Gambar 2. Struktur rutin
5. Manfaat antioksidan
Antioksidan bermanfaat dalam mencegah kerusakan oksidatif yang disebabkan radikal bebas dan ROS sehingga mencegah terjadinya berbagai macam
penyakit seperti penyakit kardiovaskuler, jantung koroner Ames, 1983; Mbata, 2010, kanker Salganik, 2001 serta penuaan dini Palmer dan Kitchin, 2010.
Penambahan antioksidan ke dalam formulasi makanan, juga efektif mengurangi oksidasi lemak yang menyebabkan ketengikan, toksisitas, dan destruksi
biomolekul yang ada dalam makanan Decker, 1998.
C. Metode DPPH
Metode yang paling sering digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan adalah dengan menggunakan radikal bebas DPPH Shivaprasad, et al.,
2005. Tujuannya adalah mengetahui parameter konsentrasi yang memberikan 50 efek aktivitas antioksidan IC
50
. Hal ini dapat dicapai dengan cara menginterpretasikan data eksperimental dari metode tersebut Molyneux, 2004.
DPPH merupakan radikal bebas yang dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat
mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak Dinis, Maderia, dan Almeida, 1994.
DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas, maka
absorbansinya menurun secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang diambil. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu
menjadi kuning Dehpour, Ebrahimzadeh, Fazel, dan Mohammad, 2009. Metode DPPH merupakan metode yang mudah, cepat, dan sensitif untuk
pengujian aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman Koleva, van Beek, Linssen, de Groot, dan Evstatieva, 2002; Prakash, Rigelhof, dan Miller,
2010. Menurut Armala 2009, tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji
menggunakan metode DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC
50
Tabel I.
Tabel I. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH Armala, 2009 Intensitas
Nilai IC
50
Sangat kuat 50 µgmL
Kuat 50-100 µgmL
Sedang 101-150 µgmL
Lemah 150 µgmL
D. Ekstraksi
Penyarian atau ekstraksi merupakan suatu peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel kemudian ditarik oleh cairan penyari
sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik jika permukaan simplisia yang bersentuhan dengan penyari
semakin luas Harborne, 1987.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
selanjutnya pelarut diuapkan sampai semua atau hampir semua pelarut menguap Departemen Kesehatan, 1995.
Dalam memilih cairan penyari, seseorang harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut ini.
1 Murah dan mudah diperoleh, 2 stabil secara fisika dan kimia,
3 selektif, 4 tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan
5 diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku Departemen Kesehatan, 1986.
Metode penyarian yang digunakan tergantung dari wujud dan kandungan zat dari bahan yang akan disari. Cara penyarian dapat dibedakan menjadi :
infundasi, maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan Departemen Kesehatan, 1986.
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari sehingga cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel mengakibatkan
pendesakan larutan terpekat dari dalam sel ke luar sel. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel. Setelah proses maserasi, dapat dilanjutkan dengan teknik remaserasi. Pada
teknik ini, cairan dibagi menjadi dua kemudian seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendaptuangkan dan diperas,
ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari kedua Departemen Kesehatan, 1986.
E. Spektrofotometri