Wawancara yang dilakukan masih pada tempat yang sama dengan suaminya. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik. Hanya saja, istri
terlihat lebih serius menghadapi wawancara ini.
B. Tahap Pengumpulan Data
Setelah melakukan tahap pra lapangan yaitu menyusun rancangan penelitian dan informan penelitian, serta menetapkan metode pengambilan data,
peneliti kemudian melanjutkan pada tahap memasuki lokasi penelitian.
1. Tahap observasi pra penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi dengan berkunjung ke rumah yang menjadi kediaman informan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
dan mengenal kondisi lokasi penelitian yang sebenarnya. Observasi pra lapangan ini meliputi observasi keadaan rumah, lingkungan di sekitar rumah,
dan sosialisasi informan dengan tetangga di sekitar rumah. Selain observasi, peneliti juga mulai berkenalan dengan keluarga
informan terutama dengan anggota keluarga yang dekat dengan informan. Melalui keluarga informan, peneliti mencari beberapa informasi misalnya
mengenai sifat-sifat informan sebelum dan sesudah menikah, penyebab pernikahan, masalah-masalah yang mereka hadapi sebelum dan setelah
menikah serta cara mereka mengatasi permasalahannya. Tidak lupa juga peneliti menanyakan kesediaan informan untuk menjadi subjek penelitian ini.
2. Tahap pengurusan perijinan
Pada tahap ini peneliti meminta izin kepada informan untuk menjadi subjek penelitian. Setelah mendapat perizinan dari informan, peneliti
memulai penelitiannya tanpa sepengetahuan informan. Maksudnya, peneliti tidak memberitahukan saat peneliti akan memulai penelitiannya. Observasi
yang dilakukan peneliti tanpa sepengetahuan informan.
3. Tahap pengumpulan data
Upaya pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara partisipan sesuai dengan panduan observasi dan wawancara yang
telah dibuat sebelumnya. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipan, dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan informan.
Peneliti berusaha untuk mengetahui kehidupan rumah tangga yang dialami oleh pasangan pernikahan dini, terutama perilaku agresi yang diperlihatkan
pasangan pernikahan dini dan melihat secara langsung faktor-faktor penyebab perilaku agresi tersebut. Metode wawancara digunakan sebagai metode
pelengkap, untuk mendalami informasi-informasi yang telah diperoleh dari metode observasi. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara semi terstuktur yang dapat juga disebut sebagai wawancara tidak standar yang bersifat luwes dan terbuka. Proses observasi pun
dilaksanakan pada tahap pra penelitian dan pada saat wawancara, serta beberapa kali kunjungan setelah proses wawancara utama dilakukan.
Kunjungan ini dilaksanakan untuk melakukan triangulasi sumber melalui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
significant other dari masing-masing informan. Hal ini berguna untuk melengkapi data penelitian ini.
C. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian lapangan yang diperoleh dari proses wawancara maupun observasi sebagai catatan lapangan kemudian digabungkan dan dikategorikan
menurut aspek-aspek yang akan diteliti. Hasil penelitian itu kemudian digabungkan dalam sebuah tabel rangkuman hasil penelitian yang terdiri dari
alasan melakukan pernikahan, lamanya menjalani pernikahan, campur tangan orangtua terhadap kehidupan rumah tangga, usaha untuk melanjutkan sekolah,
perekonomian rumah tangga, dan seberapa sering tinggal bersama orangtua, serta hal terpenting dalam penelitian ini adalah perilaku agresi atau kekerasan yang
sering diterima dari pasangan. Tabel rangkuman hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Rangkuman Hasil Penelitian
SUBJEK I SUBJEK II
SUAMI ISTRI SUAMI
ISTRI
1. Hal-hal mengenai
pernikahan: a. alasan
pernikahan MBA kehamilan sebelum menikah
MBA kehamilan sebelum menikah
b. lama menjalani pernikahan
1 tahun lebih 1 tahun lebih
c. campur tangan orangtua dalam
rumah tangga Orangtua sangat berperan penting dalam
memenuhi perekonomian rumah tangga dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mereka
terutama pada awal pernikahan. Orangtua sangat berperan penting dalam
memenuhi perekonomian rumah tangga mereka terutama pada awal pernikahan.
Selain itu, orangtua juga ikut mengasuh anak selama pasangan ini beraktifitas di luar
rumah.
d. pendidikan SMU
SMU SMU
SMU e. perekonomian
Suami mulai mencoba mencari penghasilan sendiri dengan menjadi supir pribadi.
Suami mulai mencoba mencari penghasilan sendiri dengan meneruskan usaha ayahnya.
2. Perilaku agresi: a. kekerasan fisik
memukul benda dinding atau meja w.
S C 14-15 , menarik
badan atau menyubit w. S C 17
memukul, mencubit, kata-kata kasar w. I C
16-18, 19-20 memukul istri w. S
C 3-4 _
b. kekerasan psikis mengucapkan kata-kata
kasar kepada istri o. inf. I
marah tanpa alasan kepada istri saat
dipengaruhi oleh minuman keras o. inf.
I pemaksaan istri untuk
menepati janjinya dalam hal pemenuhan
kebutuhan istri w. I B 10-11
mengucapkan kata-kata kasar kepada suami w.
I A 17-18 mengucapkan kata-
kata kasar saat berbicara dengan
istri di luar rumah o. inf. II
_
c. kekerasan seksual
memaksa hubungan seks o. inf. I
_ _ _
d. penelantaran rumah tangga
lebih memilih pergi bersama-sama teman-
temannya daripada bersama istri w. I B
6, w. I C 5-7, w. I D 26-27
_
suami sering keluar rumah untuk
bermain bersama teman-temannya
atau bermain playstation o. Inf.
II _
Pembahasan hasil penelitian : 1.
Subjek I
Penyebab utama terjadinya perilaku agresi pada pasangan ini adalah akibat belum siapnya pasangan ini, khususnya suami untuk hidup berumah
tangga. Pernikahan ini dilakukan dengan alasan keadaan istri yang telah hamil. Suami harus siap dengan konsekuensi tanggung jawab yang ia pikul. Dari
sudut pandang istri, ia merasa sedikit trauma dengan kejadian penangkapan suaminya karena masalah narkoba. Masalah ini membuat istri berada di posisi
terjepit antara membela suami atau mengikuti kemauan orangtuanya untuk bercerai. Ia takut rumah tangganya akan semakin berantakan dengan keadaan
ekonomi yang memburuk atau perilaku yang tidak menyenangkan apabila suami dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat minuman keras atau narkoba,
seperti suami mengeluarkan kata-kata kasar atau marah sendiri dalam keadaan mabuk. Kekerasan secara psikis juga terjadi karena suami tidak dapat menepati
janjinya untuk memenuhi kebutuhan istri yang terkadang memang tidak penting. Tentu saja suami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan istrinya
apalagi suami tidak bekerja. Mereka hanya mengandalkan uang bulanan dari orangtua masing-masing. Dari kedua belah pihak merasa tidak pantas untuk
selalu meminta bantuan dari orangtua. Kebiasaan-kebiasaan pasangan ini selama masih lajang sering kali masih
terbawa. Kebiasaan suami yang sering keluar rumah untuk berkumpul bersama teman-temannya, masih berlangsung walaupun pasangan ini telah menikah.
Oleh karena itu, perilaku agresi penelantaran rumah tangga sering terjadi pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI