Penatalaksanaan ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA

• Dengan antibiotik Jika pada gejala klinis ditemukan demam, eritema dan eksudat tonsilofaringeal, petekie palatum , nyeri tekan dan pembesaran pada nodus limfatikus servikal anterior dan tanpa disertai batuk. Diagnosis dipastikan dengan kultur swab tenggorok atau deteksi antigen sebelum diberikan antibiotik. • Tanpa antibiotik Hampir seluruh kasus faringitis disebabkan oleh infeksi virus. Adanya gejala seperti di atas tidak biasa ditemukan pada Strep grup A. dan antibiotik tidak diperlukan pada pasien dengan konjungtivitis, batuk, rinorea, diare dan tanpa demam. 3. Batuk Tidak KhasBronkhitis Akut • Dengan antibiotik Antibiotik hanya diberikan pada pasien dengan eksaserbasi bakterial akut pada bronchitis kronis dan PPOK. Pada pasien dengan kondisi yang lebih berat dapat dipertimbangkan pneumonia. Pemeriksaan sputum tidak banyak membantu untuk menentukan kebutuhan antibiotik. • Tanpa antibiotik 90 kasus ini merupakan kasus nonbakterial. 4. Infeksi Saluran Pernapasan Atas Nonspesifik • Tanpa antibiotik Tidak ada indikasi untuk pemberian antibiotik. Pasien biasanya mengharapkan terapi obat sehingga diperlukan edukasi yang baik tentang penggunaan antibiotik dan terapi nonmedikamentosa. 5. Pasien rawat jalan dengan Pneumonia Community Acquired • Dengan antibiotik Kultur gram sputum disarankan jika pasien merupakan pengkonsumsi alkohol, mengalami obstruksi paru berat atau efusi pleura. • Tanpa antibiotik Pertimbangkan untuk memondokkan pasien jika skor PSI 90, CURB-65 ≥ 2, tidak dapat mentoleransi pemberian oral, kondisi sosial yang tidak stabil atau jika penilaian klinis tidak terdapat indikasi CMA, 2011. Namun, penatalaksanaan infeksi pada geriatri tidak hanya terfokus pada penggunaan antibiotika saja. Pada pasien usia lanjut, telah terjadi perubahan fungsi organ akibat proses penuaan serta faktor-faktor komorbid. Sehingga terjadi perubahan pada proses distribusi obat, metabolisme obat, interaksi dan eksresi obat. Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan ekskresi obat melalui ginjal menurun sehingga diperlukan penurunan dosis obat-obat yang diekskresi oleh ginjal. Perubahan motilitas gaster, penurunan permukaan untuk mengabsorpsi obat dan peningkatan jumlah jaringan adipose akan mempengaruhi efektivitas obat pada pasien geriatri. Selain itu, juga perlu diperhatikan terapi pada penyakit komorbidnya dan perbaikan keadaan umum yang meliputi nutrisi, hidrasi, oksigenasi, elektrolit dan lain sebagainya. Penyakit komorbid yang berat serta keadaan umum yang jelek sering menimbulkan sepsis Rahayu Bahar, Supartondo Roosheroe, 2007. Prinsip pemberian obat yang benar pada usia lanjut antara lain sebagai berikut: a. Mengumpulkan informasi mengenai riwayat pengobatan lengkap, meliputi semua obat termasuk obat tanpa resep dan vitamin serta riwayat alergi, efek yang tidak diinginkan, merokok, alkohol, waktu pemberian dan siapa pemberi obatnya. b. Menghindari pemberian obat sebelum diagnosis ditegakkan jika keluhan ringan atau tidak khas, atau jika manfaat pengobatan diragukan. c. Menyesuaikan obat sesuai kebutuhan. Penggunaan obat tidak boleh terlalu lama. d. Mengenali farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat yang digunakan. e. Memulai pemberian obat dari dosis yang terendah dan menaikkan dengan perlahan-lahan. f. Menggunakan dosis yang cukup sesuai dengan standar dosis pemberian obat. g. Memberikan dorongan pada pasien untuk patuh terhadap pengobatan. Kadang diperlukan instruksi tertulis untuk memudahkan pasien mengingat waktu berobat atau dengan meminta bantuan kerabat terdekat pasien untuk mendampingi pasien selama pengobatan berlangsung. h. Berhati-hati dalam menggunakan obat baru, terutama yang belum tuntas dinilai pada kelompok usia lanjut Supartondo Roosheroe, 2007.

D. Keterangan Empiris

Terdapat perbedaan pola peresepan dalam hal pemilihan jenis obat, jumlah obat unit, kekuatan obat infeksi saluran pernafasan akut yang diresepkan pada semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo, Yogyakarta tahun 2009. 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dari data terapi obat pasien yang sebelumnya telah diresepkan dan tercatat pada data rekam medik pasien yang diberi terapi obat infeksi saluran pernafasan akut pada semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta, tahun 2009. Sedangkan cara pengujian yang digunakan adalah two sample T test yang memakai sampel data semua pasien yang diberi obat infeksi saluran pernafasan akut di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta, tahun 2009. Alasan digunakan T test karena membandingkan data yang didapat dari semester I dan semester II pada pola peresepan obat infeksi saluran pernafasan akut.

B. Variabel Penelitian

• Pasien ISPA yang menderita panyakit lain. • Pola peresepan yang meliputi : pemilihan jenis obat infeksi saluran pernafasan akut, jumlah obat infeksi saluran pernafasan akut, dan kekuatan obat infeksi saluran pernafasan akut yang diberikan.

C. Definisi Operasional

1. Obat infeksi saluran pernafasan akut adalah obat yang diberikan kepada pasien yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut untuk mengobati gejala-gejala dan tanda-tanda yang ditimbulkan. 2. Pasien adalah pasien dengan diagnosa infeksi saluran pernafasan akut rawat jalan yang berobat di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta. Dan yang tergolong penyakit ISPA di Puskesmas Tegalrejo adalah influenzacommon cold, bronchitis akut, bronkiolitis, pneumonia, parotitis epidemika. 3. Peresepan obat adalah obat yang tertulis pada resep yang ditulis dokter yang mencantumkan nama obat, dosis obat, frekuensi penggunaan obat dan banyaknya obat yang harus dikonsumsi pasien. 4. Jumlah jenisitem obat adalah setiap nama obat yang tercantum pada resep obat. Diperoleh dari jumlah resep yang tertera di lembar peresepan obat. 5. Unit obat adalah hitungan obat per satuan tablet atau botol pada peresepan. 6. Obat target adalah obat ISPA yang diresepkan oleh dokter di Puskesmas Induk Tegalrejo untuk mengobati gejala dan bakteri pada pasien yang terdiagnosa penyakit ISPA, sesuai dengan pedoman pengobatan Puskesmas dan DIH. 7. Obat non target adalah obat-obatan yang diresepkan oleh dokter di Puskesmas Induk Tegalrejo untuk mengobati gejala dan tanda pada pasien yang terdiagnosa selain penyakit ISPA 8. Dosis regimen obat adalah kekuatan obat yang diberikan kepada pasien perpenulisan dan perhari. 9. Semester I adalah anggaran obat yang digunakan pada 5 bulan pertama dimulai dari bulan dimana stok obat itu turun yakni Mei 2009- September 2009. 10. Semester II adalah anggaran obat yang digunakan pada 5 bulan kedua, terhitung setelah anggaran 5 bulan pertama yakni Oktober 2009- Februari 2010.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang masuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta periode Mei 2009 - Februari 2010. Kriteria eksklusi subjek penelitian adalah pasien dengan data rekam medik yang tidak jelaslengkap, pasien yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut namun tidak menerima obat infeksi saluran pernafasan akut dan pasien yang menjalani rawat inap di Puskesmas Induk Tegalrejo, Yogyakarta tahun 2009. Pengambilan data dilakukan dengan metode sampling, yakni tidak semua pasien diambil data rekam mediknya untuk dijadikan data, penelitian dilakukan dengan sampling secara acak atau random menurut nomor data rekam medik dengan cara pengundian. Populasi pada penelitian ini sebesar 1913 pasien ISPA dalam setahun. Hasil dari besar sampel yang akan dilibatkan dalam penelitian sebagai jumlah subjek uji pasien ISPA sebanyak 449 pasien. Yang didapatkan dari rumus:

Dokumen yang terkait

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya

0 38 8

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI PUSKESMAS I GATAK TAHUN 2009.

0 3 32

EVALUASI DOSIS PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI Evaluasi Dosis Penggunaan Obat pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Assalam Gemolong Sragen Tahun 2008-2009.

0 0 14

KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK KOTRIMOKSAZOL PADA PASIEN ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS KUIN RAYA BANJARMASIN

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar Infeksi, Saluran Pernafasan, Infeksi Akut, dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) - Analisis Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Kota Medan Tahun 2002-2012

0 0 14

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2009 Kartika Vidya Utami

0 0 8

GAMBARAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (PNEUMONIA) PADA BALITA DI PUSKESMAS SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2012

0 0 13

PERBEDAAN POLA PERESEPAN OBAT DIABETES MELLITUS PADA PASIEN GAKIN ANTARA SEMESTER I DAN SEMESTER II DI PUSKESMAS INDUK TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Stu

0 0 127

PERBEDAAN POLA PERESEPAN OBAT HIPERTENSI PADA PASIEN GAKIN ANTARA SEMESTER I DAN SEMESTER II DI PUSKESMAS INDUK TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu

0 2 151

KAJIAN POLA PERESEPAN OBAT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA SEMESTER I DAN SEMESTER II DI PUSKESMAS INDUK TEGALREJO, YOGYAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmas

0 0 81