faktor ... 35
4.2.2.1. Perumusan Model ... 35
4.2.2.2. Estimasi Model ... 39
4.2.2.3. Metode Pengujian Model Regresi Linier Berganda ... 39
V. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PULP DI NEGARA EKSPORTIR DAN IMPORTIR UTAMA DUNIA ... 48
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR DAN IMPOR PULP DI NEGARA EKSPORTIR DAN IMPORTIR UTAMA DUNIA……… ... 58
VII. SIMPULAN DAN SARAN ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN ... 81
(15)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 200 Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 ... 1
2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, dalam Sektor Industri Pengolahan Tahun 2007-211 ... 2
3. Data 10 Negara Produsen Pulp Terbesar di Dunia Tahun 2008-2012 3
4. Data 10 Negara Konsumen Pulp Terbesardi Dunia Tahun 2008-2012 4
5. Ekspor dan Impor Pulp Dunia Tahun 2008-2012 ... 5
6. Data 10 Negara Eksportir Pulp Terbesar di Dunia Tahun 2008-2012 6
7. Data 10 Negara Importir Pulp Terbesar di Dunia Tahun 2008-2012 . 8
8. Produksi dan Konsumsi Pulp Dunia Tahun 2008-2012 ... 9
9. Jumlah Konsumsi Kertas Dunia Tahun 2008-2012 ... 10
10. Jumlah Permintaan Kertas Indonesia Tahun 2007-2011 ... 11
11. Persamaan dan Perbedaan Antara Penelitian “Analisis Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Ekspor dan Impor Pulp di Negara Eksportir dan Importir Utama Dunia” dengan Penelitian Terdahulu.. ... 22
12. Perkembangan Ekspor Pulp Negara Kanada Tahun 1990-2012 ... 48
13. Perkembangan Ekspor Pulp Negara Brazil Tahun1990-2012 ... 49
14. Perkembangan Ekspor Pulp Negara Indonesia Tahun 1990-2012 ... 50
15. PerkembanganImpor Pulp Negara Cina Tahun 1990-2012 ... 52
16. Perkembangan Impor Pulp Negara Amerika Serikat Tahun 1990-2012. 53
17. Perkembangan Impor Pulp Negara Indonesia Tahun 1990-2012 ... 55
18. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Ekspor Pulp Negara Kanada ... 58
19. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Ekspor Pulp Negara Brazil ... 61
20. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Ekspor Pulp Negara Indonesia ... 63
21. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Impor Pulp Negara Cina ... 66
(16)
22. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Impor
Pulp Negara Amerika Serikat ... 68
23. Hasil Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas Persamaan Impor Pulp Negara Indonesia ... 72
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Pulp and Paper Mill Eco-Industry Park ... 142. Pekembangan Produksi Pulp Dunia Tahun 2002-2012 ... 18
3. Pekembangan Konsumsi Pulp Dunia Tahun 2002-2012 ... 19
4. Pekembangan Ekspor Pulp Dunia Tahun 2002-2012 ... 20
5. Pekembangan Impor Pulp Dunia Tahun 2002-2012 ... 21
6. Kurva Proses Terjadinya Perdagangan Internasional ... 26
7. Kerangka Pemikiran Operasional ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Data dan Sumber Data Model Ekspor dan Impor Pulp di Dunia Tahun 1990-2011 ... 822. Keterangan Notasi Variabel ... 85
3. Hasil Uji Statistik: uji t, uji F, uji koefisien determinasi untuk Ekspor Pulp Negara Kanada ... 86
4. Uji Normalitas untuk Ekspor Pulp Negara Kanada ... 86
5. Uji Autokorelasi untuk Ekspor Pulp Negara Kanada ... 87
6. Uji Multikolinearitas untuk Ekspor Pulp Negara Kanada ... 87
7. Uji Heteroskedastisitas untuk Ekspor Pulp Negara Kanada... 88
8. Hasil Uji Statistik: uji t, uji F, uji koefisien determinasi untuk Ekspor Pulp Negara Brazil ... 89
9. Uji Normalitas untuk Ekspor Pulp Negara Brazil ... 89
10. Uji Autokorelasi untuk Ekspor Pulp Negara Brazil ... 90
11. Uji Multikolinearitas untuk Ekspor Pulp Negara Brazil ... 90
(17)
13. Hasil Uji Statistik: uji t, uji F, uji koefisien determinasi untuk
Ekspor Pulp Negara Indonesia ... 92
14. Uji Normalitas untuk Ekspor Pulp Negara Indonesia ... 92
15. Uji Autokorelasi untuk Ekspor Pulp Negara Indonesia ... ... 93
16. Uji Multikolinearitas untuk Ekspor Pulp Negara Indonesia ... 93
17. Uji Heteroskedastisitas untuk Ekspor Pulp Negara Indonesia ... 94
18. Hasil Uji Statistik: uji t, uji F, uji koefisien determinasi untuk Impor Pulp Negara Cina ... 95
19. Uji Normalitas untuk Impor Pulp Negara Cina ... 95
20. Uji Multikolinearitas untuk Impor Pulp Negara Cina ... 96
21. Uji Heteroskedastisitas untuk Impor Pulp Negara Cina ... 97
22. Hasil Uji Statistik: uji t, uji F, uji koefisien determinasi untuk Impor Pulp Negara Amerika Serikat ... 98
23. Uji Normalitas untuk Impor Pulp Negara Amerika Serikat ... 98
24. Uji Autokorelasi untuk Impor Pulp Negara Amerika Serikat ... 99
25. Uji Multikolinearitas untuk Impor Pulp Negara Amerika Serikat ... 99
26. Uji Heteroskedastisitas untuk Impor Pulp Negara Amerika Serikat .... 100
27. Hasil Uji Statistik: uji t, uji F, uji koefisien determinasi untuk Impor Pulp Negara Indonesia ... 101
28. Uji Normalitas untuk Impor Pulp Negara Indonesia ... 101
29. Uji Autokorelasi untuk Impor Pulp Negara Indonesia ... 102
30. Uji Multikolinearitas untuk Impor Pulp Negara Indonesia ... 103
(18)
(19)
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang disebabkan negara ini dilewati garis khatulistiwa. Hal inilah yang mendasari kekayaan sumberdaya alam yang melimpah sehingga menunjang industri pengolahan dalam memanfaatkan sumberdaya tersebut. Sumberdaya alam yang melimpah menyebabkan Indonesia mempunyai keunggulan di sektor industri pengolahan. Sektor industri pengolahan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan peningkatan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga devisa negara meningkat.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2011 (dalam Triliun Rupiah)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
Rata-rata Kontri busi (%) Rata-rata laju pertum-buhan (%)
1. Pertanian 271,51 284,62 295,88 304,78 315,04 13,40 3,65 1.Pertambangan
dan Penggalian
171,28 172,49 180,20 187,15 190,14 8,22 2,57 3.Industri
Pengolahan 538,08 557,76 570,10 597,13 633,78 26,37 4,00 4. Listrik, Gas
&Air Bersih
13,51 14,99 17,14 18,05 18,89 0,75 7,98 5. Konstruksi 121,81 131,01 140,27 150,02 159,12 6,37 6,46 6.Perdagangan,
Hotel dan Restoran
340,44 363,82 368,46 400,47 437,47 17,35 6,03 7. Pengangkutan
dan Komunikasi 142,33 165,91 192,19 217,98 241,30 8,65 8. Keuangan, Real
Estate dan Jasa Perdagangan
183,66 198,79 209,16 221,02 236,15 9,53 12,35 9. Jasa-jasa 181,71 193,05 205,43 217,84 232,66 9,36 6,09 Total 1.964,33 2.082,44 2.178,83 2.314,44 2.464,55 100,00 5,99 Sumber: BPS, diolah (2013)
Berdasarkan Tabel 1, nilai PDB sektor industri pengolahan atas dasar harga konstan 2000 menempati peringkat pertama dibandingkan sektor perdagangan dan sektor pertanian dengan rata-rata kontribusi sebesar 26,37% periode 2007-2011.
(20)
Rata-rata laju pertumbuhan industri pengolahan tiap tahun meningkat sebesar 4,00% dari tahun 2007 sampai 2011.
Tabel 2. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, dalam Sektor Industri Pengolahan Tahun 2007-2011(dalam Triliun Rupiah)
Sektor industri
Pengolahan 2007 2008 2009 2010 2011
Rata-rata kontri-busi (persen) Rata-rata laju pertum-buhan (persen) a.Migas 47,80 47,70 46,90 47,20 46,80
1.Pengilangan
Minyak Bumi 20,80 20,90 21,10 21,30 21,50 3,65 0,82 2.Gas Alam
Cair(LNG) 27,00 26,70 25,90 25,90 25,30 4,53 1,64 b.Non Migas 490,30 510,10 523,2 550,00 587,00
1.Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
136,70 139,90 155,6 159,90 174,60 26,42 5,87
2.Industri Tekstil, Barang dan Kulit dan Alas Kaki
52,90 51,00 51,30 52,20 56,10 9,11 1,38 3.Industri Kayu
dan Produk lainnya
19,70 20,30 20,10 19,40 19,40 3,42 -0,41
4.Industri Produk Kertas dan Percetakan
25,90 25,50 27,10 27,50 27,90 4,62 1,80
5.Industri Produk Pupuk, Kimia dan Karet
65,50 68,40 69,50 72,80 75,70 12,15 3,54 6.Industri Produk
Semen dan Penggalian Bukan Logam
16,20 16,00 15,90 16,30 17,40 2,82 1,74
7.Industri Logam Dasar Besi dan Baja
8,20 8,00 7,70 7,90 8.90 1,40 1,84 8.Industri
Peralatan, Mesin dan Perlengkapan Transportasi
161,40 177,20 172,1 189,90 202,90 31,15 5,43 9. Produk Industri
Pengolahan lainnya
3,80 3,80 3.90 4,00 4,10 0,67 1,87 Total PDB sektor
industri pengolahan
538,10 557,80 570,10 597,10 633,80
(21)
Berdasarkan Tabel 2, pada tahun 2007 nilai PDB sektor industri pengolahan sebesar 538,08 triliun rupiah. Pada tahun 2011 PDB sektor ini mengalami peningkatan menjadi 633,78 triliun rupiah. Hal ini tentunya ditunjang oleh sub sektor industi pengolahan yang terdiri dari sektor industri pengolahan migas dan industri pengolahan non migas. Sub sektor industri pengolahan yang menyumbangkan PDB terbanyak adalah sub sektor non migas dengan PDB sebesar 587,00 triliun rupiah dibandingan sub sektor migas sebesar 46,80 triliun rupiah pada tahun 2011. Salah satu penyumbang PDB pada sektor non migas adalah industri hasil kayu dan produk olahan lainnya dengan rata- rata kontribusi sebesar 3,42%. Industri hasil kayu dan produk lainnya merupakan agregasi dari industri hasil olahan kayu primer. Salah satu produk dari olahan industri kayu adalah pulp.
Tabel 3. Data 10 Negara Produsen Pulp Terbesar di Dunia Tahun 2008-2012
No Tahun
Jumlah Produksi Pulp ( jutaTon) Rata-rata Rata-rata Laju 2008 2009 2010 2011 2012
kontribusi (%)
Pertumbuhan (%) 1 Amerika Serikat 154,0 142,8 148,3 148,9 150,1 30,0 -0,6 2 Kanada 52,0 43,8 47,6 46,7 45,4 9,5 -3,2
3 Brazil 37,9 40,1 42,7 42,1 42,3 8,3 2,8
4 Cina 33,4 28,6 34,6 38,0 36,0 6,9 1,6
5 Swedia 33,0 30,9 31,9 31,8 33,3 6,5 0,2
6 Finlandia 30,9 23,5 28,2 27,9 28,1 5,6 -1,9
7 Jepang 31,2 24,9 27,6 26,5 25,4 5,5 -4,7
8 Rusia 19,9 18,6 20,3 21,6 22,4 4,1 2,9
9 Indonesia 17,0 15,0 17,3 19,5 19,9 5,4 3,7
10 Cile 14,4 14,5 11,8 14,2 14,8 2,8 -0,4
11 Lain-lain 90,1 83,5 85,3 87,4 85,8 17,4 -1,2 Total 513,9 466,1 495,6 504,6 503,6 100,0 -0,7 Sumber: FAO 2013 (diolah)
Pulp merupakan bahan utama dalam proses pembuatan kertas, dapat dikatakan bahwa pulp merupakan penunjang utama industri kertas. Berdasarkan Tabel 3 Indonesia merupakan produsen pulp ke sembilan dengan rata-rata kontribusi sebesar 5,4%. Indonesia merupakan produsen utama pulp di kawasan Asia Tenggara. Rata-rata laju pertumbuhan Indonesia meningkat tiap tahunnya sebesar 3,7%. Indonesia juga merupakan negara yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan produksi pulp yang paling besar dibandingkan negara lainnya
(22)
terutama Amerika Serikat dan Kanada. Hal ini dikarenakan pada tahun 2009 terjadi krisis ekonomi global yang menyababkan industri khususnya pulp di negara bagian Eropa dan Amerika mengalami penurunan produksi
Tabel 4. Data 10 Negara Konsumen Pulp Terbesar di Dunia Tahun 2008- 2012
No Tahun
Jumlah Konsumsi Pulp ( 1 juta Ton)
Rata-rata Rata-rata
2008 2009 2010 2011 2012
Kontri- busi (%)
Laju Pertumbuhan
(%) 1 Amerika Serikat 133,1 122,2 125,0 123,9 127,0 37,26 1,29 2 Cina 33,3 28,4 34,4 37,8 35,8 9,74 0,94
3 Jepang 30,7 24,5 26,4 25,3 24,4 7,53 6,52
4 Sweden 22,5 21,2 22,4 22,7 23,7 6,47 1,2
5 Finlandia 24,2 19,1 21,8 21,0 20,1 6,1 5,64
6 Kanada 23,6 19,3 20,0 18,3 16,4 5,59 9,95
7 Brazil 16,4 14,7 16,7 15,8 16,0 4,58 1,05
8 Rusia 13,9 13,5 14,7 15,6 15,7 4,22 2,89
9 Indonesia 9,0 8,3 9,6 10,6 10,3 2,75 0,75
10 India 8,1 8,2 8,2 8,2 8,2 2,3 3,04
11 lain-lain 56,3 47,6 49,6 48,6 48,2 14,38 4,28 Total 371,1 326,9 348,8 347,71 345,9 100 37,55 Sumber : FAO 2013 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4 Amerika Serikat juga merupakan negara konsumen terbesar pulp di dunia dengan rata-rata kontribusi sebesar 37,3% dari total konsumsi pulp dunia pada tahun 2008-2012. Total konsumsi Amerika Serikat pada tahun 2012 sebesar 127,0 juta ton. Jumlah konsumsi pulp negara ini selalu diatas 100 juta ton per tahun. Hal ini dikarenakan Amerika Selatan merupakan negara produsen kertas terbesar di dunia, khususnya Amerika Serikat (Tang 2008) Akibatnya negara Amerika Serikat membutuhkan pulp dalam jumlah yang besar. Jumlah konsumsi pulp Amerika Serikat menurun pada tahun 2009 dari 133,1 juta ton menjadi 122,2 juta ton dan rata-rata laju pertumbuhannya sebesar 1,29% pada periode 2008-2012. Konsumen terbesar pulp ke dua pada tahun 2008-2009 adalah Cina dengan rata-rata kontribusi 9,7%. Konsumsi pulp negara Cina yang tinggi disebabkan oleh terus berkembangnya industri kertas di Cina (Zhuang 2006)
Pada tahun 2012 Cina mengonsumsi pulp sebesar 35,8 juta ton. Jumlah pulp yang dikonsumsi Cina berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 1,0%. Penurunan jumlah konsumsi pulp terbesar terjadi
(23)
pada tahun 2009 dari 33,3 juta ton menjadi 28,4 juta ton sedangkan peningkatan konsumsi pulp terbesar terjadi pada tahun 2010 dari 28,4 juta ton menjadi 34,4 juta ton. Indonesia menjadi negara dengan jumlah konsumsi pulp urutan ke sembilan dengan rata-rata kontribusi sebesar 2,8% dari total konsumsi pulp di dunia. Jumlah konsumsi pulp di Indonseia yang kecil dsebabkan jumlah industri kertas masih berkembang (Junaedi 2001). Jumlah konsumsi pulp Indonesia pada tahun 2012 mencapai 10,3 juta ton. Pada tahun 2009 jumlah konsumsi Indonesia menurun dari 9,0 juta ton menjadi 8,3 juta ton sedangkan tahun selanjutnya terus mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,8% dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Jumlah komsumsi pulp dunia pun berfluktuasi, penurunan konsumsi pulp lebih besar terjadi pada tahun 2009 dari 371,1 juta ton menjadi 326,9 juta ton. Jumlah produksi dan konsumsi tiap negara dapat mempengaruhi jumlah ekspor dan impor pulp dunia.
Tabel 5. Ekspor dan Impor Pulp Dunia Tahun 2008-2012 Tahun Jumlah Ekspor (juta
ton)
Laju Pertumbuhan (%)
Jumlah Impor (juta ton)
Laju Pertumbuhan (%)
2008 142,78 139,12
2009 139,28 -2,51 133,03 -4,58
2010 146,84 5,14 140,70 5,45
2011 156,86 6,39 150,93 6,78
2012 157,73 0,55 154,21 2,13
Rata-rata 148,70 2,39 143,60 2,44
Sumber: FAO 2013(diolah)
Berdasarkan Tabel 5, ekspor pulp dunia terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 2,39% periode 2008-2012. Adapun pada tahun 2009 jumlah ekspor pulp dunia mengalami penurunan yang tajam yaitu dari 142,78 juta ton turun menjadi 139,28 juta ton dan terus meningkat pada tahun selanjutnya mencapai 157,73 juta ton pada tahun 2012. Tidak jauh berbeda dengan ekspor pulp, impor pulp dunia setiap tahun terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhannya sebesar 2,44% pada tahun 2008-2012. Pada tahun 2009 impor pulp dunia mengalami penurunan yang besar pada tahun 2009 yaitu dari 139,12 juta ton menjadi 133,03 juta ton. Peningkatan jumlah impor pulp terbesar terjadi pada tahun 2011 dari 140,70 juta ton naik menjadi 150,92 juta ton. Pada tahun 2009 terjadi krisis ekonomi global yang berdampak negatif terhadap kegiatan
(24)
ekspor dan impor pulp dunia. Beberapa negara eksportir dan importir utama pulp dunia menurunkan jumlah ekspor dan impor pulp
Tabel 6. Data 10 Eksportir Pulp Terbesar di Dunia Tahun 2008-2012
No Negara
Jumlah Ekspor Pulp ( Juta ton) Rata-rata Laju Pertumbuhan
(%) 2008 2009 2010 2011 2012
Rata-rata
1 Kanada 28,49 24,52 27,56 28,48 29,02 27,61 -0,02 2 Brazil 21,46 25,40 25,97 26,24 26,34 25,08 4,78 3 Amerika Serikat 20,87 20,57 23,27 25,01 23,10 22,57 2,21 4 Chile 12,19 12,93 10,14 12,08 12,98 12,06 0,31
5 Swedia 10,44 9,71 9,47 9,15 9,53 9,66 -2,41
6 Indonesia 8,09 6,68 7,69 8,85 9,59 8,18 3,23
7 Finlandia 6,65 4,37 6,48 6,86 8,04 6,48 0,11
8 Rusia 5,95 5,14 5,59 6,05 6,71 5,89 2,47
9 Jerman 3,07 3,18 2,89 3,20 3,26 3,12 1,26
10 Spanyol 2,69 2,60 2,65 3,41 3,50 2,97 5,81
Sumber: FAO 2013(diolah)
Berdasarkan Tabel 6 negara pengekspor pulp terbesar adalah negara Kanada dengan rata-rata sebesar 27,61 juta ton setiap tahunnya. Kanada mengalami penurunan jumlah ekspor pulp pada tahun 2009 yaitu dari 28,29 juta ton turun menjadi 24,52 juta ton kemudian pada tahun selanjutnya terus mengalami peningkatan dan rata-rata laju pertumbuhannya sebesar -0,02% pada tahun 2008-2012. Krisis ekonomi global menyebabkan jumlah produksi turun sehingga jumlah ekspor pulp turun. Jumlah konsumsi pulp negara Amerika Serikat yang tinggi mengakibatkan negara Amerika Serikat menjadi negara eksportir pulp ketiga dengan rata-rata laju ekspor sebesar 2,21% periode 2008-2012. Adapun diurutan dua terdapat negara Brazil dengan rata-rata jumlah pulp yang diekspor sebesar 25,08 juta ton Brazil dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 2,21% pada tahun 2008-2012. Berbeda dengan negara Kanada dan Amerika Serikat, jumlah ekspor pulp negara Brazil terus meningkat tiap tahunnya periode 2008-2012 dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,78%. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu dari 21,46 juta ton naik menjadi 25,40 juta ton. Pada saat terjadinya krisis ekonomi global, kondisi perekonomian negara Brazil lebih stabil sehingga ekspor pulp Brazil tidak mengalami penurunan pada tahun 2009. Indonesia menempati urutan ke enam yaitu dengan rata-rata jumlah pulp yang diekspor setiap tahunnya sebesar 8,18 juta ton pada tahun 2008-2012.
(25)
Jumlah ekspor pulp Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya tetapi pada tahun 2009 mengalami penurunan yaitu dari 8,09 juta ton turun menjadi 6,68 juta ton dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 3,23% periode 2008-2012. Krisis ekonomi global terjadi dibeberapa negara bagian Amerika dan Eropa namun Indonesia terkena dampaknya.
Berdasarkan Tabel 7, Indonesia juga merupakan negara pengimpor pulp menempati urutan ke sembilan dengan rata-rata jumlah pulp yang diimpor setiap tahunnya sebesar 3,13 juta ton. Tidak jauh berbeda dengan jumlah ekspor, jumlah impor pulp Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 3,21% periode 2008-2012. Pada tahun 2009 jumlah impor pulp Indonesia menurun dari 2,96 juta ton menjadi 2,87 juta ton dan tahun selanjutnya meningkat hingga mencapai 3,39 juta ton pada tahun 2012. Penurunan impor pulp dikarenakan harga impor pulp dari negara pengekspor tinggi saat terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2009.
Indonesia belum bisa memproduksi pulp serat panjang sehingga Indonesia mengimpor pulp serat panjang dari negara lain. Selain ittu, Indonesia juga masih mengimpor pulp jenis serat pendek karena kualitas pulp dari negara lain lebih baik.
Importir terbesar pulp adalah negara Cina. Rata-rata jumlah impor pulp Cina setiap tahun sebesar 40,48 juta ton pulp. Jumlah impor pulp negara Cina cenderung meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 10,04% periode 2008-2012. Salah satu faktor yang mendorong jumlah impor pulp Cina meningkat adalah jumlah konsumsi negara ini sangat besar. Semakin tinggi tingkat konsumsi pulp maka semakin tinggi juga jumlah pulp yang di impor. Adapun pada tahun 2010 jumlah impor pulp Cina mengalami penurunan yaitu dari 42,34 juta ton menjadi 35,32 juta ton. Amerika Serikat juga merupakan negara pengimpor pulp kedua setelah Cina. Jumlah pulp yang diimpor Amerika Serikat setiap tahunnya rata-rata sebesar 15,69 juta ton. Jumlah impor pulp Amerika Serikat berfluktuasi namun cenderung menurun dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar -4,39%. Penurunan jumlah impor pulp Amerika Serikat paling besar terjadi pada tahun 2009 yaitu dari 16,93 juta ton menjadi 13,65 juta ton. Peningkatan jumlah impor
(26)
pulp tertinggi terjadi pada tahun 2010 dari 13,65 juta ton naik menjadi 16,56 juta ton.
Tabel 7. Data 10 Importir Pulp Terbesar di Dunia Tahun 2008-2012
No Negara
jumlah Impor Pulp (juta ton) Rata-rata Laju Pertumbuhan
(%) 2008 2009 2010 2011 2012
Rata-rata
1 Cina 30,33 42,34 35,32 44,40 50,00 40,48 10,04 2 Amerika Serikat 16,93 13,65 16,56 16,40 14,89 15,69 -4,39 3 Jerman 16,28 10,93 14,96 14,41 13,49 14,01 -8,16
4 Italy 9,53 8,90 10,18 10,27 9,82 9,74 0,44
5 korea 7,42 7,14 7,56 7,48 7,15 7,35 -1,03
6 Perancis 5,48 4,56 5,70 5,59 5,09 5,28 -3,02
7 Jepang 5,62 4,72 5,13 5,35 5,22 5,21 -2,39
8 Belanda 4,04 2,79 3,60 4,78 4,53 3,95 -0,78
9 Indonesia 2,96 2,87 3,18 3,24 3,39 3,13 3,21
10 India 1,49 1,80 2,24 2,48 2,86 2,18 15,01
Sumber: FAO 2013 (diolah)
Isu lingkungan juga menjadi perhatian yang penting dalam industri pulp. Industri pulp merupakan salah satu penghasil emisi gas terbesar. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pulp dibagi menjadi tiga yaitu limbah cair, padat, dan gas. Limbah padat yang dihasilkan berupa kulit kayu, fines, serbuk, sludge, HBL, ash boiler, lime. Kulit kayu, fines, dan serbuk dihasilkan dari proses pembuatan chips.
Sludge merupakan kumpulan serat reject yang dihasilkan dari proses pembuatan
pulp. Proses kraft pulp sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan yang berupa bau. Gas yang berbau ini secara umum dinamakan NCG (Non Condensible Gas). NCG berasal dari Digester Plant, Washing Screening, dan Evaprator Plant. Komponen NCG yaitu H2S (hidrogen sulfit), CH3S (metil mercaptan), (CH3)2S2 (dimetil disulfit), VOC (Volatile Organic Component), dan metanol. Limbah gas NCG terbagi menjadi 2 yaitu CNCG (Concentrate Non Condensable Gas) dan DNCG (Dilute Non Condensable Gas). Hal ini diperlukan adanya ekolabeling untuk menjaga kelestarian lingkunagan.
Melihat perkembangan industri pulp yang begitu pesat di dunia, khususnya Indonesia, maka Indonesia harus mampu memanfaatkan situasi yang ada untuk meningkatkan perdagangan pulp di dunia karena peluang devisa dari perdagangan pulp bagi Indonesia. Pada saat ini Indonesia masih memiliki kontribusi ekspor pulp yang rendah di pasar internasional dibandingkan negara-negara eksportir lain
(27)
sehingga daya saing pulp Indonesia masih lemah dan mampu menurunkan impor pulp. Oleh sebab itu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor pulp di negara eksportir dan importir utama dunia penting untuk dilakukan agar pulp Indonesia mampu bersaing dan ekspor pulp Indonesia dapat meningkat di pasar internasional.
1.2. Perumusan Masalah
Peningkatan kebutuhan pulp yang terus bertambah ditandai dengan berkembangnya ekspor dan impor pulp. Jumlah ekspor dan impor pulp di dunia mengalami fluktuasi. Penurunan produksi pulp yang besar terjadi pada tahun 2009 di negara-negara maju. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya krisis ekonomi di sejumlah negara Eropa dan Amerika yang menyebabkan biaya produksi tinggi sehingga banyak perusahaan yang tutup produksi. Jumlah ekspor pulp yang meningkat diduga disebabkan oleh peningkatan jumlah produksi pulp sedangkan jumlah impor pulp yang meningkat disebabkan oleh peningkatan jumlah konsumsi pulp. Jumlah produksi yang tinggi mendorong negara untuk meningkatkan jumlah ekspor karena dapat meningkatkan pendapatan negara. Jumlah konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah produksi mendorong suatu negara untuk mengimpor.
Tabel 8. Produksi dan Konsumsi Pulp Dunia Tahun 2008-2012
Tahun
Jumlah Pulp Produksi (juta ton) Laju Pertumbuhan
(%) Konsumsi (juta ton)
Laju Pertumbuhan (%)
2008 513,89 - 371,11 -
2009 466,15 -10,24 326,87 -13,53
2010 495,63 5,95 348,80 6,29
2011 504,57 1,77 347,71 -0,31
2012 503,60 -0,19 345,86 -0,53
rata-rata 496,77 -0,68 348,07 -2,02
Sumber: FAO 2012(diolah)
Berdasarkan Tabel 8, jumlah produksi pulp dunia cenderung menurun dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar -0,68% sedangkan rata-rata laju pertumbuhan konsumsi pulp dunia sebesar -2,2% setiap tahunnya. Hal ini mengakibatkan dunia mengalami kelebihan suplai pulp karena jumlah pulp yang produksi lebih besar dibandingkan dengan jumlah pulp yang dikonsumsi.
(28)
Rata-rata jumlah produksi pulp setiap tahunnya sebesar 496,77 juta ton dan jumlah pulp yang dikonsumsi rata-rata sebesar 348,07 juta ton per tahun periode 2008-2012. Akan tetapi, kebutuhan kertas dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini yang mendorong terjadinya peningkatan jumlah ekspor pulp karena pulp merupakan bahan baku utama dalam pembuatan kertas.
Berdasarkan Tabel 9, rata-rata laju pertumbuhan konsumsi kertas sebesar 1,55%. Jumlah konsumsi kertas dunia meningkat dikarenakan bidang pendidikan dunia, khususnya Indonesia, meningkat pesat sehingga kebutuhan akan kertas untuk buku semakin meningkat. Bidang industri juga dari tahun ke tahun meningkat menimbulkan kebutuhan akan kertas dan kardus meningkat. Selain itu, media cetak juga membutuhkan kertas sebagai media untuk mencetak berita. Tabel 9. Jumlah Konsumsi Kertas Dunia Tahun 2008-2012
Tahun Jumlah Konsumsi Kertas (juta ton) Laju Pertumbuhan (%)
2008 659,80
2009 642,93 -2,62
2010 687,20 6,44
2011 697,22 1,44
2012 703,74 0,93
Rata-rata 678,18 1,55
Sumber : FAO 2013
Pada tahun 2009 terjadi penurunan jumlah konsumsi pulp yang besar yaitu dari 659,80 juta ton menjadi 642,93 juta ton karena pada tahun yang sama terjadi penurunan yang besar pada produksi pulp di negara-negara maju. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya krisis ekonomi di sejumlah negara Eropa dan Amerika yang menyebabkan perusahan-perusahan di negara tersebut tidak berproduksi dengan baik
Perkembangan dunia pendidikan dunia, khususnya Indonesia, meningkat pesat sehingga kebutuhan akan kertas untuk buku semakin meningkat. Bidang industri juga dari tahun ke tahun meningkat menimbulkan kebutuhan akan kertas dan kardus meningkat hal ini dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan Tabel 10, selama tahun 2007-2009 laju pertumbuhan permintaan Indonesia rata-rata sebesar 5,63% setiap tahunnya. Rata-rata jumlah permintaan kertas Indonesia sebesar 6,85 juta ton.
(29)
Tabel 10. Jumlah Permintaan Kertas Indonesia Tahun 2007-2011
Tahun Permintaan Kertas (juta ton) Laju Pertumbuahan (%)
2007 5,98
2008 6,35 5,83
2009 6,55 3,05
2010 7,75 15,48
2011 7,61 -1,84
Rata-rata 6,85 5,63
Sumber: APKI 2011
Permasalahan lainnya yang dihadapi oleh industri pulp adalah terkait dengan masalah lingkungan. Pada saat ini masalah lingkungan merupakan masalah utama dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan mempengaruhi kebijakan ekonomi dan perdagangan luar negeri dan internasional. Dimana suatu negara harus memperhatikan aspek lingkungan dalam berbagai kegiatan produksi agar lingkungan tetap lestari. Hal ini juga mendasari penetapan ekolabelling dalam bidang industri, khususnya kehutanan.
Berdasarkan hal tersebut International Tropical Timber Organization
(ITTO) pada tahun 1990 Hasil Konferensi pada bulan Mei di Bali, ITTO telah menentukan target bahwa pada tahun 2000 seluruh kayu tropis yang diperdagangkan harus berasal dari hutan yang diproduksi secara lestari (Kim 2001). Hal ini mennjelaskan bahwa penetapan ekolabeling terjadi pada tahun 2000.
Pulp merupakan produk turunan kedua kayu sehingga industri pulp terkena dampak dari penetapan ekolabelling tersebut. Akibat adanya penetapan ekolabeling beberapa perusahaan di Amerika dan Eropa mengalami peningkatan secara besar biaya produksi dan biaya atas pengeluaran polusi, polusi air maupun polusi udara akibat kegiatan produksi pulp atau meningkat sekitar 635-700 juta dollar Amerika Serikat dari tahun 1994-2000. Akan tetapi, hal ini menjadi peluang yang besar bagi negara di kawasan Asia,terutama Indonesia (Coplan et al
2000 ).
Berbeda dengan negara-negara di Amerika dan Eropa, biaya produksi di Indonesia masih rendah. Hal ini dikarenakan bahan baku yang melimpah dan teknologi yang relatif belum canggih sehingga harga pulp Indonesia menjadi sangat murah menurut pendapat dunia. Akibat harga pulp yang rendah banyak
(30)
negara-negara tujuan ekspor menolak ekspor pulp dari Indonesia karena adanya tuduhan dumping. Selain itu, illegal loging yang terjadi di Indonesia merupakan salah satu faktor terjadinya kampanye hitam yang menyebabkan Indonesia mendapatkan tuduhan dumping (Kementerian Perindustrian 2013)
Berdasarkan uraian permasalahan maka dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu :
1. Bagaimana perkembangan ekspor pulp di Negara Kanada , Brazil, dan Indonesia sebagai salah nergara eksportir pulp terbesar di dunia dan perkembangan impor pulp di Negara Cina, Amerika Serikat, dan Indonesia sebagai negara importir pulp terbesar di Dunia akibat pemberlakuan ekolabeling ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pulp di Negara Kanada, Brazil, dan Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi impor pulp di Negara Cina, Amerika Serikat, dan Indonesia sebagai eksportir dan importir pulp terbesar di dunia?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari perkembangan ekspor dan impor pulp dunia. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1. Menganalisis perkembangan ekspor pulp di Negara Kanada, Brazil, dan Indonesia sebagai salah satu nergara eksportir terbesar di dunia dan perkembangan impor pulp di Negara Cina, Amerika Serikat, dan Indonesia sebagai negara importir terbesar di dunia akibat pemberlakuan ekolabeling.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pulp di Negara Kanada, Brazil, dan Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi impor pulp di Negara Cina, Amerika Serikat, dan Indonesia sebagai eksportir dan importer pulp terbesar di dunia.
1.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis perkembangan ekspor dan impor pulp dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor pulp di negara eksportir dan importir utama dunia. Lingkup penelitian
(31)
dibatasi pada tiga negara pengekspor utama pulp di dunia yaitu Kanada, Brazil, dan Indonesia serta tiga negara pengimpor utama pulp di dunia yaitu Cina, Amerika Serikat, dan Indonesia. Pulp yang dibahas secara agregrasi meliputi HS47. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data (time series) dari tahun 1990-2012.
(32)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Proses Pembuatan Pulp
Tujuan utama dalam pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara mekanik dan kimia atau dengan kombinasi dua tipe perlakuan tersebut. Pulp-pulp perdagangan yang umum dapat dikelompokkan menjadi tipe-tipe kimia, semikimia, kimia mekanik, dan mekanik. Istilah-istilah pulp rendemen tinggi sering secara bersama digunakan untuk tipe-tipe yang berbeda dari pulp-pulp yang kaya-lignin yang memerlukan defibrasi secara mekanik (Departemen Perindustrian 1990).
Sumber: Pryke 2008
Gambar 1. Pulp and Paper Mill Eco-industrial Park
a. Proses Pemasakan
Proses pemasakan (pulping) bahan baku kayu berupa serpih (chips) dilakukan di dalam digester (batch atau continuous). Pemasakan menggunakan bahan kimia pemasak (white liquor) yang terdiri dari Na2S dan NaOH. Hasil pemasakan berupa pulp dan limbah cair pemasakan berupa lindi hitam (black liquor). Pulp dicuci sebelum disimpan atau diproses lebih lanjut. Lindi hitam yang tersusun dari lignin alkali, garam-garam terhidrolisis, dan produk tersulfonasi
(33)
dikirim ke chemical recovery process (CRP). Di dalam CRP, lindi hitam diuapkan, kemudian dibakar untuk menghasilkan panas dan bahan baku bahan kimia pemasak. Di dalam CRP ini dilakukan make up bahan kimia untuk memenuhi kadar bahan kimia pemasak yang diperlukan. Hasil pembakaran berupa
salt cake dilarutkan dalam lindi hijau (green liquor). Komponen green liquor
adalah Na2CO3 dan Na2S. Green liquor mengalami proses kaustisasi (causticizing) dengan penambahan CaO dan mengeluarkan limbah berupa CaCO3. Kaustisasi green liquor menghasilkan white liquor yang terdiri dari komponen NaOH dan Na2S dengan kadar yang telah sesuai untuk pemasakan
chips di dalam digester (Wistara 2010).
b. Pengelolaan Limbah
Limbah padat yang dihasilkan berupa kulit kayu, fines, serbuk, sludge, HBL,
ash boiler, lime. Kulit kayu, fines, dan serbuk dihasilkan dari proses pembuatan chips.
Sludge merupakan kumpulan serat reject yang dihasilkan dari proses pembuatan pulp. Limbah padat digunakan kembali sebagai bahan bakar sedangkan untuk limbah gas diolah terlebih dahulu melalui filter dimana emisi gas yang keluar tidak boleh melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah.
Sebagian besar limbah cair berasal dari proses pemasakan chips sampai pembuatan lembaran pulp. Air limbah tersebut disalurkan melalui pipa ke
Junction Box. Di tangki penampung ini buangan limbah diatur pH nya hingga 6-8.5. Jika air limbah bersifat asam ditambah dengan larutan kapur (CaCO3) dan H2SO4 jika airnya basa. Benda-benda seperti plastik, kertas, dan logam di saring melalui Traveling Screen. Air limbah selanjutnya masuk ke dalam Primary Splitter Box dimana alat ini berfungsi untuk membagi dua aliran limbah menuju
Primary Clarifier. Primary Clarifier berfungsi untuk mengendapkan air limbah. Hasil endapan dibawa ke Mixing Tank sedangkan cairan limbah dialirkan dan didinginkan dalam Cooling Tower yang berjumlah enam buah. Deep Tank
merupakan tempat penampungan air limbah yang telah melewati Cooling Tower. Perlakuan biologis seperti pemberian oksigen dan nutrient ke bakteri dilakukan pada saat air limbah masuk ke dalam Deep Tank. Air limbah kemudian dialirkan ke dalam mesin penjernih kedua atau Secondary Clarifier. Bak penampung limbah di
(34)
Clarifier dan Secondary Clarifier selanjutnya dibawa ke Thickner untuk dilakukan proses pengentalan. Setelah pengentalan, endapan tersebut di press untuk menghilangkan airnya. Endapan hasil pengepresan disebut sludge yang akan digunakan sebagai bahan bakar di multi boiler. Air limbah yang sudah melalui tahap penjernihan kedua di Secondary Clarifier akan mengalir melalui saluran yang terdapat mesin pengatur pH-nya.
Kulit kayu, fines, serbuk, dan sludge akan digunakan sebagai bahan bakar di
multi boiler. HBL merupakan limbah cairan kimia pemasak yang diproses dengan
evaporator dan consentrator hingga solid mencapai 65-67% dan siap untuk di bakar di tungku bakar (furnance) pada recovery boiler. Lime dan sebagian ash boiler
digunakan sebagai pupuk di HTI dan sebagian ash boiler lagi digunakan sebagai bahan baku campuran pembuatan paving block (Bahri 2013)
2.2. Ekolabeling
Ekolabeling merupakan tanda yang mengandung informasi bahwa produk tersebut dalam proses produksinya telah memenuhi suatu standard pelestarian lingkungan, sehingga tujuan dari sistem ekolabeling untuk memberikan informasi bahwa dari hasil penilaian tingkat pelestarian lingkungan dari suatu proses produksi, sehingga konsumen dalam atau luar negeri dapat memilih produk yang dihasilkan melalui proses pelestarian lingkungan (Suratmo 2000). Secara umum dikenal 2 (dua) macam ekolabel sebagai berikut (ITTO 2000) :
1. Single issue Assessment: pelabelan yang ditujukan pada satu atau beberapa produk. Salah satu contoh system ekolabel yang ditujukan pada produk kayu (log) dan dalam penilaian mengarah pada Sustainable Forest Management (SFM).
2. Life Cycle Assessment: pemberian ekolabel yang bersifat komprehensip mulai sejak input bahan baku, proses pengolahan (industri) sampai ke limbah dari produk yang sudah tidak dipakai selalu tidak merusak lingkungan. Sering pula disebut sebagai suatu produksi yang selalu tidak merusak atau disebut sebagai prinsip “from the cradle to the grave”.
Perkembangan dari system ekolabeling ini berkembang menjadi ISO 9000 atau Quality Management dan kemudian berkembang lagi menjadi ISO 14020 – 14024 atau Environmental Labeling”.
(35)
Labeling pada produk industri hasil hutan (misalnya pulp dan kertas) akan meliputi sejak:
1. Proses pengolahan hutannya, berarti bahan baku industri harus telah mendapat ekolabel.
2. Pengangkutan kayu dari hutan ke pabrik
3. Proses dalam industri misalnya limbah gas, cair dan padatnya tidak merusak lingkungan disamping indicator lain seperti hemat air dan energi, kesejahteraan masyarakat dan karyawan pabrik.
4. Produk yang dihasilkan tidak merusak apabila digunakan/dimanfaatkan. 5. Pengangkutan dan penyebaran dari produk ke konsumen tidak merusak
lingkungan
6. Limbah dari produk yang telah selesai dipakai tidak merusak lingkungan
2.3. Kebijakan Pemerintah mengenai Ekolabeling
Pemerintah memiliki peranan penting dalam mengembangkan komoditi pertanian dan produk olahannya termasuk pulp dan kertas melalui kebijakan pemerintah. Dalam kebijakan ekolabeling terdapat peraturan yang berasal dari Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 Tahun 2009 yang membahas tentang pembinaan dan pengawasan penerapan sistem manajemen lingkungan, ekolabel, produksi bersih,dan teknologi berwawasan lingkungan di daerah. Peraturan tersebut dilatarbelakangi oleh UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pemerintah tidak banyak membahas mengenali kebijakan ekolabel dalam peraturan dan hukum akan tetapi lebih membahas kepada pengelolaan hutan lestari dan verifikasi legalitas kayu. Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak. Peraturan ini lebih dikenal dengan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang mulai berlaku pada 2009 (Purnomo 2011). SVLK merupakan sistem pelacakan yang disusun secara
mulistakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia. SVLK dikembangkan untuk mendorong implementasi peraturan pemerintah yang berlaku terkait perdagangan dan
(36)
peredaran hasil hutan yang legal di Indonesia. SVLK memiliki tujuan diantaranya adalah memberikan kepastian bagi pasar bahwa kayu dan produk kayu Indonesia merupakan produk yang legal dan berasal dari sumber yang legal, meningkatkan daya saing produk perkayuan Indonesia, dan dapat mereduksi praktek illegal logging dan illegal trading (Sudharto 2012).
2.4. Produksi Pulp Dunia
Perkembangan produksi pulp dunia ditunjukkan oleh Gambar 3. Pada Gambar 3 terlihat bahwa jumlah produksi pulp dari tahun 2002 hingga tahun 2012 mengalami fluktuasi. Jumlah produksi pulp dunia terbesar terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah pulp yang diproduksi sebesar 523,18 juta ton. Jumlah produksi pulp dunia terendah terjadi tahun 2009 yaitu sebesar 466,18 juta ton. Jumlah produksi pulp dunia dari tahun 2002 mengalami peningkatan hingga tahun 2007 dan mengalami peningkatan kembali dari tahun 2010 hingga tahun 2011. Peningkatan jumlah produksi pulp tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu dari 506,6 juta ton meningkat menjadi 523,18 juta ton.
Produksi pulp dunia mulai mengalami penurunan pada tahun 2008 dan 2009. Penurunan jumlah produksi pulp terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu dari 513,89 juta ton turun menjadi 466,15 juta ton. Pada tahun 2009 terjadi krisis ekonomi yang mengakibabtkan industri pulp menurunkan produksi. Penurunan produksi disebabkan biaya produksi yang tinggi (Carthy 2010)
Sumber: FAO 2013 (diolah)
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Produksi Pulp Dunia Tahun 2002-2012 420
440 460 480 500 520 540
Jumlah Produksi ( ton)
(37)
2.5. Konsumsi Pulp Dunia
Perkembangan konsumsi pulp dunia ditunjukkan oleh Gambar 4. Pada Gambar 4 terlihat bahwa jumlah konsumsi pulp dari tahun 2002 hingga tahun 2012 mengalami fluktuasi. Jumlah konsumsi pulp dunia terbesar terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah pulp yang dikonsumsi sebesar 381,73 juta ton. Jumlah konsumsi pulp dunia terendah terjadi tahun 2009 yaitu sebesar 326,87 juta ton.
Sumber: FAO 2013 (diolah)
Gambar 3. Perkembangan Jumlah Konsumsi Pulp Dunia Tahun 2002-2012
Jumlah konsumsi pulp dunia dari tahun 2002 mengalami peningkatan hingga tahun 2005 dan mengalami peningkatan kembali dari tahun 2007. Peningkatan jumlah konsumsi pulp tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu dari 370,02 juta ton meningkat menjadi 381,73 juta ton. Konsumsi pulp dunia mulai mengalami penurunan pada tahun 2004 hingga tahun 2006 dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2008 dan 2009 serta 2011 hingga tahun 2012 . Penurunan jumlah produksi pulp terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu dari 371,11 juta ton turun menjadi 326,87 juta ton. Krisis ekonomi global pada tahun 2009 menyebabkan produksi pulp dunia menurun sangat besar sehingga harga pulp tinggi akibatnya jumlah konsumsi turun.
2.6. Ekspor Pulp Dunia
Perkembangan ekspor pulp dunia ditunjukkan oleh Gambar 5. Pada Gambar 5 terlihat bahwa jumlah impor pulp dari tahun 2002 hingga tahun 2012 mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat. Jumlah ekspor pulp dunia terbesar terjadi pada tahun 2012 dengan jumlah pulp yang diproduksi sebesar
280 300 320 340 360 380 400
Jumlah Konsumsi (ton)
(38)
157,73 juta ton. Jumlah ekspor pulp dunia terendah terjadi tahun 2002 yaitu sebesar 119, 93 juta ton.
Sumber: FAO 2013 (diolah)
Gambar 4. Perkembangan Jumlah Ekspor Pulp Dunia Tahun 2002-2012
Jumlah ekspor pulp dunia dari tahun 2002 mengalami peningkatan hingga tahun 2008 dan mengalami peningkatan kembali dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Peningkatan jumlah ekspor pulp tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu dari 146, 84 juta ton meningkat menjadi 156,86 juta ton. Ekspor pulp dunia mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu dari 142,78 juta ton turun menjadi 139,84 juta ton. Hal ini karenakan pada tahun 2009 terjadi krisis ekonomi global sehingga memberikan dampak negatif terhadap ekspor pulp.
2.7. Impor Pulp Dunia
Perkembangan impor pulp dunia ditunjukkan oleh Gambar 6. Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah impor pulp dari tahun 2002 hingga tahun 2012 mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat. Jumlah impor pulp dunia terbesar terjadi pada tahun 2012 dengan jumlah pulp yang diproduksi sebesar 154,21 juta ton. Jumlah impor pulp dunia terendah terjadi tahun 2002 yaitu sebesar 118,40 juta ton. Jumlah impor pulp dunia dari tahun 2002 mengalami peningkatan hingga tahun 2008 dan mengalami peningkatan kembali dari tahun 2010 hingga tahun 2012. Peningkatan jumlah impor pulp tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu dari 140,70 juta ton meningkat menjadi 150,93 juta ton. Ekspor pulp dunia mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu dari 139,12 juta ton turun menjadi 133,03 juta
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
(39)
ton. Pada tahun 2009 terjadi krisis ekonomi global yang menyebabkan jumlah impor pulp menrurun.
Sumber: FAO 2013 (diolah)
Gambar 5. Perkembangan Jumlah Impor Pulp Dunia Tahun 2002-2012
2.8. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan berbagai literatur untuk memperkuat landasan dalam memecahkan permasalahan. Penelitian mengenai pulp telah banyak dilakukan dan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian ini, yaitu penelitian Situmorang (2005), Ningrum (2005), Wulandari (2011), Widyantoro et al (2011), . F Gunawan Suratno (2000), Sukmananto (2007), Karikallio et al
(2011), Carthy (2011), Gan (2010). Penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang disajikan pada Tabel 11.
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
(40)
Tabel 11. Persamaan dan Perbedaan antara Penelitian “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor dan Impor Pulp di
Negara Eksportir dan Importir Utama Dunia” dengan Penelitian Terdahulu
No. Nama Judul Metode Persamaan Perbedaan
1 Suriaty Situmorang
Analisis Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Domestik.
Metode Two Stage Least Squares (2 SLS)
Menggunakan data
time series dan mengenai pulp.
Data yang digunakan dari tahun 1989-2011 sedangkan penelitian sebelumnya tahun 1975-2000. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode OLS. Tujuan dari penelitan ini adalah analisis faktor-faktor yang mempengatuhi ekspor dan impor pulp di negara eksportir dan importir utama dunia
2 Agustina Widi Palupi Ningrum
Analisis Permintaan Ekspor Pulp dan Kertas di Indonesia
Metode Odinary Least Square (OLS) dengan menggunakan E-views 4.1
Meninjau komoditas
pulp dan
menggunakan
persamaan ekspor pulp di Indonesia dan
metode yang
digunakan adalah OLS.
analisis faktor-faktor yang mempengatuhi ekspor dan impor pulp di negara eksportir dan importir utama dunia
3 Fitri Wulandari Struktur dan Kinerja industri Kertas dan Pulp di Indonesia : Sebelum dan Pasca Krisis
Analisis deskriptif dengan metode Ratio Konsentrasi dan Metode OLS
Komoditas yang digunakan adalah pulp dan metode OLS
Menggunaka OLS dan software Eviews 6 dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor pulp di negara eksportir dan importir utama dunia
(41)
No. Nama Judul Metode Persamaan Perbedaan
4 Bambang
Widyantoro et al
Ekonomi Industri Pulp dan Kertas Indonesia: Analisis Simulasi Kebijakan dan Tekanan Internasional
Metode Two Stage Least Squares (2 SLS)
meneliti komoditas pulp
menggunaka OLS dan software Eviews 6 dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor pulp di negara eksportir dan importir utama dunia
5 F Gunawan
Suratno
Prospek dan Tantangan Perkembangan Industri Pulp dan Kertas Indonesia dalam Era Ekolabeling dan Otonomi Daerah
Analisis Deskriptif pulp dan pengaruh ekolabeling terhadap ekspor dan impor pulp di Indonesia
metode serta cara pengolahan data dan tujuan penelitian.
6 Bambang
Sukmananto
Dampak Kebijakan Perdagangan Pada Kinerja Ekspor Produk Industri Kayu Primer Indonesia
Metode Two Stage Least Squares (2 SLS)
Komoditi yang digunakan yaitu pulp
Pada penelitian ini menggunaka OLS dan software Eviews 6 dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor pulp di negara eksporir dan importir utama di negara eksportir dan importir utama dunia
7. Karikallio, Petri Maki-Franti, Niko Suhonen
Competition in The Global Pulp and Paper
Industries – An
Evaluation Based on Three Approach
Metode yang
digunkan adalah OLS dan 2SLS.
metode dan komoditi yang digunakan yaitu OLS dan pulp.
menggunakan software Eviews 6 dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor pulp di negara eksportir dan importir utama dunia
8. Patrick Mc Carthy
Regional demands for pulp and paper product
Metode Cobb–
Douglas
komoditi yang digunakan yaitu pulp
Menggunaka OLS dan software Eviews 6 dan tuhuan penelitian analisis faktor-faktor yang
2
(42)
No. Nama Judul Metode Persamaan Perbedaan
mempengaruhi ekspor dan impor pulp dunia
9. Jianbang Gan Effects of China’s WTO
accession on global forest product trade
Menggunakan
computable general equilibrium (CGE) analysis dan Cobb– Douglas utility function
mengenai ekspor dan impor pulp Cina
Menggunakan OLS dan software Eviews 6 dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor pulp dunia
(43)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kerangka pemikiran mengenai teori-teori dan landasan dasar yang digunakan dalam penelitian guna menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini. Teori –teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori perdagangan internasional, teori penawaran ekspor dan permintaan impor, dan model regresi linear berganda.
3.1.1. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan baik barang atau jasa yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lainnya (Halwani 2002). Menurut Halwani (2002) terdapat empat faktor yang mendorong terjadinya perdagangan internasional yaitu sumberdaya alam, sumberdaya modal, tenaga kerja, dan teknologi. Menurut Samueson dan Nordhaus (2001) terdapat tiga faktor mengapa suatu negara melakukan perdagangan internasional yaitu adanya keberagaman sumberdaya alam, perbedaan citarasa, dan perbedaan biaya produksi.
Secara teoritis, Misalkan negara A akan mengekspor pulp ke negara B. Apabila harga domestik di negara A (sebelum terjadinya perdagangan) relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik di negara B (Gambar 7). Kondisi awal di negara A berada dalam kondisi keseimbangan dan harga berada pada PA. Pada kondisi ini tidak terjadi ekspor dari negara A. Ketika harga berada pada posisi PW,
ceteris paribus, harga menjadi relatif lebih tinggi ini menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran (excess supply) di negara A yaitu sebesar daerah r. Hal ini dikarenakan produksi atau supply negara A lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi atau demand domestik sehingga negara A menjual atau melakukan ekspor dari stok produksi yang berlebih yaitu sebesar daerah x.
Sebaliknya di negara B, pada kondisi harga berada di PB dikarenakan di negara B terjadi kekurangan suplai karena konsumsi domestik melebihi produksi domestik (excess demand) sebesar daerah s. Hal ini membuat harga untuk komoditi tersebut relative tinggi sehingga negara B melakukan impor atau
(44)
membeli pulp dari negara lain sebesar daerah m dan mengakibatkan harga turun diposisi PW.
Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B maka akan terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut. Suplai di pasar internasional akan terjadi jika harga dunia lebih besar dari PA, sedangkan permintaan di pasar Dunia akan terjadi lebih rendah dari PB. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara A akan mengekspor pulp sebesar daerah x
sedangkan negara B akan mengimpor pulp sebesar daerah m. Pada pasar Dunia, besarnya x akan sama dengan m. Dengan kata lain, besarnya ekspor suatu komoditas perdagangan akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut.
Sumber : Tweeten, 1992
Gambar 6. Kurva Proses Terjadinya Perdagangan Internasional
3.1.2. Teori Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor
Ekspor merupakan suatu kegiatan dimana barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dijual ke negara lain sebagai penukar atas barang dan jasa, Negara A
(Eksportir)
Pasar Dunia Negara B ( Importir)
P
Q
0
0
0
D
A
S
AD
BES
ED
Q
A
Q
BP
A
P
B
Pw
Q
e
r
x
s
m
P
P
(45)
emas, devisa asing atau untuk menyelesaikan utang. Negara menujukan sumber daya dalam negeri mereka bagi ekspor karena mereka dapat memperoleh lebih banyak barang dan jasa dengan devisa internasional yang mereka peroleh dari ekspor daripada yang akan mereka peroleh dengan menujukan sumberdaya itu bagi produksi barang dan jasa di dalam negeri (Kusnedi 1995). Ekspor adalah kegaitan perdagangan dari dalam negeri ke luar negeri dimana hasil transaksi tersebut mendatangkan pemasukan bagi daerah yang mengekspor. Bila nilai ekspor suatu daerah semakin besar, maka akan berbanding lurus dengan pendapatan daerah tersebut, dan mengekspor berupa barang jadi atau bahan olahan bukan berupa bahan baku. Karena bila suatu barang telah melalui proses dari bahan baku menjadi barang jadi, maka nilainya akan semakin tinggi daripada nilai bahan baku karena telah melalui proses pengolahan lebih lanjut.
Dalam pengertian atau batasan yang lebih luas, ekspor suatu negara merupakan kelebihan produksi barang atau jasa yang tidak dikonsumsi oleh konsumen negara yang bersangkutan atau tidak disimpan dalam bentuk stock (Labys 1973; Kindleberger and Lindert 1982). Penawaran ekspor pulp dipengaruhi oleh harga ekspor pulp pada tahun ke-t dan harga ekspor pulp tahun ke-t-1. Selain dua faktor tersebut, penawaran ekspor suatu negara juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan nilai tukar valuta asing, dan jumlah ekspor tahun sebelumnya (Branson and Litvak 1981). Berdasarkan pengertian ini, maka ekspor pulp atau kertas dapat didefinisikan sebagai berikut :
QXt = Qt + Pt + Ert + QXt-1 ... (3.18) keterangan:
QXt = Jumlah pulp atau kertas yang diekspor pada tahun ke-t (unit) Qt = Jumlah produksi pulp dan kertas pada tahun ke-t (unit) Pt = Harga ekspor pulp pada tahun ke-t
Ert = Nilai tukar mata uang asing tahun ke-t QXt-1= Jumlah ekspor pulp pada tahun ke-t-1.
Impor merupakan kegiatan membeli atau memasukkan barang dari luar negeri ke dalam negeri. Suatu daerah diharapkan meminimalisasi kegiatan impor ini karena akan menurunkan pendapatan daerah. Permintaan impor suatu negara terhadap suatu barang atau jasa merupakan kelebihan
(46)
konsumsi yang tidak sanggup diproduksi di dalam negeri (Labys 1973). Dengan kata lain, suatu negara akan mengimpor suatu komoditas karena produksi di negara tersebut relatif sedikit dibandingkan dengan konsumsinya Permintaan impor juga dipengaruhi oleh harga impor pulp atau kertas, nilai tukar valuta asing, impor tahun pulp atau kertas ke-t-1 Permintaan impor dapat dirumuskan sebagai berikut :
QMt = Ct- PMt - Ert + QMt-1 ... (3.23) keterangan :
QMt = Jumlah impor pulp tahun ke-t (unit) Ct = Jumlah konsumsi pulp tahun ke-t (unit) PMt = Harga impor pulp atau kertas pada tahun ke-t Ert = Nilai tukar valuta asing pada tahun ke-t QMt-1 = Impor pulp atau kertas pada tahun ke-t-1
3.1.3. Model Regresi Linear Berganda
Analisis regresi merupakan teknik statistika yang berguna untuk memeriksa dan memodelkan hubungan antara variabel-variabel yang digunakan. Sasaran utama dalam analisis regresi linier adalah menjelaskan perilaku suatu variabel tak bebas sehubungan dengan perliaku satu atau lebih variabel bebas, dengan memperhitungkan fakta bahwa hubungan antara semua variabel tersebut bersifat tidak pasti. Model regresi liner berganda adalah model regresi dengan lebih dari satu variabel penjelas yang mungkin mempengaruhi variabel tak bebas (Gujarati 2006).
Metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS) meerupakan metode yang paling umum digunakan untuk memperoleh nilai parameter dalam suatu model regresi. Hal ini disebabkan metode estimasi OLS juga memiliki sifat teoritis yang kokoh, yang dijelaskan dalam teorema Gauss-Markov. Teorema tersebut menyatakan bahwa berdasarkan asumsi-asumsi dari model regresi linier klasik, penaksir OLS memiliki varians yang terendah diantara penaksir-penaksir linier lainnya; dalam hal ini pernaksir OLS disebut sebagai penaksir tak bias liner terbaik atau Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Dalam upaya mencapai kondisi statistik yang baik, metode OLS akan
(47)
menghasilkan pendugaan yang baik apabila asumsi-asumsi yang mendasarinya terpenuhi, antara lain:
1. Memiliki parameter-parameter yang bersifat linier dan model ini ditentukan secara tepat;
2. Tidak adanya autokorelasi dalam setiap variabel dalam model; 3. Asumsi homoskedastisitas atau penyebaran yang sama
4. Tidak terdapat multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang pasti antara variabel bebas; serta
5. Untuk pengujian hipotesis, faktor kesalahan mengikuti distribusi normal dengan rata-rata sebesar nol dan homoskedastis.
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi diantara anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti data deret berkala) atau ruang (seperti data lintas sektoral) (Kendal et al dalam Gujarati 2006). Autokorelasi dalam suatu model akan menyebabkan suatu model memiliki suatu selang kepercayaan yang semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat. Hal ini mengakibatkan hasil pengujian dari uji-t dan uji-F menjadi tidak sah dan penaksiran regresi akan menjadi sensitif terhadap fluktuasi penyampelan. Uji yang paling umum untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji statistik Durbin-Wattson. Masalah autokorelasi dapat diatasi dengan menggunakan prosedur generlized differencing, prosedur Cochrane-Orcutt, atau prosedur Hilderth-Lu (Juanda 2009).
Heteroskedastisitas merupakan suatu penyimpangan terhadap asumsi homoskedastisitas. Asumsi homoskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana semua observasi dalam suatu model memiliki varians yang sama. Homoskedastisitas terjadi karena fungsi regresi populasi (PRF) memberikan nilai
mean/rata-rata variabel tak bebas untuk tingkat variabel-variabel penjelas tertentu (Gujarati 2006). Konsekuensi dari heteroskedastisitas adalah estimator OLS masih linier dan tidak bias, namun tidak lagi efisien karena tidak lagi memiliki varians minimum. Jika heteroskedastisitas terjadi, pengujian hipotesis yang seperti biasa tidak bisa diandalkan karena memungkinkan penarikan kesimpulan yang menyesatkan. Pendeteksian ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot antara nilai residual regresi dengan nilai prediksi (Mulyanto et al 2010). Heteroskedastisitas dapat dideteksi
(48)
dengan melakukan beberapa pengujian antara lain dengan metode grafik, uji Park, uji Glejser, uji Breusch-Pagan, Uji Godfeld-Quandt, atau white test (Juanda 2009). Jika heteroskedastisitas terjadi dalam model, maka dapat diatasi dengan melakukan teknik pendugaan yang tepat, sesuai dengan diketahui atau tidaknya ragam sisaan. Apabila ragam sisaan diketahui, pendugaan parameter dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kuadrat Terkecil Terboboti atau
Weighted Least Square (WLS), sedangkan jika ragam sisaan tidak diketahui maka perlu dipertimbangkan kasus-kasus khusus dimana informasi yang tersedia cukup untuk memperkirakan ragam sisaan yang sebenarnya. Selain itu, masalah heteroskedastisitas dapat diatasi dengan mentransformasi data dengan logaritma.
Multikolinearitas terjadi akibat adanya hubungan linier diantara variabel-variabel penjelas dalam suatu regresi berganda. Hubungan linier yang sempurna antara variabel penjelas disebut sebagai multikolinearitas sempurna, apabila hal ini terjadi maka akan mengakibatkan estimasi dan pengujian hipotesis koefisien regresi individual dalam regresi berganda menjadi tidak dapat dilakukan. Adapun hubungan kolinearitas yang tinggi namun tidak sempurna disebut sebagai multikolinearitas tidak sempurna (Gujarati 2006). Konsekuensi dari adanya multikolinearitas tidak sempurna antara lain varians menjadi besar dan kesalahan standar estimator OLS, interval keyakinan yang lebih lebar, rasio t tidak signifikan, nilai R2 yang tinggi tapi sedikit rasio t signifikan, serta estimator OLS dan kesalahan standarnya cenderung tidak stabil. Pengujian korelasi parsial, regresi subsider atau tambahan, dan faktor inflasi varians atau Variance Inflation Factor (VIF) dapat mendekteksi adanya multikolinearitas Beberapa cara yang digunakan untuk mengatasi multikolinearitas (Juanda 2009), antara lain:
1. Memanfaatkan informasi sebelumnya (a prior information);
2. Mengeluarkan peubah dengan kolinearitas tinggi, namun dapat menimbulkan kesalahan spesifikasi;
3. Melakukan transformasi terhadap peubah-peubah dalam model dengan first difference form untuk data deret waktu;
4. Menggunakan regresi komponen utama (principal component); 5. Menggabungkan data cross section dengan data time series; 6. Cek kembali asumsi waktu pembuatan model; serta
(49)
7. Penambahan data baru.
Uji normalitas penting untuk dilakukan guna memastikan bahwa data yang digunakan untuk analisis berasal dari data variabel yang terdistribusi normal. Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji histogram (secara grafis), normal probability test, uji Skewness-Kurtosis, dan uji Kolmogorov Smirnov (Mulyanto
et al, 2010). Prosedur pengujian yang termasuk sederhana antara lain dengan menggunakan histogram residu, gambar probabilitas normal, dan uji Jarque-Bera (Gujarati 2006).
Selain itu, proses pembuatan model regresi linier berganda diperlukan pengujian secara statistik untuk mengetahui seberapa bagus model yang telah dibuat. Pengujian tersebut antara lain uji-F, uji-t, dan uji koefisien determinasi. Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas, sedangkan uji-t yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas. Adapun koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar keragaman variabel tidak bebas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas di dalam model (Gujarati 2006). Besaran nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. R2 sering secara informal digunakan sebagai statistika untuk kebaikan dari kesesuian model (goodness of fit), dan membandingkan validitas hasil analisis model regresi (Juanda 2009), namun terdapat beberapa masalah dengan penggunaan R2, yaitu: 1. Semua hasil analisis statistika berdasarkan asumsi awal bahwa model tersebut
benar, kita tidak memiliki prosedur untuk membandingkan spesifikasi alternatif;
2. R2 sensitif terhadap jumlah peubah bebas dalam model;
3. Interpretasi dan penggunaan R2 menjadi sulit jika suatu model diformulasikan mempunyai intersep = 0. Dalam kasus ini, nilai R2 dapat diluar selang 0 sampai dengan 1.
Menurut Juanda ( 2009) nilai R2 terkoreksi ( ̅ ) mempunyai karakteristik yang diinginkan sebagai ukuran goodness of fit daripada R2 . Jika peubah baru ditambahkan, R2 selalu naik, namun ̅ dapat naik atau turun. Penggunaan ̅ menghindari dorongan peneliti untuk memasukkan sebanyak mungkin peubah bebas tanpa pertimbangan yang logis.
(50)
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Permintaan akan kertas di dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan permintaan pulp di dunia juga mengalami peningkatan karena pulp merupakan bahan baku utama kertas. Permintaan pulp dunia yang tinggi memicu produsen pulp meningkatkan jumlah produksi pulp dan juga meningkatkan jumlah ekspor sedangkan negara yang tidak memiliki sumberdaya alam yang banyak meningkatkan jumlah impor pulp guna memenuhi kebutuhan pulp.
Jumlah ekspor pulp Kanada, Brazil, dan Inodnesia serta
jumlah impor pulp Cina, Amerika Serikat dan Indonesia
Analisis kuantitatif dengan tabulasi data untuk mendeskripsikan perkembangan ekspor pulp di
negara Kanada, Brazil, dan Indonesia serta perkembangan
impor pulp di Negara Cina,
Analisis kuantitatif metode
Ordinary Least Square (OLS) untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pulp negara Kanada, Brazil, dan Indonesia dan
impor pulp di Negara Cina , Permintaan kertas
dunia tinggi
Permintaan pulp dunia tinggi
Penetapan ekolabeling pada tahun 2000 Krisis ekonomi
yang terjadi di Amerika dan Eropa
Jumlah produksi dan konsumsi pulp dunia
berfluktuasi
Informasi mengenai perkembangan ekspor dan pulp dunia dan fakor-faktor yang pemempengaruhi ekspor
(51)
Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional
Krisis ekonomi yang terjadi di sejumlah negara bagian Eropa dan Amerika. Akibat terjadinya krisis ini adalah terjadinya peningkatan biaya produksi yang tinggi bagi industri pulp sehingga beberapa produsen pulp menurunkan jumlah produksi dan ada beberapa yang tutup produksi. Penetapan ekolabeling pada tahun 2000 mengakibatkan peningkatan biaya produksi industri pulp hingga pemasaran produk dan ketentuan lain mengenai produk hutan lestari yang terkait dengan ekspor dan impor pulp sehingga produksi pulp menurun.
Adanya permintaan kertas yang tinggi, permintaan pulp yang tinggi, dan krisis ekonomi pada tahun 2009, serta penetapan ekolabeling menyebabkan jumlah produksi dan konsumsi pulp mengalami fluktuasi. Permasalahan ini juga mengakibatkan Jumlah ekspor pulp Kanada, Brazil, dan Inodnesia serta jumlah impor pulp Cina, Amerika Serikat dan Indonesia mengalami fluktuasi.
Data-data mengenai ekspor pulp negara Kanada, Brazil, dan Indonesia dan impor pulp di Negara Cina , Amerika Serikat dan yang diperoleh ditabulasikan dan dideskripsikan menurut teori ekonomi. Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pulp negara Kanada, Brazil, dan Indonesia dan impor pulp di Negara Cina , Amerika Serikat dan Indonesia dianalisa dengan metode Ordinary Least Square
(OLS). Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap mempengaruhi ekspor pulp negara Kanada, Brazil, dan Indonesia dan impor pulp di Negara Cina , Amerika Serikat dan Indonesia. Hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan yang menjadi hasil penelitian kemudian diperlukan saran sebagai solusi yang tepat untuk mendukung hilirisasi industri pulp. Secara konseptual analisis faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi ekspor dan impor pulp dunia.
(1)
Lampiran 26. Uji Heteroskedastisitas untuk Impor Pulp Negara Amerika
Serikat
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.255639 Prob. F(14,7) 0.1413 Obs*R-squared 18.00818 Prob. Chi-Square(14) 0.2064 Scaled explained SS 18.12122 Prob. Chi-Square(14) 0.2013
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 11/04/14 Time: 16:18 Sample: 1991 2012
Included observations: 22
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -13878582 1.01E+09 -0.013805 0.9894 HIMUSA -147458.1 398781.8 -0.369771 0.7225 HIMUSA^2 -144.8610 157.2856 -0.921006 0.3877 HIMUSA*LKONSUSA 3.117753 2.342040 1.331213 0.2248 HIMUSA*LKURUSA -127474.9 173183.8 -0.736067 0.4856 HIMUSA*PENDUSA -2.581156 8.196097 -0.314925 0.7620 LKONSUSA -27.50357 11262.77 -0.002442 0.9981 LKONSUSA^2 0.000964 0.030592 0.031506 0.9757 LKONSUSA*LKURUSA -1620.632 1343.519 -1.206259 0.2669 LKONSUSA*PENDUSA 0.008114 0.190075 0.042686 0.9671 LKURUSA 1.05E+08 2.40E+08 0.438811 0.6740 LKURUSA^2 96380210 66928814 1.440041 0.1930 LKURUSA*PENDUSA -2339.329 5368.745 -0.435731 0.6762 PENDUSA -1794.423 33910.30 -0.052917 0.9593 PENDUSA^2 0.212467 0.349176 0.608480 0.5621
R-squared 0.818554 Mean dependent var 1778219. Adjusted R-squared 0.455662 S.D. dependent var 3341446. S.E. of regression 2465296. Akaike info criterion 32.49203 Sum squared resid 4.25E+13 Schwarz criterion 33.23592 Log likelihood -342.4123 Hannan-Quinn criter. 32.66726 F-statistic 2.255639 Durbin-Watson stat 1.992228 Prob(F-statistic) 0.141278
(2)
Lampiran 27. Hasil Uji Statistik: uji t, uji F, uji koefisien determinasi untuk
Impor Pulp Negara Indonesia
Dependent Variable: IMINA Method: Least Squares Date: 11/03/14 Time: 22:10 Sample (adjusted): 1991 2012
Included observations: 22 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
KONSINA 0.062990 0.059894 1.051684 0.3086 RHIMINA -717.5784 535.9266 -1.338949 0.1993 PENDINA 0.114546 0.078350 1.461980 0.1631 RTIMPINA -291.9464 710.7809 -0.410740 0.6867 LIMINA 0.300766 0.224811 1.337863 0.1996 C 1839.755 857.7380 2.144892 0.0477
R-squared 0.636146 Mean dependent var 2235.620 Adjusted R-squared 0.522442 S.D. dependent var 716.3037 S.E. of regression 495.0057 Akaike info criterion 15.47402 Sum squared resid 3920491. Schwarz criterion 15.77157 Log likelihood -164.2142 Hannan-Quinn criter. 15.54411 F-statistic 5.594744 Durbin-Watson stat 2.229806 Prob(F-statistic) 0.003618
Lampiran 28. Uji Normalitas untuk Impor Pulp Negara Indonesia
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-1000 -750 -500 -250 0 250 500 750
Series: Residuals Sample 1991 2012 Observations 22 Mean -1.14e-13 Median -97.32041 Maximum 658.4462 Minimum -811.9808 Std. Dev. 432.0764 Skewness -0.243667 Kurtosis 2.123274 Jarque-Bera 0.922299 Probability 0.630559
(3)
Lampiran 29. Uji Autokorelasi untuk Impor Pulp Indonesia
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.078827 Prob. F(2,14) 0.1620 Obs*R-squared 5.037456 Prob. Chi-Square(2) 0.0806
Test Equation:
Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 11/05/14 Time: 07:41 Sample: 1991 2012
Included observations: 22
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
KONSINA -0.017187 0.057041 -0.301311 0.7676 RHIMINA 100.6110 511.7057 0.196619 0.8470 PENDINA -0.075620 0.087082 -0.868378 0.3998 RTIMPINA -252.8777 683.7156 -0.369858 0.7170 LIMINA 0.502125 0.355343 1.413074 0.1795 C -607.6526 881.3902 -0.689425 0.5018 RESID(-1) -0.770212 0.457056 -1.685160 0.1141 RESID(-2) -0.447378 0.259995 -1.720715 0.1073
R-squared 0.228975 Mean dependent var -1.14E-13 Adjusted R-squared -0.156537 S.D. dependent var 432.0764 S.E. of regression 464.6654 Akaike info criterion 15.39580 Sum squared resid 3022795. Schwarz criterion 15.79254 Log likelihood -161.3538 Hannan-Quinn criter. 15.48926 F-statistic 0.593950 Durbin-Watson stat 1.767464 Prob(F-statistic) 0.750960
(4)
Lampiran 30. Uji Multikolinearitas untuk Impor Pulp Negara Indonesia
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 1839.032 859.108 2.141 .048
KONSINA .063 .060 .266 1.053 .308 .355 2.813 RHIMINA -717.759 537.738 -.229 -1.335 .201 .776 1.289 PENDINA .114 .078 .396 1.459 .164 .310 3.231 RTIMPINA -289.423 711.204 -.070 -.407 .689 .770 1.298 LIMINA .300 .225 .307 1.333 .201 .430 2.326 a. Dependent Variable: IMINA
(5)
Lampiran 31. Uji Heteroskedastisitas untuk Impor Pulp Negara Indonesia
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.421325 Prob. F(18,3) 0.4378 Obs*R-squared 19.69100 Prob. Chi-Square(18) 0.3505 Scaled explained SS 5.849490 Prob. Chi-Square(18) 0.9968
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 01/14/15 Time: 14:05 Sample: 1991 2012
Included observations: 22
Collinear test regressors dropped from specification
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -41092097 29654966 -1.385673 0.2599 KONSINA -2137.602 2126.172 -1.005376 0.3888 KONSINA^2 0.002839 0.020281 0.139980 0.8975 KONSINA*RHIMINA 142.9556 706.3737 0.202380 0.8526 KONSINA*PENDINA 0.065177 0.096269 0.677030 0.5469 KONSINA*RTIMPINA 2747.072 1958.540 1.402612 0.2553 KONSINA*LIMINA -0.364843 0.262693 -1.388856 0.2590 RHIMINA 60503180 46773337 1.293540 0.2864 RHIMINA^2 2800283. 2651871. 1.055965 0.3685 RHIMINA*PENDINA 159.3692 455.2069 0.350103 0.7494 RHIMINA*RTIMPINA -60951540 47471736 -1.283954 0.2893 RHIMINA*LIMINA -2568.697 1195.900 -2.147919 0.1209 PENDINA 217.1456 1104.954 0.196520 0.8568 PENDINA^2 -0.019585 0.072311 -0.270844 0.8041 PENDINA*RTIMPINA -1244.912 669.0240 -1.860788 0.1597 PENDINA*LIMINA 0.150909 0.248362 0.607620 0.5863 RTIMPINA 39670784 29517878 1.343958 0.2716 RTIMPINA*LIMINA 717.0569 1514.241 0.473542 0.6682 LIMINA^2 0.759655 0.437861 1.734922 0.1812 R-squared 0.895046 Mean dependent var 178204.1 Adjusted R-squared 0.265319 S.D. dependent var 193313.5 S.E. of regression 165695.8 Akaike info criterion 26.60854 Sum squared resid 8.24E+10 Schwarz criterion 27.55080 Log likelihood -273.6939 Hannan-Quinn criter. 26.83051 F-statistic 1.421325 Durbin-Watson stat 2.227891 Prob(F-statistic) 0.437810
(6)