pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. DepKes RI, 1992. Pelayanan kesehatan yang bermutu
merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Puskesmas adalah salah satu organisasi pelayanan kesehatan yang pada dasarnya adalah
organisasi jasa pelayanan umum. Oleh karenanya, Puskesmas sebagai pelayanan masyarakat perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima yang sesuai dengan
harapan pasien, selain diharapkan memberikan pelayanan medis yang bermutu Jamil, 2006.
Jaminan mutu Quality Assurance dalam pengelolaan dan pelayanan obat di Puskesmas adalah suatu hal yang perlu dilakukan karena obat di Puskesmas
menyerap dana yang cukup besar yaitu lebih 30-40 dari anggaran pembangunan kesehatan di masing-masing KabupatenKota DepKes RI, 2007.
B. Pola Peresepan Obat
Menurut World Health Organization 1985 bahwa yang termasuk dalam peresepan obat yang rasional adalah jika penderita yang mendapat obat-obatan
sesuai dengan diagnosis penyakitnya, dosis dan lama pemakaian obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta biaya yang serendah mungkin yang dikeluarkan
pasien maupun masyarakat untuk memperoleh obat. Maka dalam meningkatkan mutu pengobatan terhadap pasien perlu diperhatikan hal-hal yang dapat
menimbulkan peresepan obat yang tidak rasional Quick, 1997. Pola peresepan yang menyimpang memiliki andil besar pada pengobatan
tidak rasional. Peresepan yang tidak rasional dapat juga dikelompokkan dalam lima bentuk:
• Peresepan boros Extravagant Prescribing, yaitu peresepan dengan obat-
obat yang lebih mahal, padahal ada alternatif obat yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama. Termasuk disini adalah peresepan yang
terlalu berorientasi ke pengobatan simptomatik hingga mengurangi alokasi obat yang lebih vital contoh pemakaian obat antidiare yang berlebihan dapat
menurunkan alokasi untuk oralit yang notabene lebih vital untuk menurunkan mortalitas.
• Peresepan berlebihan Over Prescribing, yaitu peresepan yang jumlah, dosis
dan lama pemberian obat melebihi ketentuan serta peresepan obat-obat yang secara medik tidak atau kurang diperlukan.
• Peresepan yang salah Incorrect Prescribing, yaitu pemakaian obat untuk
indikasi yang salah, obat yang tidak tepat, cara pemakaian salah, mengkombinasi dua atau lebih macam obat yang tak bisa dicampurkan secara
farmasetik dan terapetik; serta pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi penderita secara menyeluruh.
• Peresepan majemuk Multiple Prescribing, yaitu pemberian dua atau lebih
kombinasi obat yang sebenarnya cukup hanya diberikan obat tunggal saja. Termasuk pengobatan terhadap semua gejala yang muncul tanpa mengarah ke
penyakit utamanya. •
Peresepan kurang Under Prescribing, terjadi kalau obat yang diperlukan tidak diresepkan, dosis obat tidak cukup, dan lama pemberian obat terlalu
pendek waktunya Kimin, 2009.