24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi merupakan syarat pertama dan langkah awal yang dilakukan dalam suatu penelitian dengan menggunakan tanaman. Determinasi tanaman ini
bertujuan untuk mengetahui dan memastikan kebenaran identitas tanaman yang akan digunakan dalam penelitian serta untuk menghindari terjadinya kesalahan
dalam pengambilan sampel untuk analisis fitokimia. Berdasarkan hasil determinasi tanaman jeruk manis yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-
Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, telah dibuktikan bahwa tanaman yang digunakan untuk penelitian adalah Citrus sinensis L. Osbeck.
B. Hasil Pengumpulan Bahan
Buah jeruk manis diperoleh dari daerah Purwokerto, Jawa tengah pada bulan September 2012. Pengambilan bahan berasal dari satu tempat, hal ini untuk
menghindari variasi kandungan senyawa aktif tanaman. Buah jeruk manis yang digunakan adalah buah yang sedang dalam usia matang berwarna hijau
kekuningan. Buah jeruk manis dipetik pada pagi hari agar senyawa fenolik yang terdapat pada tanaman belum termetabolisme menjadi bentuk metabolit sekunder
lain. Gambar buah jeruk manis disajikan pada lampiran 1.
C. Hasil Ekstraksi Sampel
Ekstraksi bertujuan menarik kandungan kimia yang diinginkan dari sampel dengan menggunakan pelarut tertentu dimana komponen yang diinginkan
dapat larut di dalamnya. Sampel yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah kulit jeruk manis.
Preparasi kulit jeruk manis yang digunakan dalam proses ekstraksi ini diawali dengan pengeringan terhadap kulit jeruk manis yang diperoleh. Proses
pengeringan dilakukan menggunakan oven pada suhu 50 C selama 24 jam.
Kemudian, kulit jeruk manis yang sudah kering diblender untuk memperluas permukaan serbuk yang bersentuhan dengan cairan penyari dan mengurangi
ketebalan lapisan kulit sehingga mempermudah proses ekstraksi dan memudahkan penembusan oleh pelarutcairan penyari.
Untuk mengekstraksi senyawa fenolik dalam bahan tumbuhan dapat dilakukan dengan pelarut polar seperti etanol, metanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformamida, dan air Markham, 1988. Alasan tidak digunakan pelarut aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air adalah senyawa fenolik lebih
larut dalam campuran larutan alkohol dengan air daripada pelarut polar lainnya Bruneton, 1999. Pelarut metanol tidak digunakan karena memiliki efek toksik
yang lebih tinggi daripada etanol Armala, 2009. Pelarut n-butanol tidak digunakan karena n-butanol lebih non polar serta struktur dari n-butanol lebih
besar sehingga n-butanol kurang begitu bisa masuk ke dalam sel-sel kulit jeruk manis daripada etanol.
Proses maserasi dilakukan dengan penyari etanol dan menggunakan bantuan alat shaker. Metode maserasi dipilih karena memiliki kelebihan
dibanding metode lainnya. Selain sederhana dan mudah dilakukan, metode ini tidak membutuhkan panas sehingga stabilitas senyawa fenolik yang terekstrasi
dari sampel dapat terjaga. Alat shaker digunakan bertujuan untuk membantu proses maserasi yang lebih efektif karena dengan alat tersebut penyari lebih dapat
kontak langsung ke dalam sel-sel daripada jika didiamkan saja. Maserasi dilakukan selama tiga hari, dan setelah itu cairan penyari dipisahkan dari
ampasnya menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring dan dengan bantuan pompa vakum untuk mempercepat dan memaksimalkan hasil
penyaringan. Ampas hasil penyarian kemudian diremaserasi menggunakan etanol. Remaserasi ini bertujuan untuk memaksimalkan hasil penyarian. Senyawa-
senyawa yang kemungkinan belum tersari karena sudah jenuhnya penyari dapat tersari pada proses remaserai ini sehingga akan dihasilkan lebih banyak senyawa-
senyawa yang tersari dari sampel. Ekstrak etanol yang diperoleh diuapkan pelarutnya menggunakan alat
vacuum rotary evaporator sampai hampir semua etanol menguap. Prinsip alat ini yaitu penguapan dengan pengurangan tekanan. Jika tekanan uap suatu cairan sama
dengan tekanan atmosfer di sekelilingnya maka cairan tersebut akan mendidih, sehingga dengan adanya pengurangan tekanan pada alat di bawah tekanan
atmosfer akan menyebabkan cairan mendidih di bawah titik didih normalnya. Ekstrak kental etanol kulit jeruk manis yang didapat kemudian dilarutkan
dengan air hangat, karena jika digunakan air dingin akan lebih susah melarutkan
ekstrak etanol. Selanjutnya dipartisi menggunakan pelarut washbensin, sehingga fraksi air berada di bagian bawah dan fraksi washbensin berada di bagian atas. Hal
tersebut dikarenakan berat jenis air 0,996 lebih besar daripada berat jenis washbensin 0,730 Departemen Kesehatan, 1995. Proses partisi atau ekstraksi
cair-cair ekstrak etanol ini dilakukan sebanyak tiga kali agar lebih efektif sampai lapisan washbensin terlihat bening yang menandakan tidak ada lagi senyawa
fenolik yang tertarik ke dalam washbensin. Partisi ini dilakukan dengan perbandingan pelarut air : washbensin 1:1 vv. Bagian yang polar akan
cenderung larut dalam air sedangkan bagian yang non polar akan larut dalam washbensin. Dalam fraksi washbensin akan diperoleh senyawa-senyawa kimia
yang tidak diinginkan seperti lipid dan klorofil sehingga fraksi ini tidak diperlukan untuk proses penelitian tahap selanjutnya.
Fraksi air hasil partisi dengan washbensin kemudian dilakukan partisi atau ekstraksi cair-cair kembali dengan pelarut etil asetat dengan perbandingan
pelarut 1:1 vv. Pada partisi air-etil asetat ini fraksi air akan berada pada bagian bawah dan fraksi etil asetat berada pada bagian atas karena BJ air 0,996 lebih
besar dibandingkan BJ etil asetat 0,898. Proses partisi ini juga dilakukan secara berulang sampai lapisan atau bagian etil asetat terlihat bening. Fraksi air dan
fraksi etil asetat yang diperoleh dipisahkan dan fraksi etil asetat selanjutnya diuapkan pelarutnya dengan vacuum rotary evaporator kemudian dipanaskan di
dalam oven hingga kental atau sampai bobot tetap sehingga didapatkan fraksi kental etil asetat ekstrak etanol kulit jeruk manis. Fraksi etil asetat inilah yang
akan digunakan untuk uji aktivitas antioksidan dan ditetapkan kandungan fenolik totalnya.
Pada penelitian ini digunakan fraksi etil asetat karena peneliti ingin melihat aktivitas antioksidan dari senyawa fenolik yang berada pada fraksi etil
asetat. Senyawa fenolik dapat berbentuk glikosida yang bersifat polar dan dalam bentuk aglikon yang lebih non polar, sehingga ada kemungkinan senyawa fenolik
dapat larut dalam air maupun etil asetat. Penyimpanan fraksi ini dilakukan dengan menggunakan cawan porselen yang ditutup dengan allumunium foil kemudian
ditempatkan dalam eksikator untuk menjaga kestabilan senyawa dalam fraksi dari pengaruh cahaya maupun kelembapan lingkungan.
D. Hasil Uji Pendahuluan