7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Puskesmas
Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu Kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas DepKes RI, 1991.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000. penduduk. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas
perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling. Pelayanan kesehatan yang
diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan pengobatan kuratif, upaya pencegahan preventif, peningkatan kesehatan
promotif dan pemulihan kesehatan rehabilitatif yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongn umur, sejak pembuahan
dalam kandungan sampai tutup usia Jamil, 2006. Fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya, membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, memberikan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. DepKes RI, 1992. Pelayanan kesehatan yang bermutu
merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Puskesmas adalah salah satu organisasi pelayanan kesehatan yang pada dasarnya adalah
organisasi jasa pelayanan umum. Oleh karenanya, Puskesmas sebagai pelayanan masyarakat perlu memiliki karakter mutu pelayanan prima yang sesuai dengan
harapan pasien, selain diharapkan memberikan pelayanan medis yang bermutu Jamil, 2006.
Jaminan mutu Quality Assurance dalam pengelolaan dan pelayanan obat di Puskesmas adalah suatu hal yang perlu dilakukan karena obat di Puskesmas
menyerap dana yang cukup besar yaitu lebih 30-40 dari anggaran pembangunan kesehatan di masing-masing KabupatenKota DepKes RI, 2007.
B. Pola Peresepan Obat
Menurut World Health Organization 1985 bahwa yang termasuk dalam peresepan obat yang rasional adalah jika penderita yang mendapat obat-obatan
sesuai dengan diagnosis penyakitnya, dosis dan lama pemakaian obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta biaya yang serendah mungkin yang dikeluarkan
pasien maupun masyarakat untuk memperoleh obat. Maka dalam meningkatkan mutu pengobatan terhadap pasien perlu diperhatikan hal-hal yang dapat
menimbulkan peresepan obat yang tidak rasional Quick, 1997. Pola peresepan yang menyimpang memiliki andil besar pada pengobatan
tidak rasional. Peresepan yang tidak rasional dapat juga dikelompokkan dalam lima bentuk: