Ekspor Pulp Negara Brazil

5.2.3. Impor Pulp Negara Indonesia

Indonesia merupakan negara importir pulp kesembilan di dunia. Pekembangan impor pulp Indonesia dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan tabel 17, impor pulp negara Indonesia berfluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan selama tahun 1990-2012. Laju impor pulp negara Indonesia periode 1990-2012 terus meningkat sebesar 5,06 setiap tahunnya dan rata-rata jumlah pulp yang diimpor sebesar 2,37 juta ton. Tabel 17. Perkembangan Impor Pulp Indonesia Tahun 1990-2012 Tahun Jumlah Impor Pulp Negara Indonesia ton Laju Pertumbuhan Impor Pulp Negara Indonesia 1990 765.500,00 n.a 1991 866.900,00 11,70 1992 1.615.055,00 46,32 1993 2.325.076,00 30,54 1994 2.348.245,00 0,99 1995 2.320.705,00 -1,19 1996 2.221.200,00 -4,48 1997 2.667.600l00 16,73 1998 2.123.100,00 -25,65 1999 2.578.400,00 17,66 2000 2.583.500,00 0,20 2001 2.066.400,00 -25,02 2002 2.131.401,00 3,05 2003 1.944.032,00 -9,64 2004 2.306.249,00 15,71 2005 2.346.318,00 1,71 2006 2.390.669,00 1,86 2007 2.276.801,00 -5,00 2008 2.960.900,00 23,10 2009 2.873.324,00 -3,05 2010 3.178.144,00 9,59 2011 3.244.395,00 2,04 2012 3.388.290,00 4,25 rata-rata 2.327.052,35 5,06 Keterangangan: n.a= not applicable Sumber: FAO 2013 diolah Peningkatan jumlah impor pulp Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 1992 dengan laju impor sebesar 46,32. Hal ini dikarenakan sebelum tahun 1995 Indonesia merupakan negara net importir pulp Junaedi et al. 2011. Pada tahun 1990-an terjadi perusakan hutan yang mengakibatkan bahan baku pulp berkurang dan terjadinya kegagalan Hutan Tanaman Industri HTI diberbagai daerah Hidayat 2008. Penurunan jumlah pulp yang diimpor Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 1998 dengan laju ekspor sebesar -25,65. Hal ini dikarenakan pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Tahun 1998 perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan –13,68 Badan Pusat Statistik dalam Wulandari 2007. Krisis ekonomi menyebabkan harga pulp meningkat sehingga impor pulp menurun. Selain itu, krisis ekonomi menyebabkan rupiah terdepresiasi terhadap dollar Amerika Serikat sehingga impor pulp menurun. Akibat penetapan ekolabeling pada tahun 2000 menyebabkan jumlah pulp impor pulp menurun dari 17,66 menjadi 0,20. Hal ini dikarenakan harga pulp dari negara pengekspor meningkat yang disebabkan oleh tingginya biaya produksi. Harga impor tinggi dapat menurunkan jumlah impor pulp Tweeten 1992

5.2. Ringkasan Perkembangan Ekspor dan Impor Pulp Di Negara Eksportir Dan Importir Utama Dunia

Rata-rata ekspor pulp dunia setiap tahun berfluktuasi namun cenderung meningkat selama tahun 1990-2012. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata laju pertumbuhan ekspor pulp negara Kanada, Brazil dan Indonesia yang merupakan eksportir pulp terbesar di dunia bernilai positif. Adapun penyebab peningkatan pulp dunia disebabkan jumlah produksi pulp yang meningkat dan permintaan pulp yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan impor pulp dunia. Rata-rata impor pulp dunia mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat. Hal ini disebabkan permintaan pulp untuk indutri kertas setiap tahun meningkat. Peningkatan pulp dunia dapat dilihat dari laju pertumbuhan impor pulp negara Cina, Amerika Serikat, dan Indonesia yang merupakan importir pulp dunia bernilai positif. Adanya penetapan ekolabeling pada tahun 2000 menyebabkan ekspor dan impor pulp dunia menurun. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi yang meningkat akibat adanya penetapan ekolabeling. Adapun perkembangan ekspor dan impor pulp negara Indonesia mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat. Rata-rata laju pertumbuhan ekspor pulp negara Indonesia periode 1990-2012 lebih besar dibandingkan negara Kanada akan tetapi lebih besar negara Brazil dengan selisih 0,16. Industri pulp Indonesia memiliki beberapa keunggulan diantaranya biaya produksi yang rendah dibandingkan negara lainnya sehingga menyebabkan harga pulp negara Indonesia lebih murah. Selain itu, Indonesia merupakan produsen pulp kesembilan di dunia. Produksi pulp Indonesia yang tinggi seharusnya dapat menjadikan Indonesia sebagai pengeskpor produk hilir diantaranya kertas tulis, tissue, kertas majalah dan koran, dan kertas kemasan sehingga pulp digunakan secara optimal oleh industri kertas di Indonesia. Pada tahun 2006 industri kertas di Indonesia berjumlah 71 pabrik dan 9 pabrik pulp dan kertas Junaedi 2011. Adapun Brazil memiliki 220 pabrik kertas Wires and Fabrik 2011, Kanada memiliki 270 pabrik kertas, dan Amerika Serikat miliki 450 pabrik kertas Barnes Repots 2006. Permasalahalan dalam industri pulp di Indonesia adalah mengenai infrastruktur Research Development masih sangat terbatas, terutama terkait dengan peralatan atau permesinan. Peralatan serta permesinan di Indonesia sudah sangat tua sehingga efisiensi dan produktivitasnya menurun sehingga membutuhkan investasi yang besar untuk menambah mesin baru karena kapasitas produksi sudah mencapai 90 Hidayat 2008. Selain itu, Indonesia belum berhasil dalam merekayasa atau membuat peralatan atau permesinan sendiri. Mayoritas peralatan atau permesinan industri pulp masih tergantung dari luar negeri sehingga jumlah ekspor pulp Indonesia dipengaruhi oleh jumlah produksi pulp tahun sebelumnya Junaedi et al 2011. Selain itu Indonesia masih mengimpor pulp serat panjang karena hingga saat ini hanya terdapat 2 perusahaan yang memproduksi pulp serat panjang, yaitu PT. Inti Indorayan Utama dan PT. Kertas Kraft Aceh, yang sebagian hasil produksinya digunakan untuk keperluan produksi pabriknya dan pabrik lainya mengimpor. Pulp serat panjang dibutuhkan untuk kertas jenis khusus sehingga dibutuhkan kegiatan riset rekayasa kimia agar industri tidak menggunakan serat panjang.