untuk memuaskan nalurinya yang “liar dan destruktif”. Dia berpendapat bahwa alasannya terletak pada dua karakteristik orang
yang berada dalam kerumunan besar, yaitu tidak terkalahkan dan anonimitas. Individu yang menjadi bagian kerumunan memperoleh
perasaan tak terkalahkan yang memungkinkan dia memunculkan nalurinya. Suatu kerumunan menjadi anonim dan akibatnya menjadi
tidak bertanggung jawab; rasa tanggung jawab yang selalu mengendalikan individu hilang sama sekali. Kekerasan yang paling
ekstrim dilakukan oleh orang-orang yang menggunakan perangkat deindividuasi seperti topeng, pewarna tubuh dan muka, serta pakaian
khusus.
2. Mengurangi Perilaku Agresi
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mereduksi mengurangi perilaku agresif Sears, 1994 antara lain :
1. Hukuman dan Pembalasan Rasa takut terhadap hukuman atau pembalasan bisa menekan
perilaku agresif. Tipe orang rasional akan memperhitungkan akibat agresi di masa mendatang, dan berusaha untuk tidak melakukan
perilaku agresif bila ada kemungkinan mendapat hukuman. Efek dari hukuman atau pembalasan yang diantisipasi tidak sederhana. Kadang-
kadang hal itu menekan agresi, bila secara rasional orang ingin menghindari rasa sakit di masa mendatang. Tetapi kadang-kadang
ancaman itu dimaknakan sebagai serangan, dan menimbulkan agresi yang lebih besar.
Masalah pertama yang akan dihadapi adalah anak yang sering dihukum karena melakukan perilaku agresif akan menjadi lebih agresif
dibandingkan anak lain. Mungkin karena mereka meniru model orang tua yang agresif. Mungkin karena hukuman yang terlalu sering, seperti
serangan, membangkitkan rasa marah yang besar. Bagaimanapun juga, hukuman terhadap agresivitas anak tidak akan menimbulkan usaha
untuk menghambat perilaku agresif mereka. Masalah yang kedua adalah bahwa rasa takut terhadap hukuman atau pembalasan bisa
menimbulkan agresi balik. Orang yang diserang mempunyai kecenderungan untuk membalas penyerangnya, meskipun pembalasan
itu bisa menimbulkan serangan yang lebih besar. 2. Mengurangi Frustrasi
Tehnik yang lebih baik adalah dengan engurangi kemungkinan terjadinya serangan dan frustrasi. Kebanyakan masyarakat membuat
beberapa ketentuan melindungi kepentingan bersama, sehingga orang awam tidak terus menerus menjadi korban serangan penjahat atau
pelaku kekerasan lainnya. Ini membantu kemungkinan meluasnya kekerasan dalam cara : masyarakat dilindungi, dan mereka tidak
terdorong untuk melakukan pembalasan sendiri. Akan ada selalu konflik di antara orang tua dan anak, di antara
rekan sekerja atau teman sekolah; tidak ada seorang pun yang bisa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperoleh dengan tepat apa dan seberapa banyak yang ingin dimakan ketika dia menginginkannya; ada orang yang tidak pernah
mampu mencapai apa yang dia inginkan; ada orang yang selalu merasa tidak puas terhadap apa yang dilakukan oleh temannya, dan
sebagainya. Oleh karena itu, meskipun masyarakat yang memandang ke depan dengan bijaksana berusaha meminimalkan frustrasi skala
besar, mereka tidak akan pernah dapat menghilangkan frustrasi secara menyeluruh. Karena itu, dibutuhkan teknik lain untuk meminimalkan
kekerasan. 3. Hambatan yang Dipelajari
Teknik lain untuk mengurangi agresi adalah dengan belajar mengendalikan perilaku agresif, tidak peduli apakah diancam akan
dihukum atau tidak. Hambatan agresi yang dipelajari secara umum dapat disebut kecemasan agresi rasa salah agresi. Orang akan cemas
bila mendekati tanggapan berupa agresif. Kita juga mempelajari kecemasan tentang pengungkapan agresi dalam situasi tertentu yang
sangat spesifik. Selama hidup, kita belajar dan mempelajari kembali “ikatan”, norma-norma lingkungan sosial kita.
Hambatan yang dipelajari ini dipicu oleh isyarat yang memberitahu kita tentang jenis situasi di mana kita berada, situasi yang
mengundang penekanan, agresi. Pada umumnya, tanda-tanda penderitaan subjek menghambat agresi selanjutnya, kecuali dalam
kasus rasa marah ekstrem, ketika tanda-tanda itu dianggap sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
isyarat keberhasilan usaha melukai. Karena alasan itu, gejala dehumanisasi dianggap dapat meningkatkan agresi terhadap korban
yang jauh dari atau anonim bagi penyerangnya. Sebaliknya, pemanusian korban, sehingga penyerang mempunyai empati terhadap
penderitaannya, bias mereduksi agresi. 4. Pengalihan Displacement
Seringkali orang dibuat frustrasi atau jengkel oleh seseorang tetapi tidak dapat membalasnya, mungkin karena orang itu terlalu kuat,
atau mungkin karena mereka terlalu cemas dan terhambat untuk melakukannya. Dalam situasi semacam ini, mungkin mereka akan
mengekspresikan agresi dengan cara lain, diantaranya dengan cara pengalihan, yaitu mengekspresikan agresi terhadap sasaran pengganti.
Prinsip dasar pengalihan adalah semakin banyak kesamaan antara sasaran dengan sumber frustrasi sebenarnya, semakin kuat dorongan
agresif individu terhadap sasaran. Pada umumnya, agresi yang dialihkan diarahkan pada sasaran yang dipersepsilebih lemah atau
kurang kuat. Pengalihan juga bisa terjadi dalam dimensi kemiripan respon
seperti halnya dalam dimensi kemiripan sasaran. Mungkin seorang remaja tidak secara terbuka melakukan perkelahian tetapi cemberut
dan menjadi tidak koperatif. Tindakan itu menimbulkan sedikit kecemasan tetapi juga hanya mengekspresikan sedikit rasa marah.
Reaksi semacam ini tidak merupakan tindakan agresi langsung sebagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tanggapan terhadap frustrasi, tetapi merupakan pengalihan ke bentuk lebih tertutup dan lebih halus. Orang yang biasa menampilkan bentuk
agresi tak langsung semacam ini disebut orang yang mempunyai kepribadian agresif-pasif.
5. Katarsis Perasaan marah dapat dikurangi melalui pengungkapan agresi.
Katarsis adalah bila orang merasa agresif, tindakan agresi yang dilakukannya akan mengurangi intensitas perasaannya. Teori katarsis
versi Freud mengandaikan bahwa kita selalu mempunyai cadangan energi naluriah di dalam diri kita. Tidak peduli bagaimana situasinya,
kita mempunyai jumlah agresifitas tertentu yang harus kita keluarkan dari diri kita. Yang menjadi masalah pada pandangan ini adalah
prediksi bahwa perilaku agresif akan selalu mengurangi rasa marah, karena cadangan energi itu selalu ada. Padahal perilaku agresif
meningkatkan agresivitas pada orang yang tidak marah; mereka menambah energi dan tidak mengeluarkannya. Versi yang lain muncul
dari hipotesis agresi-frustrasi yang berasumsi bahwa dorongan agresif tidak bersifat naluriah, tetapi dibangkitan oleh faktor situasional seperti
frustrasi dan serangan. Berhubung dalam teori ini tidak ada cadangan energi agresif yang menetap, katarsis hanya akan mengurangi
agresivitas pada orang yang energinya bertambah karena mengalami frustrasi atau serangan.