dengan anggota keluarga yang lain dan tidak ada pembeda nomer induk, sehingga peneliti agak kesulitan dalam membedakan pasien.
o Waktu pengambilan data yang sangat terbatas, karena peneliti hanya
diijinkan mengambil data pada waktu kegiatan pemeriksaan di Puskesmas telah selesai sampai Puskesmas tutup ± 4 jam.
o Resep obat yang disimpan sebagai arsip tidak lengkap karena banyak resep
yang hilang. o
Persepsi dokter satu dengan dokter yang lain tentang ISPA berbeda. Ada yang mengartikan ISPA sebagai Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan ada
yang mengartikan Infeksi Saluran Pernafasan Atas. o
Seharusnya jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah semua pasien ISPA yang berkunjung ke Puskesmas Induk Tegalrejo tahun
2009. Namun karena banyaknya pasien ISPA yang berkunjung ke Puskesmas Induk Tegalrejo pada tahun 2009, sehingga peneliti hanya
mengambil subjek uji secara sampling. Maka data kedua semester tidak dapat membandingkan pola peresepan obat secara rinci.
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian “Kajian Peresepan Obat ISPA pada Semester I dan Semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009” adalah untuk
mengkaji pola peresepan obat ISPA pada semester I dan semester II di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009.
Hasil pembahasan dibagi dalam 2 bagian, yaitu: 1. profil pasien ISPA yang meliputi jenis kelamin, umur
dan kasus penyakit penyerta. 2. pola peresepan obat ISPA yang meliputi jumlah jenis obat ISPA, jumlah unit obat ISPA dan dosis obat ISPA yang dibandingkan
dalam data dua semester. Persentase dihitung berdasarkan banyaknya kasus
penyakit ISPA yang terjadi di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta tahun 2009.
A. Profil Pasien
1. Jenis Kelamin Pasien
Data penelitian yang disajikan oleh peneliti didapatkan dari data rekam medik pasien ISPA yang berobat di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta
tahun 2009. Pada gambar diagram 1 menyatakan bahwa jumlah pasien ISPA perempuan dan pasien ISPA laki-laki jumlahnya hampir sama. Pada semester I
jumlah pasien ISPA perempuan adalah 144 pasien 55, sedangkan jumlah pasien ISPA laki-laki adalah 118 pasien 45. Pada semester II jumlah pasien
ISPA perempuan adalah 97 pasien 51,9, sedangkan jumlah pasien ISPA laki-
laki adalah 90 pasien 48,4. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ISPA bisa diderita oleh siapapun baik laki-laki maupun perempuan.
Gambar 1. Jenis Kelamin Pasien ISPA Di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009
Dari hasil analisis data profil jenis kelamin pasien, diperoleh nilai p=0,517 yang artinya data berbeda tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa data
jenis kelamin pasien pada semester I dan semester II berbeda tidak bermakna sehingga tidak mempengaruhi penelitian.
2. Umur Pasien
Selain jenis kelamin pasien, peneliti juga mengamati data dari umur pasien. Pada semester I didapatkan kasus pasien ISPA terbanyak adalah pada range
umur 0-12 tahun atau pada kategori anak-anak, dengan persentase 46,2 121 pasien sedangkan pada semester II kasus pasien ISPA terbanyak adalah pada
range umur 13-60 tahun atau pada kategori dewasa dengan presentase 46,8 87
20 40
60 80
100 120
140 160
Semester I Semester II
Jenis Kelamin Pasien
Laki-laki Perempuan
pasien. Hal ini menyatakan bahwa pasien ISPA di Puskesmas Induk Tegalrejo banyak diderita oleh anak-anak dan orang dewasa. Hal ini dikarenakan penyakit
ISPA adalah penyakit yang umum dan bisa menyerang siapa saja terutama orang-orang yang kondisi tubuhnya kurang fit, contohnya seperti anak-anak,
dimana sistem kekebalan tubuh anak-anak belum terbentuk dengan baik, sehingga anak-anak menjadi pasien yang paling mudah terkena penyakit ISPA.
Dan dari hasil analisis data profil umur pasien diperoleh nilai p=0,262 yang artinya data berbeda tidak signifikan. Hal ini menyatakan bahwa umur pasien
pada semester I dan semester II berbeda tidak bermakna sehingga tidak akan mempengaruhi penelitian atau dengan kata lain perbedaan pola peresepan pada
penelitian ini tidak dipengaruhi oleh umur pasien.
Tabel I. Sebaran Umur Pasien ISPA di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009
Umur tahun
Semest er II
Okt
Nov Des
Jan Feb
Tot al
kasus n=53
kasus n=39
kasus n=32
kasus n=29
kasus n=27
kasus n=178
0-12
24 31
18 24
15 20
6 7,9
13 17
76 100
13-59
24 29
13 16
17 21
17 21
11 13
82 100
60 ke atas
5 25
6 30
6 30
3 15
20 100
Dari tabel I di atas dapat dilihat pula bahwa jumlah pasien terbanyak pada penelitian ini adalah pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Hal ini
dikarenakan pada bulan-bulan tersebut adalah musim hujan sehingga udara
Umur tahun
Semester I Mei
Juni Juli
Agust Sept
Tot al kasus
n=41
kasus
n=34
kasus
n=65
kasus
n=72
kasus
n=50
Kasus
n=262
0-12 20
15
19 14
31 23
43 32
21 16
134 100
13-59 18
17
9 8
29 27
24 23
26 25
106 100
60 ke atas 3
13
6 27
5 23
5 23
3 14
22 100
menjadi lembab dan bakteri serta virus lebih mudah untuk berkembang biak, dan ketika daya tahan seseorang sedang lemah atau kurang fit akan lebih mudah untuk
terserang ISPA, tanpa pandang umur. Sehingga dapat dikatakan bahwa ISPA adalah penyakit musiman yang tidak pandang umur dan dapat menyerang siapa
saja.
3. Kasus Penyakit
Kasus penderita ISPA diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu kasus ISPA tanpa penyakit lain dan kasus ISPA dengan penyakit lain. Pengklasifikasian
kasus ISPA dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel II. Distribusi Jenis Kasus Penyakit ISPA di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta 2009
Jenis Penyakit Σ Kasus
Persentase Semester
I Semester
II Semester I
n=262 Semester II
n=187 ISPA tanpa penyakit lain
241 172
91,98 91,98
ISPA dengan penyakit lain 21
15 8,02
8,02
Dapat dilihat dari tabel di atas kasus ISPA pada kedua semester yang terbanyak presentasinya adalah penyakit ISPA tanpa penyakit lain 91,98
pada semester I dan semester II. Penyakit lain yang ditemukan dapat dijabarkan dalam tabel III berikut.
Pada tabel III menunjukkan bahwa penyakit lain yang paling banyak adalah penyakit hipertensi. Namun pada umumnya penyakit hipertensi bukan penyakit
yang spesifik menyertai penyakit ISPA. Penyakit hipertensi adalah penyakit yang ditemukan pada kelompok umur
dewasa serta lansia, dan penyebab penyakit hipertensi ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti, pola makan dan faktor keturunan. Sedangkan