Jumlah Unit Obat Profil Obat
Dari pemberian obat ISPA di atas dapat dikatakan bahwa kekuatan obat yang diberikan di Puskesmas Induk Tegalrejo tergantung dengan stok obat yang
tersedia di Puskesmas Induk Tegalrejo, hal ini dapat dilihat dari ketersediaan kekuatan obat yang ada di Puskesmas Induk Tegalrejo dan obat yang diberikan
pada tiap pasien yang hanya 1 jenis kekuatan obat saja, padahal pada kenyataannya ada beberapa jenis obat yang mempunyai lebih dari 1 kekuatan
obat, seperti: paracetamol 100 mg, 250 mg, dan 500 mg dan amoksisilin 250 mg dan 500 mg. Walaupun demikian tidak ada peresepan obat yang melebihi
dosis maksimum ataupun di bawah dosis lazim untuk penggunaan kedua puluh dua jenis obat tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian obat di
Puskesmas Induk Tegalrejo sudah sesuai dengan terapi walaupun kekuatan pemberian obatnya dipengaruhi oleh stok obat yang ada di Puskesmas Induk
Tegalrejo. Selanjutnya data diolah secara statistik, dan karena distribusi data yang
didapat tidak normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa data nilai signifikansinya p=0,003, yang artinya
hasilnya signifikan atau ada perbedaan signifikan pada kekuatan obat ISPA. Frekuensi pemberian obat ISPA pada penelitian ini berbeda-beda
dikarenakan pemberian tiap obat diberikan berdasarkan diagnosa dan keadaan tiap pasien yang juga berbeda-beda. Variasi frekuensi pemberian obat ISPA di
Puskesmas Induk Tegalrejo dapat dilihat pada tabel IX dibawah ini.
Tabel IX. Frekuensi Pemberian Obat ISPA di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009
Nama Obat Frekuensi pemberian obat Semester I
Frekuensi pemberian obat Semester II 1
2 3
4 1
2 3
4 5
Ambroxol 3x1
3x12 2x1
- 3x1
3x12 2x1
1x1 -
Amoksisilin syrup 3x1 sdt
3x34 sdt -
- 3x1 sdt
- -
- -
Amoksisilin tablet 3x1
3x12 -
- 3x1
3x12 -
- -
Anacetin syrup 3x1 sdt
3x12 sdt -
- 3x1 sdt
3x12 sdt -
- -
Antalgin 3x1
3x13 -
- 3x1
- -
- -
Asam Mefenamat 3x1
3x12 -
- 3x1
3x12 -
- -
Bestocol 3x1
3x12 -
- 3x1
3x12 -
- -
Cetirizine 2x1
1x1 -
- 3x1
1x1 -
- -
Ciprofloxacin 2x1
- -
- -
- -
- -
Cotrimokzazol 2x2
- -
- 2x2
- -
- -
CTM 3x1
3x12 2x1
2x12 3x1
3x12 2x1
- -
Dextromethorphan 3x1
3x12 4x1
- 3x1
3x12 -
- -
Efedrin 3x1
3x12 2x1
3x14 3x1
3x12 2x12
- -
Erytromycin 3x1
3x12 -
- 3x1
- -
- -
Gliseril Guaiakolat 3x1
3x12 2x1
4x1 3x1
3x12 -
- -
Ibuprofen 3x1
2x1 -
- 3x1
2x1 -
- -
OBH 3x1 sdt
3x12 sdt 3x1 12 sdt
- 3x1 sdt
- -
- -
Paracetamol syrup 3x1 sdt
3x12 sdt 3x34 sdt
- 3x1 sdt
3x12 sdt 3x1 12 sdt
4x1 sdt 3x2 sdt
Paracetamol tablet 3x1
3x12 3x34
2x1 3x1
3x12 3x1 12
3x34 2x1
Salbutamol 3x1
3x12 2x1
- 3x1
3x12 3x2
2x1 -
Sanmol
®
syrup 3x1 sdt
- -
- -
- -
- -
Tremenza
®
3x1 3x12
2x1 -
3x1 3x12
- -
-
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variasi frekuensi pemberian obat parasetamol tablet dan syrup pada semester II lebih bervariasi dibandingkan pada
semester I yang jumlah pasiennya lebih banyak dibandingkan pada semester II. Sedangkan pada obat ISPA yang lain, variasi pemberian obatnya lebih banyak
pada semester I dibandingkan pada semester II, yang berarti hal ini menunjukkan bahwa tiap pasien bisa berbeda-beda dalam menerima frekuensi obat yang
diterima berdasarkan diagnosa dan kondisi tiap-tiap pasien bukan berdasarkan ketersedian stok obat yang ada di Puskesmas Induk Tegalrejo.